Bagian 05 | Mading

575 74 13
                                    

"Dari mana aja kamu? Pulang sampai sore gini, kerjaannya keluyuran mulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Dari mana aja kamu? Pulang sampai sore gini, kerjaannya keluyuran mulu. Kamu lupa waktu, rumah, atau lupa arah hah?"

Galasta mengelus dadanya berusaha sabar mendapat sambutan berupa cercaan pertanyaan dari papanya, Samuel. Pria itu sedang duduk di kursi depan TV bersama adiknya, Naufal. Terlihat akrab bersenda gurau sebelum Galasta datang mengubah suasana.

"Saya tanya kamu, jawab!" sentak Sam lagi.

Garis wajah Galasta berubah datar tak suka. "Ada urusan," jawabnya cuek.

"Anak bandel kayak kamu urusan apa di sekolah?" tanya Sam terkekeh. "Palingan kerjaan kamu nongkrong keluyuran. Enggak mungkin guru-guru butuh bantuan sama kamu."

"Nyenyenyenye," gumam Galasta berdecih. Ia tidak peduli lagi dengan setiap ucapan Sam yang selalu merendahkannya. Berbeda saat membicarakan Naufal, pria itu suka mengunggulkannya dalam bidang apa pun.

"Assalamualaikum, Galasta pulang, Bun," ujar Galasta melenggang masuk tak mengidahkan dua orang itu lagi. Ia lebih memilih menghampiri ibunya yang sedang memasak di dapur, Melanie.

"Walaikumsalam, tumben pulangnya sore. Enggak kumpul sama Kaisar?" tanya Melisa tersenyum lembut. Hati Galasta berdesir hangat, ibunya lebih tahu tentang dirinya yang suka berkumpul di rumah Kaisar sampai menjelang malam. Wanita itu tak terlalu banyak berasumsi buruk seperti ayahnya.

Kalau Sam lebih memerhatikan Naufal, maka, Melisa tidak. Ia tidak pernah pilih kasih.

Galasta menggeleng. "Lagi enggak. Kan katanya hari ini mama mau masakin aku," ujar Galasta mengingat janji Melisa pagi tadi.

"Yaudah, yuk. Udah mama bikinin makanan kesukaan kamu, termasuk tumis udang!" ajak Melisa ke meja makan. Galasta mengikutinya dengan senang hati. Melisa selalu menjadi alasannya untuk pulang ke rumah.

***

Unknown number :
Lo udah gue kasih peringatan ya, jangan sampai lebih dari 'pulang bareng'! Gue bacok lu.

Indira menghela napas kesal. Ini baru pagi ia sudah harus mendapatkan ancaman yang ditebak berasal dari Cherry. Kakak kelasnya itu sekarang seolah menjadi CCTV, selalu mengawasinya di mana pun. Padahal Indira enggak pernah ada niatan deketin Galasta. Cowok itu duluan yang mendekat, bahkan sampai menjemputnya tadi pagi.

Indira kembali melangkahkan kaki jenjangnya tenang menuju lantai dua. Ia merasakan sesuatu yang aneh, tatapan murid-murid lain mengarah kepadanya, mengikutinya dengan tatapan menghakimi. Seolah ia baru saja melakukan sebuah kesalahan fatal.

Lamgkahnya terhenti melihat majalah dinding kelas 11 yang terlihat ramai. Banyak murid berkerumun, saat Indira lewat lagi-lagi tatapan menghakimi yang ia dapatkan. Dahi Indira mengkerut, mengamati mading yang ternyata telah terisi fotonya dengan Galasta di dekat tangga sedang berpelukan kemarin.

"Watdefak?! Apa-apaan nih?" umpat Indira langsung merobek foto-foto tersebut. Setelah itu, matanya melotot ke murid-murid yang masih menatap ke arahnya. "Siapa yang bikin berita beginian? Gue kasih tahu lo-lo pada ya, kalau gue enggak ada apa-apa sama Galasta."

Siswi memakai bandana menyahut, "Yakin enggak ada apa-apa? Udah ciuman, pelukan di tangga lagi. Ngaku aja deh!" Seruan itu menyudutkan Indira. Indira jadi kicep tak berkutik.

"Ada apaan sih ini rame-rame segala?" Gara, Darren, Kaisar, dan Galasta datang membelah kerumunan. Menghampiri Indira yang cuma bisa plonga-plongo di tempatnya.

Siswi memakai bandana kembali berseru, "Itu tuh berita soal lo, Gal. Katanya pacaran sama Indira."

Galasta mengerjap tak paham. "Maksudnya gimana?" tanyanya. Siswi itu menunjukkan laman website lambe turah sekolah.

Galasta nenyeringai mendapatkan ide cemerlang. "Indira emang pacar gue. Cuma mungkin dia malu ngakunya," ujar Galasta santai merangkul Indira.

Kaisar melotot tak santai, ingin menonjok muka Galasta. Namun, Darren langsung menahannya. Sedangkan jantung Indira mencelos. Rasanya ingin menonjok Galasta.

"Heh! Pacar apaan? Gak usah ngaku-ngaku!" Indira berusaha melepaskan rangkulan Galasta.

"Duh, Sayang. Jangn gitu dong, aku ini pacar kamu," ujar Galasta memasnag senyum idiotnya.

Indira bergidik ngeri. "Lepasin! Dasar cowok gila!" teriak Indira sudah ngacir duluan. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Galasta. Apa mau dari cowok itu sih? Kalau gini caranya sih, Indira makin viral dan dipandang sebelah mata sama yang lain.

Galasta tertawa melihat Indira yang melarikan diri. Ia terlihat ketakutan, ekspresinya malah menggemaskan bagi Galasta. Mengingat wajahnya yang merona menahan malu tadi. Aw gemesin!

"Gila lo, Gal. Pakai ngaku-ngaku segala yang ada malah Indira makin ilfeel," Darren terkekeh geli merangkul Galasta menjauh dari kerumunan mading. Diikuti oleh Gara dan Kaisar.

"Kalau dia ilfeel, bakalan gue bikin dia ada feel lagi," sahut Galasta acuh tak acuh.

Gara menyahut, "Enggak semudah itu. Barusan aja dia terang-terangan nolak lo. Bikin baper, abis itu tinggalin. Itu baru fakboi kelas internasional."

Kaisar mendengus tak suka mendengarnya. Memang perasaan Indira itu seperti permen karet yang kalau enggak manis langsung dibuang tanpa perasaan?

"He'em, tumben bener." Darren tertawa mengejek, "Btw, kemarin gimana? Lo bisa pulang bareng sana Indira 'kan?"

Galasta jadi mesem-mesem sendiri teringat sikap ibu Indira yang sangat welcome.

"Woi, gue nanya malah senyum-senyum sendiri!" tegur Darren tanpa sungkan menoyor kepala Galasta.

"Kepo lu," jawab Galasta menyeringai sok misterius.

"Halah pasti enggak direstuin sama camer," cibir Darren.

Galasta melotot. "Enak aja! Gue udah dapat lampu hijau! Ibunya Indira super duper welcome banget."

"Widih, bagus dong gercep! Jangan sukanya cuma diam-diam doang," ujar Darren sengaja menyindir Kaisar. Ujung matanya melirik ke arah cowok itu yang sudah membuang muka. Mata Gara memincing, semakin penasaran sebenarnya ada rahasia apa di antara Darren dan Kaisar. Mereka seperti menyembunyikan sesuatu.

Haikal mendadak muncul. Ia tersenyum remeh di hadapan Galasta. "Gimana, bro? Udah berhasil belum? Inget, waktu lo cuma satu bulan!"

"Gue yakin pasti lo yang bakalan jadi babu gue," ujar Galasta. Nalurinya benar-benar yakin bahwa Indira akan jatuh dalam pelukannya.

 Nalurinya benar-benar yakin bahwa Indira akan jatuh dalam pelukannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Maaf pendek:( lagi enggak mood 👉👈

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now