Bagian 21 | Kode

350 55 4
                                    

"Eh, tunggu Indira!"

Panggilan tersebut membuat gerakan Indira yang ingin keluar kelas terhenti. Di ambang pintu, dia menoleh heran pada sosok Alura yang mengemasi barang cepat. Lalu berlari ke arahnya. Rasanya malas ingin berbicara dengannya, tetapi, Indira tak mau menyisakan kesan buruk.

"Ada apa?" tanya Indira saat Alura telah berada di hadapannya.

Alura menunjulurkan tangan ke arah Indira. "Gue mau berteman sama lo. Kita mulai dengan awal perkenalan nama. Lo mau kan berteman sama gue?" tanya Alura memasang senyum manis andalannya.

Indira memasang wajah tak percaya melihat uluran tangan Alura. Entah kenapa, bukan aura positif malah aura negatif menguar. Terlihat baik memang, tetapi, lain dengan firasat Indira. Ia merasa akan ada kejadian huruk setelah ini.

Firasat yang begitu kuat sama seperti firasat Nisa. Sayangnya, Indira tetap menerima uluran tangan ogah-ogahan. "Hm. Gue Indira, sekarang temen lo. Gue duluan mau nyusul Nisa. Bhay," ujar Indira langsung meninggalkan Alura. Terserah mau dianggap sombong atau apa.

Alura berdecih sinis melihat sikap sok cuek Indira. "Apa bagusnya tuh cewek? Gelagat kayak cowok, cuek abis, gak ada aura cewek sama sekali. Heran gue kenapa bisa mengalihkan perhatian Galasta. Apa mereka ada hubungan ya?" gumam Alura penuh tanya.

"Aura negatifnya hilang," gumam Indira setelah menjauh dari radius dekat Alura. "Aneh banget. Pas awal masuk dia nggak nganggep gue ada. Gabungnya sama anak holkay kayak Jane."

"Kenapa lu lama banget? Ngapain aja?" tanya Nisa melihat kedatangan Indira.

"Barusan Alura ngobrol sama gue. Minta berteman masa," jawab Indira menaiki motornya. Bersiap untuk membawa pulang.

Mata Nisa melotot. "Heh! Ngapain lo berteman sama Alura?! Dia itu menguar aura jahat. Aura peran antagonis dalam kehidupan. Bahaya deket sama dia. Pokoknya jangan deh jangan! Kelihatan sok banget cuma berteman sama gengnya si Jane," ocehnya sewot.

"Ya ya ya. Sayang sekali, Anda terlambat. Gue cuma jawab iya-iya aja. Ya udah, gue duluan ya mau mampir ke rumah Kaisar," Indira menunjukan cengiran.

"Heh lo mau ngapain? Apel terus. Galasta mau dikemanain heh? Gimana di gudang kemarin? Emang nggak jadi?" tanya Nisa mencerocos sambil memakai helmnya. Safety first.

Indira mendengus. "Nggak usah sebut nama Galasta lagi! Apalagi sampai ngingetin gue soal kejadian gudang kemarin itu. Peristiwa termenyebalkan, malesin beud! Jahat lo pada bersekongkol nggak bilang-bilang. Untung nggak gue pecat sebagai sahabat."

Nisa tertawa. "Ya gimana gue tergoda sama album BTS. Gue dapet akhirnya dari Galasta walaupun dia nggak jadi anu-anu sama lo."

"Anu-anu apaan? Gosah ambigu kampret! Tega banget lo ngorbanin sahabat demi nenek-nenek!" umpat Indira mendelik tak suka.

Nisa balas mendelik. "Woi! Oppa-oppa gue bukan nenek-nenek njir. Album ori bikin gue khilaf. Lagian lo jadi bisa deket sama Galasta."

"Gak usah sebut nama dia lagi!" peringat Indira tajam. "Udahlah lama banget gue ngebacot sama lo. Gue nggak mau jadi penunggu parkiran. Mending ketemu Kaisar."

"Halah, ngapel terus! Enak ya lo bisa dikelilingi tiga cowok. Damian, Kaisar, dan Galasta. Uwu sekalehh!"

"Gak usah sebut nama dia lagi!"

"Iya kanjeng ya ampun mangap. Ngegas amat ya Allah."

***

"Kai," panggil Indira menatap Kaisar yang sedang duduk di atas ranjang memangku gitarnya.

Eits, jangan salah sangka dulu. Mereka nggak ngapa-ngapain kok. Kaisar sedang sibuk berkelimpung dengan gitarnya duduk di tepi ranjang sedangkan Indira berbaring di atas ranjang, kepalanya ia letakkan di pundak Kaisar (kalian paham gak? Belibet:v). Mereka tidak hanya berdua di rumah, ada pembantu rumah tangga dan ibu Kaisar.

"Hm?" jawab Kaisar tanpa menoleh.

Indira mengubah posisinya jadi telungkup. "Sebenarnya ada apa antara Kaisar, Haikal, sama Alura? Lo tahu sesuatu tentang mereka? Kata Nisa, mereka pernah bersahabat di masa lalu," tanya Indira.

Kaisar terdiam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Indira. "Gue nggak tahu, tanya aja sendir sana. Lagian ngapain lo kepo? Kayak gak punya kerjaan aja."

"Kok lo jadi sewot gini sih, Kai? Kan gue cuma nanya ish," mata Indira memincing dengan bibir mencuat kesal.

Kaisar merotasikan bola matanya. Terus aja gak peka, sebel gue kenapa harus kejebak friendzone, batin Kaisar kesal. Ia mulai memetik gitar.

Andai kau tahu
Di sini ku merindu kamu
Merindu karna ku tak mampu
Bertahan untuk tak memilikimu

Kau yang selalu ada di dekatku
Kau sahabatku, haruskah ku menunggu?
Hingga kau mengerti rasa hati ini?
Tak ingin dirimu bersama yang lain

Aku sedang mencintaimu
Meski kau takkan pernah tahu

Kaisar melantunkan salah satu lagu milik Maudy Ayunda berjudul Aku Sedang Mencintaimu. Ia sangat berharap kalau Indira akan peka apa yang dia rasakan saat ini. Yang sepertinya hanya sebatas harapan tak membuahkan hasil. Indira malah mengangguk-anggukan kepala menikmati. Bahkan mengikuti lirik lagu.

Kaisar menahan gejolak rasanya ingin berteriak pada Indira. Ingin rasanya membongkar perasaan yang selama ini dipendam. Kaisar sudah cukup lelah menjadi pengagum rahasia selama satu tahun. Kaisar tak biasa memendam rasa, biasanya cewek-cewek yang akan mengungkap pernyataan cinta padanya.

"Lagunya buat siapa? Lo kena friendzone yaa? Duh, kasian banget sih," ledek Indira setelah selesai Kaisar menyanyikan lagu.

Kaisar mendengus kesal. Indira memang tidak peka atau pura-pura tidak peka agar mempertahankan persahabatan mereka? Mencintai diam-diam ibarat bermain judi. Menebak-nebak rasa yang dia miliki. Kalau tidak maju, bisa-bisa mati penasaran.

Sialan emang bisanya bikin baper kan gue ambyar, gerutu Kaisar dalam hati saat Indira mengacak-acak rambut Kaisar gemas. Kaisar membalasnya, bahkan mengalungkan lengannya mencekik Indira.

"Ketek lo bau, Kai!" seru Indira meronta-ronta.

"Wangi kok," balas Kaisar tertawa.

Sebenarnya gue ngerti, cuma kayaknya persahabatan kita lebih penting, Kai. I am sorry, batin Indira mengulas senyum simpul.

"Non Indira sama den Kaisar dipanggil nyonya buat makan malam," ujar pembantu rumah tangga menghentikan aksi acak-mengacak rambut.

"Siap, Bi!"

***

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now