Bagian 32 | Sakit

860 50 0
                                    

"Gue enggak nyangka sama lo, Alura. Maksud lo apaan bikin drama kecelakaan dan pakai main labrak segala lagi. Buat apa sih? Lo jahat banget. Padahal gue udah anggap lo sebagai sahabat sekaligus adik gue."

Tangan Alura mengepal erat mengingat perkataan Galasta semalam di telepon. Kata sahabat dan adik membuat Alura merasa sakit hati. Gara-gara Indira, Galasta jadi berubah. Cowok itu sekarang hanya menganggap Alura sebagai sahabat, tidak lebih.

Alura berjalan cepat menyusuri koridor menuju kelas Damian. Damian yang memberi tahukan semua pada Galasta membuatnya diomel habis-habisan. Alura jelas tidak terima, ia harus membalas dendam. Alura membuka 0intu kelas Damian kasar.

"Di mana Damian?!" teriaknya nyaring menatap satu per satu anak yang berada di kelas kini menatap Alura heran.

"Gue di sini. Kenapa?" tanya Damian tahu-tahu berdiri di belakang Alura. Alura yang setinggi pundak Damian mendongakan kepala. Sepasang mata keduanya saling bersitatap. Yang satu dengan tatapan datar, yang satu menatap sinis penuh dendam.

Alura langsung menarik pergelangan tangan Damian paksa menjauh dari kelas. Ia membawanya ke dalam gudang penyimpanan. "Maksud lo apa-apaan ngasih tahu soal gue ke Galasta? Tahu nggak sih, gara-gara lo gue jadi diomelin!" Alura langsung berbicara tanpa basa-basi.

Damian menyunggingkan senyum sinis. "Lo emang pantes diomelin. Kelakuan lo itu nggak patut ditoleran. Indira butuh keadilan. Gue sebagai ketua OSIS hanya membantu setiap anak mendapatkan keadilan."

"Halah! Keadilan-keadilan apaan?! Sok banget sih baru jadi ketua OSIS belagu," umpat Alura. "Lo tahu, gue bakalan melakukan hal tak terduga sama Indira. Lihat aja nanti."

Damian mengernyit menatap Alura curiga. "Lo mau ngapain? Jangan macam-macam sama Indira. Dia sahabat gue! Kalau sampai macam-macam, gue laporin ke BK," ancam Damian.

Alura tertawa bak psycopath. "Silakan aja. Paling cuma dikasih poin sama hukuman doang. Gue nggak takut tuh sama bu Jamilah. Guru tua macam dia cuma pandai merusak telinga dengan ocehan dahsyat."

"Lo udah gila, Al! Lo itu bukan cinta sama Galasta, tapi, terobsesi. Kemungkinan lo mengidap OLD. Cinta lo nggak wajar banget. Berlerbihan," Damian berekspetasi kalau Alura mengidap OLD. Karena Alura akan melakukan apa saja sekalipun demi meraih cinta. Kemungkinan sangat besar 'kan?

"Gak usah sotoy. Ini perngorbanan atas nama cinta. Lo lihat aja nanti pasti akan menyesal," ujar Alura tersenyum meremehkan. Sebelum pergi, ia mengibaskan rambut seperti di iklan Shampo. Dengan gaya angkuh, melangkah meninggalkan Damian.

Damian menatap lekat ke arah Alura. Sepertinya dia akan melakukan hal nekat pada Indira. Damian perlu bergerak mengawasi Alura.

***

"Semuanya gara-gara lo! Andai lo nggak ada di hidup Galasta mungkin sekarang gue sama Galasta masih hidup bahagia! Dia nggak lagi sinis sama gue. Selalu ada buat gue. Karena dia cinta sama gue. Ini semua gara-gara lo, Indira!"

Indira bungkam menatap Alura yang memaki-maki dirinya dengan beragam kata kasar dari A sampai Z. Cewek itu mendorong Indira hingga jatuh tersungkur ke lantai. Mata Indira melotot melihat Alura yang mengeluarkan sebilah pisau.

"Gila! Lo mau ngapain? Sadar, Alura!" seru Indira histeris berusaha menghindar. Alura tertawa bak psycopath mengacungkan pisau ke arah Indira. Indira mundur dengan peluh di keringat gemetaran.

Saat ingin melesat kabur, Indira terdiam. Pintu gudag dikunci. Alura menunjukan kunci gudang lalu membuang keluar lewat ventilasi. "Plis, Ra. Lo nggak mau dipenjara karena bunuh gue kan?" tanya Indira pucat pasi.

Alura menyeringai menempelka ujung pisau pada leher Indira. "Gue enggak takut. Gue melakukan ini atas nama cinta! Gue nggak mau selalu ditinggalin. Udah cukup gue dipacarin hanya karena uang lalu ditinggalkan. Laki-laki itu semuanua jahat, kecuali Galasta. Maka dari itu, gue mau perjuangin dia. Atas nama cinta!"

"Lo selingkuh selama di Amsterdam?" tanya Indira mendengar kata 'semua laki-laki' yang dilontarkan oleh Alura.

"Ya! Gue emang selingkuh!" Alura tertawa khas mak lampir. "Lo tahu alasannya kenapa?"

Indira menggeleng takut saat ujung pisau membelai lehernya perlahan. "Gue itu psycopath sejak gue dekat sama cowok di Amsterdam yang lebih perhatiam dari Galasta. Dia hampir aja ngelecehin gue dan menghilangkan nyawa. Gue kalut saat itu! Makanya, gue belajar jadi seorang psycopath," Alura menatap Indira tajam.

"Gue udah lama nggak main-main sama darah. Lo gue jadikan korban selanjutnya ya," Alura menggoreskan pisau di leher Indira. Indira memejamkan matanya merasa perih saat darah mulai menguar. "Darah lo kayak darah suci. Enak kalau buat makanan mantan gue."

Indira terisak tertahan tak tahu harus berbuat apa. Ia benar-benar tidak menyangka kalau Alura diam-diam adalah seorang psycopath keji. "Tolong!" teriak Indira nenggedor-gedor pintu gudang. Tangan Indira langsung dicekal oleh Alura.

"Gak usah minta tolong! Atau leher lo bakalan benar-bnear patah," ancam Alura kembali menggoreskan pisau di leher Indira hingga membentuk sayatan estetik.

Indira menangis sesenggukan. "Alura, berhenti. Sakit," rintih Indira tidak tahan melihat darah. Alura menyunggingkan senyum mengejek.

"Cemen lo, ah! Nggak cocok banget sama Galasta. Padahal baru permulaan. Gue mau nantinya ada hot news 'Seorang siswi SMA meninggal di gudang'. Kayaknya seru tuh, seantero sekolah bakalan geger," ujar Alura. Indira semakin merasa ketakutan.

"Jangan, Ra. Gue masih mau hidup," pinta Indira.

"Nggak, lo musti nyusul Saras! Ini enggak seberapa kalutnya gue sendirian sewaktu dilecehkan sama mantan gue. Hiyak, rasakan!"

Pisau yang dipegang Alira menghunus leher Indira.

Mama, apa Alura bakalan menyusul mama sekarang? Batin Indira.

***

Aku diem, nggak tahu kenapa melenceng ke psycopath 🙈


Dont judge by a cover, diam-diam Alura sakit;(

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now