Bagian 23 | Siasat

355 49 4
                                    

"Jadi, dia yang lo maksud, Cher? Cara lo nggak membantu. Kita butuh cara baru. Gue nggak mau Galasta menjauh karena cewek itu. Cewek sok kecakepan beraura cowok. Najis banget," umpat Alura sambil meng-scroll Instagram mencari akun milik Indira Venelopa.

Cherry mengangguk. "Iya. Gue udah peringatin, tapi, tetap aja malah sampai beli barang couple lagi. Apalagi si Galasta mau nembak di gudang pakai acara super duper romantis! Untungnya Haikal ngasih tahu gue kalau lo balik. Jadi, gue sama Haikal berhasil menggagalkan rencana Galasta."

Jean yang asyik dengan oleh-oleh dari Alura menoleh. "Loh, gue nggak sengaja dengar dari Gara pas ngobrol sama Darren kalau Haikal sama Galasta itu cuma jadiin Indira bahan taruhan," ucapnya mengingat-ingat.

"Serius lo, Je?" tanya Sukma membelalakan mata dramatis. Jean mengangguk pasti. Telinganya masih normal.

"Bagus tuh! Gue punya ide paling cemerlang! Mumpung besok libur ahay." Cherry tersenyum penuh arti. Ia membisikan sesuatu pada Alura, Jean, dan Sukma. "Gimana? Ide gue brilian banget toh?" tanya Cherry sombong.

"Ini yang namanya permainan seru! Gue suka sama ide lo!" Alura megacungkan ibu jarinya. "Tapi, masa resiko buat gue nelangsa banget? Gue nggak mau celaka! Ntar kecantikan gue hilang."

"Alura, cinta itu butuh pengorbanan serta perjuangan besar. Kalau lo nggak ngegas, ya bakal kecolongan lah. Galasta lebih pantes sama lo, Lur," ujar Sukma meyakinkan.

Alura mendengus. "Gue ogah di rumah sakit!"

"Siapa yang mau ke rumah sakit?" tanya Darren tahu-tahu nongol bersama Kaisar, Gara, dan Galasta. Membuat Alura, Cherry, Jean, dan Sukma saling berpandangan gelagapan seperti orang kepergok.

Cherry tertawa sumbang. "Oh itu. Bahas drama Korea yang tentang dokter itu, loh! Dokternya ganteng banget. Jadi, pengin ke rumah sakit siapa tahu nemi versi nyata," ujar Cherry nyengir.

"Iya! Ganteng banget kece abis pokoknya!" timpal Jean bersemangat. Karena cewek itu memang menontonnya marathon tadi malam.

"Cewek mah drakor mulu. Padahal yang ganteng ada di depan mata. Ya nggak kak Jean?" tanya Darren menaiktrunkan kedua alisnya.

Jean melotot. "Ganteng apaan? Najis banget! Mending sama Jimin!"

"Dasar plastik," cibir Gara mengejek. Jean semakin tersulut emosi. Ia beranjak menjambak rambut Gara.

"Lo jangan suka menghina para oppa gue!" teriak Jean membabi buta.

"Aaa! Mama! Sakit!" teriak Gara tak kalah nyaring. Ia meminta tolong pada ketiga temanya. Namun, yang ada malah ditertawakan.

"Terusin, kak Jean! Terusin!" komando Darren bagai pemandu sorak. Diiringi tawa mengejek ala Galasta dan tawa kalem ala Kaisar. Dua jenis tawa berbeda.

Jean menghentikan aksinya merasa puas melihat Gara yang ngos-ngosan. "Mampus lo jadi botak! Ntar Tiara nggak jadi bucin lagi haha!" Jean tertawa menghina.

Gara masih tersenggal. "Gila lo, Kak! Kayak macan. Sungguh teganya dirimu. Kalau cemburu nggak gini juga. Gue bakalan jauhin Tiara kok kalau lo ada rasa cemburu sama gue," ujar Gara tersenyum percaya diri.

"Setan! Lo emang ngajak berantem sama gue?!" teriak Jean kembali beradu dengan Gara. Alhasil, keduanya berperang mengelilingi rumah Alura.

"Mereka berdua kayak tom and jerry. Bacot mulu lagi. Gue 'kan jadi keinget sama Nisa Nesia," ujar Darren mengambil gawainya. Ia mengecek Instagram milik duo kembar nama yang suka mem-posting adu tiktok. Seperti yang dilakukan di lapangan tadi. Ini cukup menghibur.

"Gal, mumpung besok libur kita jalan, yuk. Kalau bisa ajak Indira juga."

***

"Nis, plis dong yaa temenin gue! Gue terlanjur mengiyakan ajakan Alura. Gue nggak mau jadi nyamuk. Ntar lo gue traktir salah satu kue buatan mama, gimana? Ayo dong, Nis. Ajak Nesia juga kalau mau," oceh Indira sudah memohon-mohon di depan rumah Nisa.

Nisa yang masih memakai piyama berwarna pink menguap. "Lo mengganggu agenda gue, Ra. Gue masih mau molor, abis itu adu tiktok lagi. Masih seri, nih. Si Nesia bisa aja beli followers aktif," ujar Nisa menatap Indira sayu.

"Ayolah! Ntar gue suruh teman-teman cowok karate buat nge-like video lo! Bahkan sampai follow," ujar Indira bernegoisasi.

Nisa melotot. Wajahnya berubah berseri-seri dalam sekejap. "Anak karate yang gans-gans banget? Yang unyu-unyu biki gemay pengin nyubit? Yang kelihatan sangar, tapi, perhatian banget? Yang dulu pernah ngajak gue kenalan ada juga? Mau banget dong!" seru Nisa heboh berlebihan mengingat gebetannya yang tak tergapai terdahulu.

Indira mengangguk malas. Nisa langsung melesat masuk ke dalam rumahnya. Dalam lima belas menit, ia kembali mengenakan baju yang lebih fresh. "Ayo kuy! Gue tagih janji lo nanti," ujarnya bersemangat.

Lantas mereka berdua menaiki motor milik Indira menuju ke rumah Alura atau bisa dibilang juga rumah Melanie. Bukan Indira yang mengiyakan ajakan Alura, melainkan Saras. Beliau meminta agar Indira tetap menjalin silaturahmi.

"Emang kita mau ke mana sih, Ra?" tanya Nisa berteriak di tengah perjalanan. Indira hanya menjawab dengan gelengan. Suara kendaraan-kendaraan lainnya terlalu nyaring.

"Ini rumah siapa?" tanya Nisa mengerjap melihat sebuah rumah bergaya minimalis. Setelah melepas helm, ia masuk ke pekarangan rumah. Menyempatkan untuk menunggingkan senyum pada satpam.

Indira berlari menyusul. "Rumahnya Alura."

"WHAT?! Gue mau pulangg! Kenapa harus mak lalampir sih?" Nisa ingin berlari kabur, tetapi, sudah ditarik bajunya duluan oleh Indira. Indira menyeret Nisa paksa, tak memedulikan Nisa yang meronta-ronta ingin kabur.

"Permisi!" seru Indira. Tak lama muncul sosok bi Ijah mempersilakan Indira masuk.

Indira hanya diam saat melihat Galasta sedang duduk bersama Alura penuh canda tawa di sofa ruang tamu. Ia lebih memilih merapat ke radius dekat Kaisar. Hari libur yang akan terasa berbeda.

***

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now