Bagian 15 | Salting

513 53 7
                                    

"Ra, lo kenapa malah diemin gue mulu sih? Gue udah berusaha minta maaf lo malah ngejauh. Kayak nggak menghargai gue banget sumpah. Mau lo apa? Biar gue ngemis maaf mulu kayak gini ya?"

Indira mengepalkan kedua tangannya erat mendengar penuturan Galasta. Matanya berubah merah, menyorot tepat pada manik mata Galasta. Aura percikan api begitu kentara. Ucapan Galasta terlihat sangat menyalahkan Indira. Menyudutkannya.

Padahal Indira tidak pernah meminta Galasta untuk mengemis maaf setelah kejadian kemarin. Indira juga tak pernah merasa dekat dengan Galasta. Awal sebelum tragedi ciuman sialan itu mereka berdua memiliki dunia berbeda. Sekali pun Indira berteman dengan Kaisar, ia tak pernah bertegur sapa dengan Galasta. Paling ya cuma melirik tanpa minat.

Bukannya sudah jelas, kalau di sini Galasta sendiri yang mengemis maaf pada Indira. Galasta yang seolah ingin Indira berada di dekatnya. Tetapi, kenapa cowok ini malah menyalahkan Indira? Hell, tidak bisa ditoleransi! Indira juga punya harga diri dong, tidak ingin diinjak-injak oleh orang asing yang baru saja memasuki kehidupannya.

"Lo nggak perlu minta maaf sama gue. Gue nggak butuh sama lo! Lagian udah dari awal kalau dunia kita itu beda 'kan? Ngapain pakai membiarkan lo ngemis maaf ke gue, nggak guna banget sumpah!" cerca Indira menggebu-gebu. Ada jeda sejenak sebelum kembali melanjutkan, "Lagian nih ya. Bukan gue yang menjauh, lo nggak niat buat minta maaf. Sehari kemarin emang ngemis minta maaf, tapi, hari berikutnya apaan? Lo malah berduaan lagi sama si Cherry!"

Galasta mengerjap. Mengingat perkataan Darren kemarin, "Kalau cewek udah misuh-misuh bahas cowok deket sama yang lain, tandanya cemburu. Atau kata lainnya Indira bahas soal Cherry berarti dia cembokurr," gitu katanya.

"Lo cemburu lihat gue dekat sama Cherry ya?" tanya Galasta langsung menatap Indira dengan tatapan polos no tipu-tipu.

Wajah Indira mendadak terasa panas. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. "Ng-nggak! Gue nggak cemburu! Cuma mengungkap sebuah kenyataan," ketus Indira memertahankan wajah tanpa ekspresinya.

Galasta tertawa, jadi, gini ekspresi cewek cemburu? Wajahnya merah kayak udang rebus, bikin gemaii pengin nyubit ginjalnya. "Masa nggak cemburu? Terus ngapain nyebut nama Cherry? Wajah lo udah merah tahu," Galasta meledek, masih diringi tawa puasnya. Tangannya mengarah untuk mencubit pipi Indira.

Indira mendelik langsung menepis tangan Galasta kasar. "Apasih main cubit-cubit aja! Sakit tahu!" Ia mengusap pipinya yang mungkin makin memerah. Nyuuut, tapi, jantung kok deg-degan? Indira menggeleng, jangan mikir macam-macam.

"Salting yaaa?" Galasta semakin menjadi-jadi. Merasakan euforia kebahagiaan hasil meledek orang lain.

"Siapa yang salting sih! Gue nggak salting!" pekik Indira menutup mukanya malu.

"Ah masa? Terus ngapain ditutupin gitu?" Dengan kekampretannya, Galasta malah menyemburkan tawa meledek. Membuat Indira semakin keki, walau tak bisa memungkiri hatinya terasa hangat. Tetapi, tetap saja harga diri yang utama. Indira harus terlihat biasa saja sekali pun mungkin sudah ada rasa suka dalam hati.

"Gue nggak salting!" kata Indira penuh penekanan memalingkan wajahnya. Sepertinya dewi fortuna sedang berpihak, sosok Damian keluar dari Perpustakaan. Wajah Indira berubah berseri. Indira langsung ngacir mendekati Damian.

Sebelum pergi ia berkata pada Galasta, "Gue ada janji sama Damian. Bhay!" Galasta menyungingkan senyum tipis melihat reaksi Indira. Kalau kata Darren, cewek tiba-tiba ngacir pertanda salting.

"Kenapa gue mulu yang kena?" tanya Damian memutar bola matanya malas melihat Indira.

Indira menunjukkan cengiran. "Ya maaf! Kayaknya lo emang udah diutus buat jadi pahlawan gue. Lagian ini gara-gara jantung gue yang dag dig dug kek diskoan! Kok gue makin hari makin baper yaaa? Arggh."

Damian mendengus kesal.

***

"Gila gila gila gila. G to the i to the l to the a! Lo udah gila, Indira Venelopa. Ada apa sih dari tadi jam istirahat datang-datang senyum sinting kayak orgil. Kewarasan lo udah terenggut sama siapa? Bilang sini sama gue! Jangan-jangan ketularan Syakira ya?" oceh Nisa menyebutkan nama teman sekelasnya yang agak tulalit, Syakira.

"Heh, ngapain lo nyebut nama gue?" Syakira yang ingin berjalan menuju parkiran juga menoleh pada Nisa dengan delikan. "Gue denger ada kata 'gila' juga. Lo ngatain gue gila ya?" Syakira mengkutip pada kata 'gila'.

Nisa tersenyum mengejek. "Lo emang gila 'kan? Bahkan lebih gila dari si Nesia."

"Kenapa lo nyebut nama gue?" Oh, bagus. Nesia yang sedang berada di depam kelas 10 Mipa 3-ruangan yang baru saja dilewati-menoleh. Menatap Nisa penuh dengan tatapan selidik.

Syakira yang menjawab, "Dia ngatain lo gila, gue juga dikatain gila."

Nesia melotot. "Wah sekate-kate ngatain gue gila! Kalau lo mah gakpapa, Syakira. Lo kan gilanya natural."

"Heh, kok gue dikatain gila terus sih?" Syakira melotot tak terima.

"Dahla, buang-buang waktu. Gue lagi nggak mau debat sama lo, Nes. Yang terpenting gue harus nyembuhin Indira ke RSJ," Nisa menunjuk Indira yang tertawa gila sendiri. Padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

Nesia dan Syakira menoleh. Mengamati Indira yang selalu setia menyunggingkan senyum, sesekali memegang kedua pipinya. Tingkahnya terlihat malu-malu.

Nesia menempelkan punggung tangannya ke dahi Indira. "Nggak panas. Lo kenapa Ra? Pasti ada yang nggak beres. Otak lu hilang sebelah ya?" Nesia menangkup wajah Indira. Menatapnya dengan tatapan intens.

Indira mengerjap tersadar. "Apaan sih, lo mengacaukan imajinasi gue, huhu. My pangeran! Jantung gue aarrgghh. Oh to the my to the god." Indira memegang bagian luar jantungnya. Debaran itu masih ada. Wajah Galasta selalu terngiang-ngiang seperti video ccp yang selalu terputar otomatis. Dia kenapa? Gila?

"Bentar, gue analisis dulu." Syakira menatap Indira yang kini balik menatap dengan tatapan bengong tak mengerti, "Orang senyum-senyum malu kayak orang gila gini sih BUCIN detected! Lagi jatuh cinta ya Ra?"

Wajah Indira memanas. "Masa gue jatuh cinta? Kentara banget ya? Eh emang iya gue lagi jatuh cinta?" Jantung Indira mencelus melihat Galasta berjalan dari arah berlawanan. Cowok itu menatap Indira dengan senyum.

Indira memalingkan wajahnya, malu. Ia langsung berlari menuju parkiran sendirian. Nisa, Nesia, dan Syakira yang melihatnya melongo tak percaya melihat reaksi Indira. Ibaratnya tuh sekali senyum bikin meleleh kayak es krim.

Indira benar-benar jatuh cinta?

***

Punten, auto salting ges dilihatin doi:'/

Ini Aku [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang