Bagian 22 | Rindu

397 56 7
                                    

"Ra, gue mau ngomong sama lo," pinta Kaisar tahu-tahu datang ke kelas saat jam istirahat.

Indira mengangguk. "Yaudah, gih, ngomong aja."

"Nggak di sini. Gue butuh privasi," ujar Kaisar melirik sosok Nisa yang sudah menatap dengan mata memincing penuh curiga. Nisa meringis. Ya maaf jiwa keponya meronta-ronta. Mau bagaimana lagi, kata privasi semakin membuatnya penuh pertanyaan.

Demi kenyamanan bersama, Nisa akan memendam jiwa keponya sejenak. Ia mengangguk mengerti menyuruh Indira agar menurut Kaisar. "Sana. Gue bukan anak kecil, tante. Bisa ke kantin sendirian," ujar Nisa mengikuti gaya bicara salah satu kartun tontonannya, Shiva.

Indira mendengus. "Gue bukan tante lo!" serunya beranjak berdiri.

"Apa tante? Mau traktir gue?" tanya Nisa menggoda. Indira melirik sinis sambil memberikan kepalan tinju. Nisa malah tertawa. Cewek itu bergabung dengan Nesia dan Syakira.

Sedangkan Indira mengikuti langkah Kaisar dalam keheningan. Mereka menyusuri sekolah hingga kaki jenjang Kaisar berhenti di taman belakang sekolah yang cukup sepi. Mereka berdua duduk di kursi kayu lawas yang masih layak pakai. Indira menunggu Kaisar mengeluarkan suara.

"Lo pasti ngerti kan maksud gue kemarin?" tanya Kaisar langsung pada intinya.

Indira mengernyit. "Iya, gue paham. Tapi, Kai. Persahabatan di atas segalanya. Gue nggak mau karena ada rasa, kita jadi canggung," jawab Indira jujur.

Kaisar tersenyum simpul. Menutupi rasa kecewanya. Kalah sebelum berperang itu menyakitkan. "Iya, gue paham. Gue cuma mau ngasih tahu lo, kalai gue ada rasa lebih dari sahabat. Lo nggak perlu balas perasaan gue. Biarkan gue jadi pengagum rahasia lo. Jangan larang gue."

Indira menatap Kaisar sendu. Kaisar balas menatapnya. Entah mengapa tiba-tiba suasana berubah menjadi mellow. Ditambah lagu Aku Sedang Mencintaimu milik Maudy Ayunda yang dinyanyikan Kaisar kemarin terputar mengiringi. Kaisar menghela napas.

"Jangan tatap gue kasihan. Gue nggak perlu dikasihani," tegur Kaisar membuang muka. Tatapan Indira membuatnya semakin tenggelam dalam larutan cinta.

Terselip rasa tidak enak dalam hati. "Sekali lagi, sorry, Kai," ujar Indira.

"Santai aja. Kalem sama gue, Ra," ujar Kaisar memasang senyum baik-baik saja.

Hening.

"Ra."

Indira mengerjap menatap Kaisar. "Lo manggil gue, Kai?" tanya Indira polos menatap Kaisar yang diam saja. Cowok itu menunjuk belakang Indira dengan dagunya. Indira memutar pandangan, ia melihat sosok Damian berdiri.

"Iya, Dam? Ada apa?" tanya Indira bingung.

Damian mengulas senyum tipis. "Pulang sekolah nanti lo ada acara nggak?" tanyanya.

Indira mengernyit. "Kayaknya nggak. Kenapa?"

"Anterin gue ke toko buku. Mau?" Damian meminta penuh harap.

Kaisar menyenggol lengan Indira yang malah bengong kayak kambing dongo. "Iyain aja. Dari analisis, kayaknya dia juga suka sama lo. Lo harus deket sama cowok lain biar gue bisa move on cepat. Gue restuin sama Damian. Kalau Galasta, big no," ujar Kaisar menyunggingkan senyum miring.

Indira mendelik. "Kayaknya baru aja lo berani bilang suka, kenapa sekarang nyuruh gue dekat sama cowok lain? Sungguh tidak berperasaan," Indira berdecak sok kesal.

"Jadi, maksudnya lo nggak mau kehilangan penggemar rahasia?" tanya Kaisar tertawa menggoda.

"Gue bukan nyamuk," desis Damian yang setia menyimak.

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now