Bagian 13 | Menjauh

686 60 4
                                    

Kalau ada Galasta anggap aja dia gak ada. Tahan, Ra. Lo harus menjauh.

Kata-kata itu selalu Indira rapalkan dalam hati. Raut wajahnya lesu tak bersemangat. Rasanya malas berpapasan dengan Cherry dan Galasta. Dua orang yang akhir-akhir ini berpengaruh pada kehidupannya. Yang mengubah jadwal kehidupan. Yang memporak-porandak akal pikirannya.

Satu yang pasti, mulai sekarang Indira harus menjauhi Galasta. Cowok itu hanya pembawa masalah baginya, ia tak mau kejadian kemarin kembali terulang. Cherry sukses membuatnya trauma. Indira tak akan pernah mau lagi berurusan dengan Galasta.

Indira tersentak saat merasa menabrak tubuh seseorang. Ia melihat sepasang sepatu tepat di kaki pemilik tubuh. Kepalanya mendongak, melihat sosok cowok bertampang berandalan. Haikal. Jangan berurusan sama siapa pun yang ada kaitannya sama Galasta! batin Indida mengingatkan.

Maka dari itu, Indira langsung melewatinya berlari. Sial, pergelangan tangannya dicekal paksa oleh Haikal.

Indira meliriknya sinis. "Mau lo apa? Gak usah sok kenal!" sentak Indira melepas tangan Haikal yang mencekalnya paksa.

"Lo kenapa? Pasti sakit hati gara-gara ditinggal sama Galasta ya? Lo jangan kebaperan deh. Dia suka sama orang lain," ujar Haikal tertawa meremehkan.

Mata Indira makin menajam. "Gak usah sok tahu! Minggir, ngomong sama lo itu sama aja buang-buang waktu."

"Sialan," umpat Haikal. "Gue ganteng, harusnya lo beruntung bisa ngobrol sama gue. Dari pada sama cowok berengsek kayak Galasta kan?"

Indira berdecih. Kenapa sih cowok sukanya modal tampang doang?

"Lo mending tudep aja deh. Mau lo apa nahan gue? Sok kenal, sok tahu lagi! Buang-buang waktu," Indira mengucap penuh penekanan di setiap katanya.

"INDIRAA!"

Teriakan Nisa dan Nesia dari arah kejauhan menyelamatkan Indira. Dua cewek itu langsung menutupi tubuh Indira bermaksud melindungi seolah Haikal ingin melakukan kejahatan. Mereka berdua menatap Haikal dengan tatapan sinis. Cowok di hadapan mereka ini punya citra yang buruk, berbahaya.

"Mau lo apa? Nggak usah ganggu Indira, deh!" seru Nisa sengit.

Haikal memutar bola matanya malas. "Apasih kaleng rombeng pake muncul segala. Bawa temennya lagi."

"Heh! Siapa yang lo bilamg kaleng rombeng? Ayo sini lawan sama gue kalau berani!" Nisa dan Nesia mendelik kesal. Mereka berdua menyibakan lengan seragam hingga siku. Posisinya sudah siap bertarung.

Tetapi, terpaksa urung ketika Indira menarik kerah seragam belakang mereka berdua. "Udah, nggak usah ribut. Mending kita balik ke kelas," ujar Indida menatap Haikal enggan. Ia menyeret Nisa dan Nesia yang akhirnya terpaksa mengikuti langkah Indira.

"Yaelah, gue belum kasih pelajaran sama tu bocah! Greget gue lihat muka songongnya. Cantik kayak begini dibilang kaleng rombeng? Ish, matanya rabun!" Nisa mengibaskan rambut panjangnya yang tergerai lurus.

Neisa tertawa. "Cantikan gue lah ke mana-mana. Body aduhai kayak Selena Gomez," ujarnya sambil menggoyangkan pinggul sekali mirip seekor bebek.

"Aduhai gimana maksud lo? Rata kek triplek aja bangga!" Nisa tertawa ngakak.

"Heh! Sekate-kate aja lu. LD gue seratus centimeter btw, lu berapa?" tanya Nesia.

"Alah, seratus mah kecil banget, sist! Punya gue seratus dua puluh." Nisa menunjukkan senyum pongahnya.

Nesia melotot. "Nyenyenye, bidi imit. Yang pentin kemarin gue menang adu tiktok ahak-ahak!" Nesia tertawa bahagia lalu berlari menuju kelasnya. Disusul Nisa yang sudah mengumpat memanggil nama Nesia.

Indira yang ditinggal hanya bisa menghela napas.

Udah biasa kok ditinggalin sendirian.

***

Galasta menopang dagunya, menatap whiteboard dengan tatapan malas. Dijauhi oleh Indira rasanya berat. Seperti kehilangan sesuatu yang sebelumnya pernah ada. Galasta 'kan jadi uring-uringan. Dia udah minta maaf berkali-kali, tetap ditolak, gimana coba?

"Woi, Gal. Lu kenapa? Dari kemarin hobi ngelamun mulu," Gara menegur membuat Galasta tersentak.

"Kayak cewek abis diputusin, galau teros!" sahut Darren.

Kaisar hanya diam mengamati.

Galasta menghela napas. Tubuhnya disandarkan ke kursi. "Gue dijauhin Indira gara-gara kemarin gue tinggal dia sendirian di tempat spesial gue sama Alura. Rasanya nyesek banget gimana gitu," gerutu Galasta.

Darren mendadak tersedak tanpa alasan. Gara yang sedang duduk di meja nyaris terjungkal ke lantai. Kaisar yang sedari tadi diam mengerjakan buku setebal KBBI berisi rumus Kimia langsung mendongak, mendadak ambyar. Mereka semua terkejut dengan perkataan konyol Galasta.

Darren paling heboh. "Lo gila ninggalin sendirian? Lo ajak ke tempat spesial itu? Kenapa bisa sampai lo tinggal sendirian hah?" tanya Darren memberondong tak sabaran. Ingin rasanya memukul kepala Galasta, sayangnya Darren masih ingat status mereka berdua. Pasangan homo, eh salah, sahabat.

"Haikal datang, ungkit-ungkit soal Alura. Gue emosi, berantem, gara-gara mood nggak stabil gue tinggal Indira. Dia jadi ngejauh gak maafin gue, bahkan gue kena imbasnya yaitu bersih-bersih perpustakaan. Menurut lo, gue harus gimana?" Galasta menatap Darren polos.

"Tolol," desis Darren tanpa sungkan menjitak kepala Galasta. Galasta mengaduh langsung mengusap dahinya. Ia mendelik ke arah Darren.

"Ngapain pakai jitak gue sih?" tanya Galasta.

Darren melirik sinis. "Ya abis lo bego banget. Biar apa coba ngajak Indira ke sana? Pakai ditinggalin lagi, ya pantes kalau Indira ngejauh! Tolol banget jadi cowok. Mikir dong, yang ada lo juga nyakitin kalau bawa dia ke tempat spesial lo sama orang lain," ujar Darren penuh penekanan terutama pada dua kata terakhir.

"Terus gue musti gimana? Gue butuh saran, bukan mau dimarahin kayak gini." Galasta memutar bola matanya malas.

"Serah! Lu bisa ngesot-ngesot ngemis maaf aja sana."

"Serius, Darren!"

"Lo mau serius sama gue? Sorry gue masih straight away."

"Lo mau gue sleding?"

"Iya-iya santai kali! Gue mau bantu, cuma nggak gratis, hehe."

***

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now