Bagian 24 | Drama

385 51 7
                                    

"Eh, Ra, temenin gue beli gulali yang di sebrang jalan itu, yuk!" ajak Alura menunjuk penjual gulali keliling di sebrang jalan sana.

Saat ini, mereka berenam (read: Galasta, Kaisar, Nisa, Alura, Cherry, dan Indira) habis mampir di salah satu toko hoodie. Kalau kalian tanya di mana Darren, Gara, Sukma, dan Jean. Mereka berempat memisahkan diri entah ke mana. Katanya sih, pengin ke rumah hantu yang lagi nge-hits di Instagram.

"Kenapa gue?" tanya Indira menampilkan wajah polos. Ada Cherry, kenapa musti dia? Indira kan jadi was-was. Jujur saja, sedari tadi perasaannya tidak enak. Apalagi Cherry yang selalu menatap dengan tatapan penuh intimidasi. Pikiran negatif berkelana dalam pikiran.

"Ya mau aja! Kalian mau nitip nggak?" tanya Alura. Cherry dan Nisa yang mengangkat tangan mereka tinggi pertanda iya.

"Kita tunggu di kafe itu tuh dekat perempatan," ujar Galasta. Dibalas anggukan Alura. Indira ingin mengajak Nisa, tetapi, Alura sudah duluan menarik pergelangan tangannya.

"Ra, lo pesenin duluan, ya. Gue mau telpon seseorang," ujar Alura tersenyum simpul saat mereka berdua telah meyebrang. Indira mengangguk. Alura membuka password gawainya, ia menelpon kontak seseorang.

"Halo, Je. Lo buruan siap-siap gih sama Sukma. Target udah sampai lokasi, bentar lagi gue akan memulai drama. Lo jangan kenceng-kenceng. Cukup buat gue berdarah," ujar Alura langsung pada intinya.

Lawan bicara Alura di telpon mengangguk, "Tenang aja, Lur. Gue udah stand by dari awal. Kita lihat lo dari kejauhan. Aman."

Alura mengukir senyum puas. "Oke, gue mulai drama duluan ya!"

Setekah itu, Alura memutus sambungan secara sepihak. Ia kembali menghampiri Indira yang duduk menunggu pesanan gulali. "Sorry ya lama. Barusan gue telpon sama Jane," ujar Alura duduk di sebelah Indira.

Oh, Jane, batin Indira. Ia mengangguk saja, fokus menggulir beranda Instagram. Lagipula, apa urusannya Alura melapor?

Alura terdiam lama menatap gantungan gawai milik Indira yang berbentuk dream catcher sama seperti milik Galasta. Tangannya sudah gatal untuk melakukan siasat. Tetapi, Alura harus bersabar sebentar lagi. Sampai penjual gulali selesai. Tak lama, pesanan gulali mereka berdua selesai.

"Makasih, mang," ujar Indira tersenyum tulus pada mamang gulali.

"Sama-sama, neng!" balas si mamang gulali.

Alura dan Indira menunggu jalanan sepi tuk menyebrang. "Ra, itu gantungan couple sama Galasta ya?" tanya Alura basa-basi langsung merebut gawai milik Indira.

Indira tersentak. "Iya, balikin dong! Lo ngapain sih, Lur? Itu HP gue!" seru Indira berusaha menggapai, tetapi, Alura malah mencopot gantungan tersebut dan melemparnya ke tengah jalan. Indira melotot tak percaya.

"Ups, sorry, Ra," ujar Alura sok bersalah. Indira ingin mengambil ke tengah jalan, Alura lebih dulu mencegahnya. Ia melempar diri ke tengah jalan seolah-olah terdorong Indira bersamaan dengan sebuah mobil yang melaju kencang menyerempet Alura. Mobil tanpa plat itu tetap melaju kencang. Indira berteriak histeris kembuat beberapa orang yang lewat langsung mengerubungi.

Bahkan, Galasta dan teman-temannya datang. Mereka menatap Indira penuh tanya. Berbeda dengan tatapan Galasta yang terlihat nyalang. "Kalau sampai Alura kenapa-napa, lo harus tanggung jawab," ujar Galasta membantu Alura berdiri.

Indira masih terpaku syok. Ia tidak sadar ada seseorang yang menyaksikan semuanya. Mulai dari Alura menelpon seseorang lalu datangnya mobil. Ia merekamnya sempurna.

"Cih, drama banget."

***

"Ra, kejadian sebenarnya gimana sih? Lo bisa jelasin secara detail?" tanya Kaisar menenangkan Indira yang masih diam syok. Mereka sedang menunggu Alura di rumah sakit. Takut ada luka dalam atau apa. Dari pada nantinya terlambat, kan bisa bahaya.

Galasta tampak sangat khawatir. Ia tidak bisa diam. Ia selalu khawatir, tidak suka melihat Aluranya dilukai oleh orang mana pun. Termasuk Indira. Galasta akan melindunginya. Ia menatap Indira menuntut penjelasan. "Jawab! Lo jadi bisu atau gimana sih?" tanya Galasta ngegas.

Nisa tidak suka perlakuan Galasta yang menyudutkan Indira. "Sabar dong, Gal! Indira juga syok kali, dia mana tahu kalau bakalan ada mobil yang lewat," ujar Nisa ketus balas menatap Galasta sinis.

"Jadi, tadi Alura ngerebut gantungan HP gue yang dream catcher itu lalu dibuang ke tengah jalan. Pas mau gue ambil, nggak tahu kenapa malah gue dicegah. Terus Alura nggak sengaja ke dorong gue ke tengah jalan," cerita Indira jujur.

"Lo pasti dorongnya sengaja 'kan? Lo pasti cemburu lihat gue sama Alura berduaan terus ngarang cerita yang nggak-nggak begini. Gue tahu kalai Alura itu baik, nggak mungkin asal main rebut," bela Galasta nyolot.

Indira mendelik. "Gue nggak cemburu ya! Kalaupun cemburu, gue nggak bakal sealay itu mempertaruhkan nyawa orang. Lo nggak tahu kejadian nyatanya kayak gimana, jangan asal nuduh dong!" Indira ingin melayangkan jurus karatenya, untung saja dicegah Kaisar.

Nisa yang maju. "Iya bener apa kata Indira! Lo mungkin lihatnya Alura itu baik, tapi, nggak tahu benar-benar aslinya kayak gimana. Jangan menyudutkan sahabat gue anjing! Lo emang ganteng, tapi, sikap lo yang kayak gini semakin terlihat minus. Mikir jadi cowok!" racau Nisa mengumpat, tidak rela Indira kembali disudutkan.

"Kita lihat aja nanti cerita dari Alura kayak gimana," ujar Galasta menatap Indira sinis. Yang ditatap hanya menampilkan wajah datar. Walaupun hatinya menjerit.

Segitu banget lo percaya sama Alura, Gal? Sespesial itu Alura buat lo? Terus maksudnya acara 'pendekatan' minggu lalu sama gue itu apa, Gal? Lo mau membunuh gue tanpa menyentuh? batin Indira tertawa miris.

Kehadiran Galasta di kehidupan Indira baru-baru ini berhasil memporak-porandak dunia Indira. Dunia Indira yang monokrom, mendadak penuh warna. Dia jadi tahu bagaimana rasanya baper, cemburu, gengsi tapi suka, dan semuanya.

Tapi, setelah kehadiran Alura. Apakah dunia Indira akan kembali ke rutinitas? Jujur saja, Indira merasa tidak rela. Ia sudah terlalu jatuh pada Galasta, walaupun pikirannya menolak karena gengsi.

Cinta itu rumit.

***

Korban sinetron, ngakak sendiri astaga 😆

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now