Bagian 33 | Membaik

807 53 0
                                    

Brak!

Pintu gudang mendadak terbuka membuat Alura secara refleks membuang pisaunya ke sembarang arah. Ia menatap Damian, Kaisar, Galasta, kepala sekolah, dan papanya dengan tatapan menghunus penuh selidik. Ia mengepalkan tangan erat. Kenapa selalu saja ada yang mengganggu rencananya untuk menghabisi Indira, batin Alura dongkol.

Indira lamgsung berlari dan memeluk ayahnya. "Pa-pa," gumam Indira terbata sambil memegangi lehernya yang terasa nyeri. Ia menangis sesenggukan di pelukan Yuda.

"Alura, lo apa-apaan sih? Kenapa lo jadi psycopath kayak gini?" tanya Galasta tak percaya apa yang dilakukan oleh sahabatnya. Sekarang, Alura telah berubah. Alura bukan lagi gadis manja selalu ceria yang dikenalnya. Alura berubah menjadi menyeramkan.

Alura tersenyum sinis. "Ini semua karena lo, Gal! Gue cinta sama lo! Cinta mati. Gue harus melenyapkan siapa saja yang menghalagi gue buat mendapatkan lo. Termasuk orang terdekat sekali pun!"

"Jangan emosi, Gal. Dia berubah kayak gini karena traumanya di masa lalu. Tadi gue sempat dengar kalau Alura pernah nyaris dilecehkan bahkan sampai nyaris direnggut nyawanya," Damian memperingati saat Galasta akan menyemprot Alura dengan 1001 kamus ceramahnya.

"Kaisar, kamu jaga Indira dulu. Biar om yang mengatasi Alura," ujar Yuda menatap Kaisar. Kaisar mengangguk segera membawa Indira pergi dari TKP. Meninggalkan Galasta yang bersungut-sungut kesal. Ini kenapa camer milih Kaisar?

Yuda menatap Alura dengan tatapan iba. "Nak, cara kamu ini salah. Kamu hampir aja merenggut nyawa orang, loh. Nanti di rumah ibu khawatir sama kamu. Gimana kalau kamu dipenjara?" tanya Yuda perhatian menarik Alura dalam pelukannya.

"Papa," cicit Alura kembali melunak. "Alura cuma nggak mau Galasta berubah. Alura mau selamanya sama Galasta. Alura mau hidup bertahun-tahun bareng Galasta. Cowok lain kejam, nggak kayak Galasta, Pa."

Yuda menganguk paham. Putrinya ini akan dia bawa ke Psikolog untuk terapi menghilangkan PTSD ( post traumatic synrome disorder). "Jangan memaksa. Tiap orang punya jalan hidup berbeda, Alura. Besok kita akan kembali ke Amsterdam," ujar Yuda.

Alura langsung menggeleng. "Nggak mau, Pa! Nanti Alura ketemu sama Keanu. Dia udah jahat sama Alura!"

"Kita tetap akan ke Amsterdam. Kamu bisa balas dendam sama dia," ujar Yuda membujuk. Bukan benar-benar menyuruh Alura untuk bapas dendam. Alura berbinar langsung mengangguk yakin. Urusan balas dendam mah nomor satu.

"Pak, untuk kejadian ini tolong jangan dipublikasikan. Besok saya akan mengurus kepindahan Alura," ujar Yuda menatap kepala sekolah.

Pak Reno selaku kepala sekolah tersebut menganggukan kepala, "Baik, pak Yuda. Untuk kalian, Galasta, Damian, tolong kerja samanya juga. Nanti saya akan bicarakan ini juga dengan Kaisar dan Indira."

"Baik, pak," balas Damian dan Galasta serempak.

"Gal?" cicit Alura menatap Galasta takut, ia berbicara dengan nada tergagap. "So-soal ta-tadi gu-gue-"

Galasta tersenyum simpul. "Gue paham kok, lo sakit. Udah gue maafin. Lo kan sahabat sekaligus adik gue. Jangan lakukan hal kayak gini lagi. Cepat sembuh."

Galasta meraih Alura ke dalam pelukannya.

"Cuma adik ya? Hm. Makasih, Gal."

***

"Kai, gue takut hue," rengek Indira sedari tadi men-dusel dalam pelukan Kaisar tak mau diobati oleh petugas UKS. Kaisar menghela napas kewalahan menghadapinya. "Pasti nanti jelek banget ada bekas sayatan di mana-mana. Besok gimana mau sekolah coba?"

Sekali lagi, Kaisar menghela napas. "Jangan pikirin besok, Indira. Nanti luka kamu infeksi gimana? Yang terpenting udah diobatin, nanti lo bisa pakai syal buat ke sekolahnya," nasehat Kaisar.

Bibir Indira maju ke depan. "Kaii, nggak mau. Nanti sakit banget pasti. Mau pulang aja," rengek Indira semakin tak mau melepaskan dekapannya. Tingkah laku Indira sekarang sudah mirip dengan bayi. Bayi dewasa, lebih tepatnya.

Petugas UKS tersenyum lucu melihat dua pasang manusia yang tampak couple goals banget di matanya. "Kalian pacaran ya?" tanya petugas UKS langsung tanpa basa-basi.

"Enggak! Kita cuma sahabatan," Indira dan Kaisar menjawab secara bebarengan. Mereka berdua saling bersitatap lalu menyemburkan tawa. Begitu juga dengan petugas UKS yang merasa geli menyaksikan keuwuan sepasang manusia di hadapannya.

"Yakin nih cuma sahabat? Sahabat rasa pacar gitu?" tanya petugas UKS bernada menggoda.

Indira melotot. "Dih, apaan sih, mbak. Ogah banget akutu pacaran sama dia. Pelit orangnya," ujar Indira sok berbisik padahal Kaisar mendengarnya. Cowok itu melayangkan jitakan ekslusif pada Indira.

"Udah sana diobatin sama mbaknya, Ra. Nanti luka lo infeksi," bujuk Kaisar lagi ke topik awal.

Indira menggeleng mengembungkan wajah-gayanya saat sedang ngambek. "Nggak mau. Titik."

"Mbak, bantuin dong. Susah banget nih," pinta Kaisar.

Mbak-mbak petugas UKS terdiam sejenak. "Kaki sama tangan diikat aja. Nanti diobatin paksa."

"Dih, mbak kok jahat?" Indira melotot, berbeda dengan Kaisar dan mbak petugas UKS yang malah tertawa.

"Kayaknya asyik banget. Udah diobatin belum?" Yuda, Alura, Galasta, dan Damian datang memasuki UKS.

Kaisar menjawab, "Belum nih, Om. Masa merajuk mulu kayak bayi. Kayaknya cuma om doang yang bisa ngobatin Indira."

"Masih aja takut darah, hm?" Yuda mengambil kotak P3K dari mbak petugas UKS. Dia menatap Indira yang kini bungkam-terlihat sekali kalau Indira merasa canggung. Yuda memaklumi, mereka berdua tidak berkomunikasi baik sejak penceraian itu. "Jangan canggung. Papa tetap sayang sama kamu, Indira."

"Tapi, kenapa papa pergi?" Indira balas berbisik. Ia diam saja saat Yuda mulai membersihkan lukanya. "Papa jahat ninggalin Indira sama mama. Kemarin waktu mama meninggal aja papa nggak datang."

"Maaf, ya. Papa cuma takut kalau kamu bakalan tambah membenci papa. Kamu tahu kan alasan papa bercerai?" Indira mengangguk, ia sudah tahu segalanya dari cerita Viona.

"Indira udah maafin papa kok," Indira mengulas senyum tulus. Memeluk sang papa.

"Gue minta maaf, Indira," cicit Alura takut. Galasta menepuk pundak Alura meyakinkan. Galasta yang menyuruh Alura untuk meminta maaf. "Gue saudara lo, tapi, malah menyakiti. Maafin gue. Abis ini gue nggak akan ganggu lo lagi kok."

Indira dan Alura saling berpelukan.

"Udah gue maafin."

"Makasih, Indira. Oh ya, gue masih kasih tahu kalau lo dijadikan Galasta bahan taruhan sama Haikal."

"Maksdnya?"

"Nanti gue kirim rekaman asli."

***

Detik-detik menuju ending, dah baikan tuh ☺

Aku nggak nyangka kalau bakalan menjauh dari bayangan cerita. Malah menyangkut ke gangguan psikologi juga:" maaf kalau salah. Aku gapake riset, cuma sesuai pengetahuan aja 👉👈

Ini Aku [Completed] ✔Where stories live. Discover now