2. Kapal Pecah

26.7K 2.6K 322
                                    

Kalian tau apa yang bikin asem semangat buat publish cerita baru terus? Dukungan dari kalian gaes. Makasih banyak yaaa.

Jangan lupa vomentnyaa❤

.
.
.
.

"Jaemin engga!"

''Sedikit aja nggak boleh banyak-banyak."

"No Jaemin, kamu harus istirahat sekarang."

"Jangan di berantakin ya, udah Bunda beresin."

"Astaga Jaemin Mahesa Pratama berhenti loncat-loncat di atas kasur atau Bunda ikut loncat nih?!" Ancam Oci, "Eh tapi ngapain juga gue ikut loncat," Gumamnya.

"Kenapa sih udah malam masih aja ribut," Jeff muncul dari balik pintu kamar Oci. Dia tidak kaget dengan kondisi kamar Oci yang kini berantakan dan mirip kapal pecah, sudah biasa dengan hal-hal seperti ini untuk waktu yang lama. Jeff menghampiri si pembuat onar alias putranya yang kini tengah melompat-lompat di atas kasur.

Oci menghela napasnya dalam. Lelah dengan kelakuan Jaemin yang kelewat aktif padahal hari sudah malam, "Jaemin nggak mau tidur. Padahal besok aku harus ke Bandung buat survey bangunan klien."

"Yaudah malam ini Jaemin tidur di apartemen aku aja. Besok pulang dari Bandung baru pindah ke apartemen kamu," Sudah menjadi kebiasaan Jeff menjaga Jaemin apabila mantan istrinya pergi ke luar kota untuk bekerja, "Jaemin mau kan tidur sama Ayah?"

Jaemin melirik Oci dan Jeff bergantian, "Kita tidur bareng aja di sini Yah," Oci mendadak membisu, begitupun dengan Jeff saat mendengar permintaan putra mereka.

Sepertinya permintaan Jaemin terlalu sulit untuk mereka berdua kabulkan. Apalagi status mereka sudah bukan suami istri lagi. Perceraian yang terjadi tiga tahun silam membuat keduanya harus pisah ranjang bahkan rumah.

Oci berdehem, "Ayah kan harus tidur di apartemennya sayang. Nanti kalau apartemennya kosong diisi sama hantu kan nggak lucu," Katanya mencoba untuk menghindar, "Kalau Jaemin mau tidur sama Ayah nggak apa-apa. Besok sore Bunda jemput."

Sebenarnya apartemen keduanya tidak jauh. Malah hanya berbeda tiga lantai saja. Jika Oci ada di lantai empat, maka Jeff ada di lantai tujuh. Ini semua karena Jeff yang memaksa Oci untuk tidak tinggal jauh-jauh darinya. Pria itu beralasan Jaemin harus tetap dekat dengan kedua orang tuanya meski mereka berdua sudah bercerai.

Jaemin memajukan bibirnya, membuat siapapun yang melihatnya merasa gemas. Tidak terkecuali Jeff, "Ayah beliin mainan. Jangan cemberut gitu," Rayunya. Padahal dia tidak masalah jika harus tidur bersama dengan Oci malam ini. Karena memang itu yang dia inginkan.

Kembali dengan mantan istrinya.

Rosie Adelia biasa di panggil Oci, Ros, atau Sie. Si desiner interior yang apabila jika sedang bekerja tidak mengenal waktu. Jago sekali jika sudah berurusan dengan mendesign sebuah ruangan atau gedung-gedung untuk teater. Dan di umurnya yang masih terbilang muda yaitu dua puluh enam tahun, dia sudah sukses dalam kariernya. Tapi sayangnya dia tidak sukses dalam menata rumah tangganya sendiri.

"Nggak ada mainan-mainan lagi Mas. Mainan Jaemin udah banyak banget. Bahkan sebagiannya udah aku sumbangin ke panti asuhan," Tolak Oci tegas.

"Ya nggak apa-apa Ros, untuk anak. Aku kerja aja supaya bisa ngebeliin Jaemin makanan yang enak-enak sama mainan yang dia mau."

"Iya Bunda, boleh dong ya? Kalau Bunda bolehin, Jaemin langsung bobo nih," Anak laki-laki berusia lima tahun itu mendukung sepenuhnya perkataan sang Ayah.

Oci menghela napasnya.

Memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Kelakuan Ayah dan anak itu sama saja, "Iya deh terserah kalian aja. Yang penting kamu tidur. Liat tuh, udah jam 11 malam. Anak kecil macam apa coba jam segini belum tidur," Keluh Oci.

Jaemin memekik girang. Dia langsung mengajak Jeff untuk tos dengannya.

Oci duduk di tepi ranjang sambil membereskan bantal-bantal yang berantakan karena ulah sang anak, "Jadi Jaemin mau tidur sama siapa?"

"Sama Ayah!"

"Oke. Ayo sekarang ke apart Ayah, kita tidur di sana. Besok pulang sekolah Ayah ajak beli mainan," Jeff bersiap untuk menggendong Jaemin.

"Emangnya kamu besok nggak kerja Mas?"

"Engga, aku dapat jatah libur dua hari setelah dua minggu kemarin di Jepang," Oci membulatkan mulutnya paham. Dia jadi teringat dengan kejadian sebelum keberangkatan Jeff ke Jepang dua minggu yang lalu. Di mana Jaemin menangis keras di bandara karena tidak ingin ditinggal oleh Jeff. Bahkan saat pulang dari bandara setelah mengantar Ayahnya dengan sang nenek, Jaemin mendadak demam tinggi dan membuat Oci yang saat itu tengah bekerja terpaksa harus pulang untuk menemani putranya.

Jeff yang tahu jika Jaemin sakit sampai tiga hari karena ditinggal olehnya ke Jepang, ingin segera pulang ke Indonesia. Tapi pekerjaannya yang merupakan manajer konstruksi, menuntutnya untuk tetap di Jepang selama dua minggu sampai proyek itu benar-benar selesai.

"Ayah ayo ke apartemen Ayah. Jaemin ngantuk," Mata Jaemin terlihat sayu. Pertanda jika dia sudah siap untuk tidur.

Jeff mengangguk. Dia menggendong Jaemin dan membawanya ke apartemennya. Tapi sebelum pergi, Jeff sempat mengatakan sesuatu pada Oci, "Besok di tempat kerja jangan lupa makan, minum yang cukup, sama kalau udah capek istirahat dulu aja. Kebiasaan jelek kamu dari dulu itu cuma satu, suka lupa waktu kalau udah kerja."

Oci yang mendengarnya mendengus, "Iya iya aku makan. Udah sana kamu pulang. Tuh Jaemin udah tidur," Oci menunjuk Jaemin yang ternyata sudah tertidur di gendongan mantan suaminya.

Jeff tersenyum, "Bilang aja kalau mau ngusir aku," Tangan pria itu terulur untuk mengelus-ngelus kepala Oci, "Suatu hari nanti aku bakal tinggal di sini lagi. Sama kamu dan Jaemin."

Oci menepisnya pelan, "Pulang sekarang ya Mas. Dadah!" Katanya sambil menutup pintu apartemen. Takut jika ucapan Jeff akan lebih ngawur lagi.

Jeff yang melihat tingkah Oci tertawa pelan. Namun saat di dalam lift, pria itu terlihat menghela napasnya berat. Mencoba memberitahu dunia bahwa dia tidak baik-baik saja dan tawa yang dia tunjukkan tadi hanyalah kepalsuan, "Aku serius Ci sama ucapanku yang tadi," Gumamnya pelan, "Aku pengen kita bisa kayak dulu lagi."





Ayah Jeff, Bunda Oci ada apa gerangan....

MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now