10. Tiga Tahun Yang Lalu

11.4K 1.6K 128
                                    

.
.
.
.
.

Pulang dari cafe, Oci kembali ke rumah sakit untuk menjemput Jaemin. Saat sampai sana ternyata Jaemin sedang asik bermain di taman rumah sakit, ditemani oleh dua bodyguard. Pak Wahyu, salah satu bodyguard rela berpura-pura menjadi kuda dan dinaiki oleh Jaemin supaya cucu dari majikannya itu senang dan tidak menangis selama ditinggal oleh Oci. Padahal saat di cafe tadi yang terus Oci pikirkan adalah keadaan Jaemin. Dia takut jika putranya akan merepotkan Karyn atau orang yang berada di sana, "Jaemin," Panggil Oci.

Jaemin yang melihat kehadiran Oci, segera turun dari punggung Pak Wahyu dan berlari ke arah sang Bunda. Oci berjongkok, kemudian memeluk Jaemin, "Seru banget main sama Pak Wahyu sama Pak Zacknya," Kata Oci sambil mencubit pipi Jaemin gemas.

"Seru, tadi Jaemin juga dibeliin es krim sama Oma."

"Lagi? Kan semalam udah janji sama Bunda nggak akan makan es krim buat hari ini," Jaemin sangat menyukai hal-hal yang manis dan dingin, Oci hanya khawatir jika Jaemin akan sakit gigi atau terkena demam karena terlalu sering mengkonsumsi es krim.

"Cuma sekali kok," Sahut Jaemin lesu sambil menggembungkan pipinya.

Oci terkekeh, "Iya nggak apa-apa. Tapi besok nggak makan es krim ya. Sekarang kita pamit pulang sama Oma sama Ayah," Oci mengajak Jaemin ke ruangan Jeff untuk pamit pulang karena hari sudah sore. Namun saat sampai di sana ternyata Jeff sedang tidur, jadi Oci hanya pamit pada Karyn. Dia juga sempat berterimakasih pada Karyn karena mau menjaga Jaemin.

Oci tidak langsung pulang ke apartemen, dia mengajak Jaemin terlebih dahulu untuk mampir ke rumah orang tuanya. Jaemin senang-senang saja, karena dia merasa di manjakan jika sudah bersama Oma, Nenek, Kakek, dan Ayahnya. Apapun yang Jaemin inginkan, pasti dikabulkan oleh keempat orang tersebut. Berbeda saat hanya berdua dengan Bundanya. Oci sebetulnya bersikap sedemikian supaya Jaemin bisa mandiri dan mengajarkan pada putranya bahwa yang dia inginkan belum tentu bisa didapat semua. Tapi Oci tidak selalu menolak permintaan Jaemin, sesekali wanita itu juga memanjakan putranya meski tidak sering.

"Nenek! Kakek!" Turun dari mobil, Jaemin melihat Kakek dan Neneknya tengah duduk di teras rumah sambil menikmati angin sore.

"Eh siapa ini yang datang," Arthur selaku Ayah Oci langsung mengangkat Jaemin ke pangkuannya.

Oci mencium kedua tangan orang tuanya bergantian, "Ayo ngobrol di dalam aja," Kata Delia. Akhirnya mereka masuk ke dalam. Arthur mengajak cucunya main di taman belakang, sedangkan Delia dan Oci duduk di sofa ruang keluarga, "Gimana tadi?" Tanya Delia, mengenai pertemuan Oci dan Jey.

Oci menggedikan bahunya, "Nggak ada yang spesial," Selama di cafe tadi, Oci dan Jey lebih banyak berbicara mengenai pekerjaan, baik itu pekerjaan Oci maupun pekerjaan Jey. Dan Oci baru tahu jika Jey berkecimpung di dunia teater, lebih tepatnya sebagai sutradara. Jey juga sempat bilang, kalau lain kali dia akan memakai jasa Oci untuk mendisgn panggung teaternya jika ada pementasan.

"Maklum, itu baru pertama kali kalian ketemu. Tapi Jey ganteng kan?"

Oci mengangguk. Dia akui Jey memang memiliki paras yang mempesona. Tapi itu saja tidak cukup untuk membuat hatinya terbuka.

"Sebenarnya Ibu bingung sama kamu. Kenapa sampai sekarang kamu nggak pernah dekat lagi sama laki-laki lain setelah cerai dengan Jeff," Ujar Delia, "Ibu ingat, tiga tahun yang lalu kamu datang ke rumah dengan Jeff dan bilang sama Ibu kalau kamu udah nggak cinta lagi sama dia," Oci yang semula menunduk mendengar Ibunya berbicara, kini mendongak menatap Delia.

Kejadian tiga tahun lalu seolah berputar kembali dalam ingatan Oci. Dia masih ingat jelas, malam di mana Jeff baru pulang kerja dan Oci langsung mengutarakan keinginannya, "Kita selesaikan hubungan kita sampai di sini Mas. Pulangin aku ke rumah Ibu dan Ayah dengan baik-baik."

Tanpa banyak bertanya, Jeff langsung sadar akan kesalahannya. Dia hanya mampu memandangi Oci dengan penuh penyesalan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Saat Oci pergi ke dalam kamarnya untuk mengambil Jaemin dan koper yang berisi baju-bajunya serta Jaemin, Jeff lagi-lagi tidak mampu untuk sekedar melarang Oci. Dia hanya diam bergeming di depan pintu dengan baju dan rambut yang berantakan karena baru pulang kerja, "Aku tau Mas peka kenapa aku kayak gini. Jadi aku minta, Mas Jeff nggak usah bilang apa-apa mengenai alasan kita bercerai sama orang tua aku. Karena belum tentu orang tua aku maafin Mas, kayak aku yang maafin kesalahan kamu."

Mendengar ucapan Oci, Jeff semakin diselimuti rasa bersalah. Dia paham, secara tidak langsung dari perkataan Oci, wanita itu memaafkan kesalahan Jeff meski Jeff belum bilang apa-apa.

Dengan pikiran kosong dan tak tahu harus berbuat apa, Jeff mengantarkan Oci dan Jaemin ke rumah mertuanya. Sesampainya di sana, Oci membuat pengakuan yang mengejutkan sekaligus membuat Delia dan Arthur kecewa, "Bu, Yah, maafin aku. Tapi aku nggak bisa bertahan lebih lama lagi sama Mas Jeff. Aku udah nggak cinta sama dia. Dan aku mau pisah dalam artian cerai," Jelas Oci pada kedua orang tuanya, "Aku tau kalian pasti kecewa. Tapi yang menjalankan pernikahan ini adalah aku sendiri. Jadi aku mohon, tolong terima keputusan aku," Mengingatnya membuat Oci kembali meneteskan air matanya.

"Saat itu kamu punya alasan untuk cerai. Tapi sekarang, apa kamu punya alasan buat nggak buka hati kamu?" Oci tak bisa menjawab pertanyaan yang baru saja dilemparkan Delia. Dulu dia berdalih dan berbohong soal alasannya bercerai dengan Jeff karena tidak mau orang tuanya membenci Jeff apalagi keluarga Jeff.

"Bu, aku lagi nggak mau bahas ini. Aku ke kamar dulu ya. Hari ini aku mau nginap di sini," Pamit Oci meninggalkan Delia sendiri di ruang keluarga.

Sesampainya di kamar, Oci merebahkan tubuhnya dan menatap langit-langit kamar. Dia merindukan kamar lamanya. Kamar yang menjadi saksi bagaimana dirinya dan Jeff saling berbagi kasih sayang, tertawa bersama, saling memuji, hingga akhirnya Jaemin hadir di tengah-tengah mereka. Dan Jeff memutuskan untuk membeli rumah baru sebelum kelahiran Jaemin.

Dulu hidup Oci sangat bahagia. Bahkan wanita itu merasa jika dialah wanita paling bahagia di muka bumi karena memiliki suami dan anak yang sangat menyayanginya. Tapi ternyata, perkiraannya salah besar.

Sekarang, Oci pikir dialah wanita paling menyedihkan.

Suara notif ponsel yang beruntun membuyarkan lamunan Oci. Dia bangun dan meraih ponselnya yang di letakkan di atas meja rias. Ada chat dari Jeff dan Jey,

Mas Jeff

|Kamu tadi makan siang nggak?


Mas Jey

|Besok aku main ke apart kamu boleh?







Spill dikit dikit dulu hehehe

MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now