16. Tangis Jeff

12K 1.6K 575
                                    

Waktu ngetik part ini keinget lagunya Maudy Ayunda - Kamu dan Kenangan

Btw kemarin ada yang nanya, Jeff itu selingkuhnya karena khilaf atau apa? Nah nanti akan ketauan dengan sendirinya kok gaes kalau kalian ngikutin work ini sampai tamat mwehehehehe
.
.
.
.
.

Sudah dua jam lebih Jeff mencoba untuk tidur. Namun pria itu tak kunjung terlelap. Dia melirik Jaemin yang tertidur disampingnya. Mulut anak itu sedikit terbuka, membuat Jeff tersenyum tipis. Jeff menghela napasnya panjang, tangannya mengusap kepala Jaemin, "Maafin Ayah ya nak. Sudah mematahkan hati kamu dan Bundamu..." Lirihnya.

Setelah memandangi Jaemin kurang lebih dua puluh menit, Jeff bangun dari posisinya dan mengambil tongkat yang terletak disamping ranjangnya. Jeff berjalan keluar kamar dengan bantuan tongkat tersebut. Dia melihat Oci yang tertidur di sofa tanpa selimut.

Jeff kembali ke kamarnya untuk mengambilkan mantan istrinya selimut. Lalu setelahnya dia mendekat ke Oci dan menyelimuti wanita itu. Jeff meletakkan tongkatnya pelan-pelan di lantai kemudian ikut duduk di lantai, wajahnya tepat berhadapan dengan wajah Oci.

Tangan Jeff bergerak menyingkirkan anak rambut yang menutupi sebagian wajah mantan istrinya. Lagi dan lagi dirinya diselimuti rasa bersalah karena sudah menyakiti wanita sebaik dan sesabar Oci. Bahkan, malam di mana Oci meminta untuk diceraikan, Jeff tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak bisa melarang Oci karena saking merasa bersalahnya pada wanita itu.

Jeff juga ingat, saat hari persidangan perceraiannya dan Oci, Jeff tak berani menatap wajah Oci barang sedikitpun. Dia juga tak banyak bicara dan memilih melimpahkan semuanya pada sang pengacara.

Jeff tahu kesalahannya sangat fatal dan teramat menyakiti Oci. Tapi apa boleh dia bersikap egois? Jeff tak mau melepaskan Oci untuk pria manapun. Jeff ingin Oci menjadi miliknya lagi meski akan sulit. Dia tak mau kehilangan Oci untuk kesekian kalinya.

Pria berumur dua puluh delapan tahun itu teramat mencintai Oci.

"Aku akui kalau aku emang jahat Ci. Berani menyakiti kamu yang benar-benar tulus mencintai aku. Tapi, percayalah, aku nggak pernah jatuh cinta sama wanita manapun selain kamu," Air mata Jeff jatuh. Kenangan indahnya dan Oci saat mereka masih memiliki hubungan dulu terputar jelas di otaknya.

Mulai dari perkenalan mereka saat SMA dulu, Jeff yang melamar Oci saat malam tahun baru, lalu Jeff yang menikahi Oci tepat di hari ulang tahun pria itu, kemudian mereka yang menunggu kelahiran Jaemin dengan hati berbunga, dan mereka yang saling berjanji akan selalu mencintai.

Jeff mengusap pipi Oci lembut, "Aku nggak pernah mencintai Shania Ci..."

"Cuma kamu. Kamu satu-satunya wanita yang aku cintai," Jeff memajukan wajahnya kemudian mengecup kening Oci lama.

Oci yang sebenarnya belum tertidur juga, mendengar semua yang Jeff katakan sejak tadi. Namun itu tak membuatnya goyah, dia masih belum percaya dengan apa yang Jeff katakan. Hatinya sudah terlanjur patah dan remuk karena dikecewai oleh dua orang yang paling dia percaya.

Oci merasakan jika Jeff sudah kembali ke kamar karena mendengar pintu kamar yang tertutup. Wanita itu bangun dari posisinya dan mulai menangis. Dirinya baru menyadari jika dia masih mencintai Jeff, tapi rasa benci dan kecewa pada mantan suaminya tersebut tak bisa Oci kesampingkan, "Kalau lo cinta gue, kenapa lo bisa sama Shan Mas? Gue nggak ngerti..."

*****

Oci turun ke lantai bawah setelah menyiapkan sarapan dan membantu Jeff mengganti pakaiannya. Hari ini dia harus mengirimkan email yang berisi designnya kepada Bosnya. Saat keluar dari lift, Oci berpapasan dengan Shania. Namun Oci berusaha bersikap biasa saja dan berpura-pura tak mengenal Shania. Sakit memang, padahal dulu mereka sangat dekat. Tapi hubungan itu hancur karena sebuah kesalahan.

"Ci, lo liat gue," Ujar Shania tiba-tiba saat Oci sedang menekan password unit apartemennya. Shania menghampiri Oci dan menarik tangan Oci supaya wanita itu mau berbalik dan menatapnya, "Gue kangen sama lo Ci," Shania membawa Oci kedalam pelukannya.

Oci mendorong badan Shania, "Gue nggak kenal lo siapa," Balas Oci dia kembali menekan passwordnya. Tapi lagi-lagi Shania menahannya.

"Ci gue tau kesalahan gue fatal banget. Gue minta maaf entah untuk yang keberapa. Tapi please, lo jangan bersikap kayak gini sama gue," Pinta Shania.

Oci membuang pandangannya dari Shania. Dia muak berhadapan dengan wanita di depannya.

Shania tiba-tiba berlutut di depan Oci, membuat Oci memundurkan langkahnya sedikit, "Maafin gue, maafin semua kesalahan gue Ci..." Pinta Shania dengan air mata yang mulai turun.

"Soal minta maaf itu gampang Shan," Ujar Oci yang membuat Shania mendongak, "Tapi lo pernah mikir nggak sih? Lo tuh udah bikin seorang istri kehilangan suaminya, dan seorang anak kehilangan Ayahnya!" Oci pada akhirnya meledak juga, "Dan sekarang, lo balik lagi bahkan tinggal di apart yang sama kayak gue dan Jeff? Lo belum puas nyakitin gue? Lo masih mau balikan sama Jeff?"

Shania menggeleng cepat, "G-gue bahkan nggak tau kalau lo sama Jeff tinggal di sini. Dan untuk balikan sama Jeff, gue sama sekali nggak ada niat untuk itu Ci. Jeff cuma cinta lo, dia sama sekali nggak cinta gue."

Oci tertawa hambar. Lucu sekali menurutnya, Jeff dan Shania mengucapkan kalimat yang hampir sama, "Mau apapun alasannya, lo dan Jeff udah menyakiti gue. Perselingkuhan itu nggak bisa dibenarkan Shan," Oci menekan passwordnya dengan cepat lalu masuk ke dalam apartemennya.

Shania di luar terus menekan belnya dan mengetuk pintu apartemen Oci, "Lo harus dengerin penjelasan gue dulu Ci. Gue pikir Jeff nggak ngomong tentang yang sebenarnya sama lo. Please Oci! Kasih gue kesempatan untuk menjelaskan dan memperbaiki semuanya!"

Oci duduk di kursi meja makan sambil memijit pelipisnya yang berdenyut. Dia melihat ke arah pintu dan mendengar teriakan Shania yang minta di bukakan pintu.

"Gue bakal nunggu lo di sini sampai lo mau dengerin gue Ci," Oci berusaha tak memperdulikan Shania. Dia mengambil laptopnya dan mulai bekerja.

Setelah tiga puluh menit teriakan-teriakan Shania tak lagi terdengar. Oci menghembuskan napasnya lega, dia pikir Shania pasti sudah pergi. Hingga akhirnya empat jam kemudian Oci menyelesaikan pekerjaannya.

Wanita itu melirik ke tempat sampah yang mulai penuh. Oci sebenarnya malas untuk membawanya turun ke bawah. Tapi jika tidak dibuang, yang ada unitnya akan penuh dengan tumpukan sampah. Jadi mau tak mau Oci harus membawanya turun. Begitu dia membuka pintu apartemen, ternyata Shania masih di sana. Dengan posisi duduk bersandar ke tembok.

"Ci, izinin gue buat ngejelasin yang sebenarnya terjadi..." Lirih Shania.

Oci menghela napasnya dalam, "Biarin gue buang sampah dulu."






Asem mau bikin perasaan kalian terombang ambing hahahahaha

Shania Anggita,

Shania Anggita,

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now