3. Nasi Goreng Dari Mantan

18.2K 2.2K 177
                                    

.
.
.
.
.

Setelah membuatkan beberapa macam masakan untuk Jaemin, Oci memasukannya ke dalam beberapa kotak makanan untuk langsung diantarkan ke apartemen Jeff. Oci menyempatkan waktunya yang sedikit untuk memasak demi putranya. Dia tidak mau Jaemin memakan-makanan cepat saji saat ditinggal berdua dengan Jeff.

Wanita berumur dua puluh enam tahun itu memakai flat shoesnya terburu-buru dan membawa kotak makanan yang berjumlah empat dengan susah payah menuju lift.

Oci menekan bel apartemen Jeff sebanyak dua kali. Padahal bisa saja dia langsung masuk dan menemui si pemilik karena Oci tahu password apartemen mantan suaminya. Jeff yang memberitahunya. Tapi Oci selalu sungkan untuk langsung masuk, dia lebih memilih menunggu Jeff membukakannya pintu daripada langsung masuk ke dalam tanpa permisi. Berbeda dengan Jeff yang kalau masuk apartemen Oci kadang tidak izin dulu.

Oci meringis saat melihat Jeff membuka pintu dengan penampilan yang acak-acakan karena mungkin Jeff baru bangun tidur, "Kan udah aku bilang ratusan kali Ci, kalau mau masuk ya langsung masuk aja. Nggak usah tekan-tekan bel."

"Kan udah aku bilang ratusan kali juga Mas kalau aku nggak mau langsung masuk seenaknya. Aku sungkan," Oci mengikuti gaya bicara Jeff. Kemudian dia menyodorkan empat kotak yang dia bawa tadi, "Makanan untuk Jaemin. Aku nggak mau dia jajan sembarangan selama ditinggal berdua sama kamu."

"Hm, oke," Jeff menerimanya, "Mau ketemu Jaemin dulu? Dia masih tidur tuh di kamar."

Oci mengangguk, "Aku masuk ke kamar kamu ya," Izinnya yang dibalas anggukan Jeff.

Oci mengangkat kedua sudut bibirnya saat melihat Jaemin masih tertidur pulas. Anak itu hanya akan tenang apabila sedang tidur dan makan. Selebihnya Jaemin adalah anak yang hyperaktif. Oci mengecup kening Jaemin sekilas sebelum akhirnya pergi.

"Mas, 20 menit lagi Jaemin harus bangun karena dia harus sekolah," Ujar Oci seraya menggunakan flat shoesnya kembali. Jaemin memang sudah masuk taman kanak-kanak sejak dua bulan yang lalu, dan Jeff tahu itu. Tapi Oci selalu mengingatkannya yang hampir membuat Jeff muak.

"Iya aku tau. Kan aku yang daftarin dia sekolah." Balas Jeff sambil membuka kotak makanan pemberian Oci dan memindahkan isinya ke dalam piring, "Dan aku juga yang bikin dia bareng kamu."

Oci melotot mendengar ucapan Jeff, tetapi lelaki itu hanya menunjukkan cengirannya tanpa merasa bersalah.

"Tapi kamu tuh pelupa. Nggak inget bulan lalu Jaemin sampai nggak sekolah karena Ayahnya lupa bangunin dia?" Sindir Oci.

"Ya itukan..."

"Aku berangkat ya. Eh iya Mas, itu kotak makanan yang warna merah buat kamu. Sebagai tanda terimakasih karena mau jagain Jaemin hari ini," Setelahnya Oci pergi, meninggalkan Jeff dengan hati yang berbunga karena tidak menyangka jika Oci memasakan makanan untuknya juga.

"Liat aja Ci, nggak lama lagi aku bakal makan masakan kamu setiap harinya," Katanya sambil melihat isi kotak makanan yang ternyata berisi makanan favoritnya, nasi goreng dan telur mata sapi.

Selesai memindahkan makanannya ke piring, Jeff pergi ke kamarnya untuk membangunkan Jaemin. Takut jika tidak dibangunkan, Oci akan kembali mengamuk padanya. Sudah cukup satu bulan yang lalu telinganya pengang karena mendengar ocehan Oci yang panjang dan lebar.

***

"Tapi Mbak Rosie, sebenarnya saya sedikit takut dananya tidak akan cukup untuk melanjutkan proyek ini," Ungkap si pemilik bangunan setelah menjelaskan segala sesuatunya mengenai bangunan yang akan dijadikan restoran ini pada Oci.

Oci tersenyum, "Kami bekerja sesuai dengan dana yang anda miliki Pak. Jadi tenang saja. Meskipun kami bekerja untuk bangunan yang lumayan besar ini, kami juga mengerjakan proyeknya dengan anggaran yang lebih kecil."

"Kalau begitu saya setuju untuk bekerja sama dengan Mbak."

"Baik Pak. Terimakasih sudah mempercayakan perusahaan desain interior kami. Besok saya akan mengirimkan tim saya kesini dan mulai bekerja," Setelahnya Oci dan si pemilik bangunan berbicara lebih detail lagi mengenai pekerjaan mereka. Oci sebagai desain interior berusaha memahami dan membantu sekuat tenaga untuk mewujudkan visi kliennya. Dia mencatat setiap hal yang diinginkan si klien agar dapat merealisasikannya nanti. Bahkan Oci harus bisa membuat perhitungan digital yang realistis sehingga memungkinkan si klien untuk memvisualisasikan perubahan sebelum melakukannya.

Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam. Oci kira dia akan selesai sebelum pukul tujuh malam, tapi nyatanya jam segini dia baru selesai.

Oci ingin pulang dan menemui Jaemin. Tapi melihat jalanan yang macet, membuat tubuhnya yang sudah letih bertambah lelah saja. Jadi dia memutuskan untuk menginap di hotel untuk malam ini. Lagipula besok dia harus kembali ke tempat kliennya tadi untuk mengkoordinasi timnya. Sesampainya di hotel, Oci menyalakan ponselnya dan menghubungi Jeff.

"Halo Bunda!" Oci tersenyum saat sambungan vidio call itu terhubung dan memperlihatkan Jaemin yang tengah bermain mobil-mobilan di kamar Ayahnya.

"Halo sayang. Maaf ya, Bunda belum bisa pulang. Kerjaan Bunda belum selesai."

"Kamu nggak pulang?!" Kini wajah Jaemin berganti dengan wajah Jeff.

Oci memutar bola matanya malas, "Kameranya kedeketan sama muka kamu. Jauhin dikit dong."

Jeff terkekeh, lalu menjauhkan sedikit kameranya, "Kamu nggak pulang malam ini Ci?" Jeff mengulang pertanyaan yang sama.

"Iya. Aku nyewa hotel di Bandung. Tadinya mau pulang, cuma jalanan macet parah. Terus besok aku harus ngumpul sama tim di sini."

Bibir Jeff mengerucut, "Yah padahal aku kangen kamu."

Kedua alis Oci tertaut mendengar pengakuan Jeff.

"Eh maksudnya Jaemin kangen kamu," Jeff meralat ucapannya. Takut jika Oci akan memutus sambungan vidio callnya jika dia bicara yang aneh-aneh.

"Ooh."

"Kamu tadi makan siang?"

Oci mengangguk, "Udah sama klien."

"Terus udah makan malam?"

"Belum. Aku nggak nafsu."

"Makan dong Ros. Nanti kalau sakit gimana?"

"Aku nggak enak badan Mas. Kayaknya masuk angin deh."

"Tuhkan!" Jeff berubah khawatir, "Perlu aku kerokin nggak? Kalau perlu aku datang kesana sekarang."

"Dih mau ngapain? Nggak usahlah. Ngarang aja kamu."

"Tapi kalau sakitnya ternyata parah gimana?"

Oci menghela napas. Jeff selalu menanggapi ucapannya dengan berlebihan, "Nggak usah lebai. Aku cuma masuk angin. Lagipula aku bisa ngurus diri aku sendiri. Buktinya setelah kita cerai aku baik-baik aja kan tanpa kamu?"

Hati Jeff mendadak sakit mendengarnya, tapi aku nggak baik-baik aja tanpa kamu.





Lagi di tengah-tengah PTS update wkwkwk

MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now