44. Meninggoy

11.2K 1.4K 185
                                    

MALEM MALEM ADA ORANG GAK YAAAA?!
.
.
.
.
.

"Ayah? Kok Ayah nggak pulang?" Tanya Jaemin bingung saat Jeff masih berada di apartemen Oci padahal hari sudah malam. Anak itu merasa aneh karena biasanya sang Ayah akan pergi dari unit Ibunya begitu malam tiba.

Pukul delapan malam tadi acara pernikahan Oci dan Jeff selesai diselenggarakan, setelahnya mereka langsung pulang ke apartemen Oci.

Jeff yang masih memakai kemeja bekas akad, mendekat ke arah anaknya yang sekarang duduk di sofa ruang tengah setelah Oci mengganti pakaian Jaemin menjadi piama tidur bergambar spongebob. Pria itu duduk disamping Jaemin, "Ayah kan mau bobo di sini. Sama Jaemin dan Bunda."

Mata Jaemin berbinar, "Beneran Ayah?!"

Jeff mengangguk. Dia mengacak rambut putranya gemas, "Ayah nggak akan pulang ke apart punya Ayah lagi. Mulai hari ini, Jaemin bakal bobo bareng Bunda sama Ayah."

Tiba-tiba wajah Jaemin berubah sendu, "Tapi kata Bunda kalau apart Ayah kosong, nanti diisi hantu. Jaemin takut hantu."

Mendengar itu Jeff terkekeh, "Nggak akan ada hantu. Soalnya hantunya udah Ayah penjarain."

"Mas," Panggil Oci yang baru keluar dari kamar setelah melepas gaunnya dan menggantinya juga jadi piama tidur. Namun wajah wanita itu masih dipenuhi make up yang belum sempat dihapus, "Mandi dulu sana. Oh iya, baju-baju kamu kan masih di unit kamu, nanti biar aku yang ambil."

Jeff mengangguk. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Oci pergi ke unit Jeff yang berada di lantai tujuh untuk mengambil pakaian suaminya. Wanita itu hanya mengambil sepasang piama dan satu celana dalam untuk Jeff. Karena besok pagi Jeff akan menyuruh orang untuk memindahkan barang-barang dan pakaian miliknya ke apartemen Oci.

Begitu Jeff keluar dari kamar mandi, dia melihat pakaiannya yang sudah siap di atas ranjang. Pria itu tersenyum. Akhirnya dia bisa merasakan hal seperti ini kembali, yaitu diperhatikan oleh Oci sebagai seorang suami. Kalau kemarin-kemarin dia menyiapkan semuanya sendiri, mulai dari pakaian, makan, dan lain-lainnya, maka sekarang ada Oci yang akan menyiapkan semuanya seperti lima tahun yang lalu. Wanita itu akan selalu memperhatikannya mulai sekarang.

Tepat saat Jeff sudah memakai piamanya, Oci dan Jaemin masuk ke dalam kamar. Anak berumur lima tahun itu langsung lompat ke atas ranjang, sedangkan Oci ke meja rias untuk membersihkan wajahnya, "Handuknya taruh lagi di kamar mandi, besok pagi baru jemur di balkon," Ujar Oci pada suaminya.

Jeff terkekeh. Sudah lama dia tak mendengar ucapan seperti itu keluar dari mulut Oci. Mungkin terakhir kali sekitar empat atau tiga tahun yang lalu. Setelah melakukan apa yang istrinya suruh, Jeff ikut berbaring disamping Jaemin. Sesekali tangan Jeff menggelitik perut putranya yang membuat anak itu terkekeh, "Siapa yang seneng bisa bobo bareng Ayah sama Bunda?!" Tanya Jeff.

"Jaemin!!" Sahut Jaemin semangat.

Oci yang sedang membersihkan wajahnya ikut tersenyum.

Jeff memeluk Jaemin bagai guling, "Gemesnya anak Ayah. Yaudah, ayo bobo, tutup matanya."

Jaemin menggeleng, "Tunggu Bunda."

Jeff melihat ke arah sang istri, "Ayo Bunda cepetan, anaknya udah nungguin nih."

Oci membuang kapas bekasnya ke dalam tong sampah yang berada di kolong meja rias, kemudian ikut bergabung bersama Jeff dan Jaemin di ranjang. Wanitu itu berbaring di sebelah kanan Jaemin, dan Jeff berbaring di sebelah kiri Jaemin, "Hayo, bobonya mau peluk Bunda atau Ayah?" Tanya Oci menjebak sang anak.

"Ayah dong. Iya nggak?" Jeff merasa percaya diri jika Jaemin akan memilihnya, "Kan kemarin udah Ayah beliin gulali."

Jaemin menggeleng, "Jaemin mau peluk Bunda," Katanya lalu memunggungi Jeff dan memeluk Oci.

Oci tertawa, "Bagus anak Bunda," Pujinya lalu menciumi pipi Jaemin gemas. Sedangkan wajah Jeff berubah muram karena ditolak putranya, "Kan udah sering aku bilang Mas, Jaemin itu bakal nempel sama aku kalau mau bobo sama makan doang."

"Huft, dasar nyebelin. Kalau Jaemin nggak mau peluk Ayah, biar Ayah aja yang peluk kamu," Jeff menggeser tubuhnya lebih ke kanan lalu memeluk Jaemin dan Oci sekaligus. Mudah saja bagi Jeff melakukan itu, karena dia memiliki tangan yang panjang.

"Ini sih bukan Jaemin doang yang dipeluk, aku juga," Celetuk Oci.

Jeff menunjukkan deretan giginya. Dia kemudian mengusap-ngusap kepala Jaemin agar putranya cepat terlelap, "Akhirnya kemauan Jaemin bisa kita wujudkan juga ya Ci," Ujar Jeff, "Dia bisa ngerasain gimana tidur bareng sama Ayah Bundanya lagi setelah sekian lama."

Oci mengangkat kedua sudut bibirnya. Jika biasanya malam pertama seorang pengantin lazimnya diisi dengan bercinta atau semacamnya, maka malam pertama Oci dan Jeff adalah mengabulkan permintaan putra mereka yang ingin tidur bersama dengan orang tuanya.

Jeff tiba-tiba menghela napasnya, "Andai aja kalau dulu aku bisa lebih tegas jadi kepala keluarga, mungkin Jaemin nggak akan ngalamin yang namanya broken home. Ya meskipun aku yakin Jaemin belum ngerti soal itu. Tapi aku tetap merasa bersalah," Katanya, "Oci?"

"Ya Mas?" Sahut Oci.

"Kenapa kamu masih mau ngasih aku kesempatan kedua setelah apa yang terjadi selama ini?"

Oci menatap Jeff, selama beberapa detik tak ada kata yang keluar dari mulut wanita itu. Hingga akhirnya senyum Oci mengembang, "Karena aku liat usaha kamu untuk kembali dengan aku Mas. Bukan cuma itu, aku juga bisa liat keseriusan dari mata kamu. Dan banyak lagi alasan kenapa aku memilih kamu untuk kedua kalinya."

Jeff tersenyum. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi mengungkapkan kebahagiaannya karena Oci sudah menerimanya kembali. Padahal bisa saja wanita itu mencampakkannya setelah apa yang Jeff perbuat, tapi hati memang tak bisa berbohong. Keduanya masih sama-sama mencintai meski berbagai rintangan menghadang.

Memang benar, selama apapun berpisah, sejauh apapun jarak, hati selalu tahu tempatnya untuk pulang.

"Ngomong-ngomong Bund, tadi waktu di acara nikah kamu cantik banget. Aku sampai mau meninggoy rasanya liat penampilan kamu," Puji Jeff dengan bahasa ala-ala anak jaman sekarang.

Oci terkekeh, "Nggak nyangka aku Mas, makin hari kamu makin alay."

"Ish itu bukan alay sayang," Balas Jeff, "Eh kamu dipanggil sayang nggak akan ngamuk-ngamuk lagi kan?" Tanya Jeff takut-takut. Mengingat jika setiap dia memanggil Oci dengan sebutan itu, pasti Oci selalu mengamuk.

Oci tersenyum, "Mulai hari ini, kamu bebas panggil aku sayang. Asal jangan perempuan lain aja kamu panggil sayang juga."

"Ciailah Bunda. Enggaklah, aku mah hanya bucin kamu seorang."

Wanita berambut hitam itu memutar bola matanya malas, "Dasar alay."








Si ayah jadi pengantin bukannya makin bener malah makin makin :))

MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now