52. Made In Apartemen Lantai Empat

12.6K 1.3K 204
                                    

.
.
.
.
.


"Ih Mas, kan udah aku bilang jangan keseringan makan mie sama nasi," Oci merebut sendok yang baru akan Jeff masukan ke dalam mulutnya.

Pria yang pagi ini memasak mie dengan berbagai macam topping untuk sarapan itu mendengus sebal, "Keseringan apasih Bund? Dari kamu hamil tujuh bulan sampai sembilan bulan sekarang aku libur makan mie gara-gara kamu masak kentang terus. Ish," Jeff mendorong mangkuknya menjauh. Tangannya dia lipat di depan dada. Tak lupa Ayah yang akan memiliki dua anak itu memalingkan wajahnya dari sang istri, pertanda jika dia sedang merajuk.

Oci duduk di kursi meja makan yang berhadapan dengan suaminya. Dia kembali menaruh sendoknya di mangkuk yang berisi mie, "Kamu ngambek?" Tanyanya.

"Tau ah," Ketus Jeff. Padahal dia sengaja bangun pagi di hari liburnya karena sangat ingin memakan mie instant, makanan favoritnya setelah nasi goreng telur mata sapi.

"Bilang aja ngambek," Balas Oci. Wanita itu tahu jika selama ini Jeff menahan diri untuk tidak memakan mie instant karenanya. Dan selama itu juga Jeff tak protes. Mungkin karena sudah tak tahan lagi dan tergoda, baru hari ini Jeff merajuk karena dilarang makan mie instant, "Yaudah makan gih. Aku izinin."

Jeff akhirnya mau melihat wajah Oci, "Beneran nih?" Tanyanya belum yakin.

Oci mengangguk, "Masa bohong? Kamu nggak mau? Kalau nggak mau ya buang---"

"YA MAULAH!" Sahut Jeff cepat kemudian mulai memakan mienya. Selama makan, pria itu tak bisa menyembunyikan senyumnya karena dia merasa sangat senang bisa memakan mie lagi setelah beberapa bulan lamanya. Oci yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dan sekali-kali terkekeh karena ekspresi yang dibuat suaminya, "Hmm makan mie setelah tiga bulan lamanya rasanya seperti anda terlahir kembali," Ucap Jeff dengan lebainya.

"Mas, kamu tuh selama di kantor kerja apa scroll tikktok sih? Makin hari makin ada aja kata-kata barunya," Tanya Oci penasaran.

Dengan mulut yang penuh makanan, Jeff menjawab, "Kalau pas istirahat makan siang aku always scroll. Asik tau Bund, cobain deh, rasanya ahh...mantap."

Oci meringis mendengar jawaban Jeff. Tak pernah terbayangkan sekalipun oleh dirinya jika saat menikah kembali dengan mantan suaminya, pria itu akan berubah menjadi orang yang lebai dan alay.

Wanita yang sedang hamil tua itu menyandarkan punggungnya ke kursi. Tangannya bergerak mengelus perutnya yang sudah sangat besar. Tinggal tunggu sebentar lagi maka si bayi akan segera lahir ke dunia untuk menyapa Ayah, Bunda, dan Kakaknya.

"Jaemin masih bobo Bund?" Tanya Jeff.

"Masih, barusan kan aku ke kamarnya," Benar, sudah dua minggu belakangan ini Jaemin tidur di kamarnya sendiri. Setelah dibujuk ini itu akhirnya putra pertama dari Oci dan Jeff itu mau tidur di kamarnya sendiri. Meski terkadang anak itu suka pindah diam-diam ke kamar orang tuanya saat tengah malam karena masih merasa takut, tapi tidak masalah. Setidaknya Jaemin mau mencoba. Itu yang terpenting untuk Jeff dan Oci sebagai orang tua, "Eum Mas?"

"Hm?" Sahut Jeff dengan mulut yang sibuk mengunyah nasi.

"Aku udah ngajuin resign," Ujar Oci yang membuat Jeff reflek berhenti dengan aktivitasnya, "Makasih udah meyakinkan aku seminggu yang lalu."

Jeff mencoba mengingat apa yang dia katakan pada Oci seminggu yang lalu. Saat ingat, pria itu tersenyum, "Kamu mengambil keputusan yang tepat Ci. Nggak usah sungkan ya? Lagipula Ibu sama Ayah kamu juga orang tua aku," Seminggu yang lalu, Oci sempat curhat pada Jeff jika dia merasa bingung harus mengajukan resign atau tetap bekerja. Wanita itu juga memberitahu apa alasan yang membuatnya harus mengajukan resign, dan apa alasan yang membuatnya harus tetap bekerja.

Oci bilang, dia ingin mengajukan resign karena wanita itu ingin fokus mengurus keluarganya. Terutama Jeff dan anak-anaknya. Apalagi Jaemin akan segera masuk sekolah dasar, dan saat itu peran orang tua sangat penting. Tapi di sisi lain Oci juga merasa harus tetap bekerja karena dia ingin membahagiakan kedua orang tuanya dan memastikan mereka tidak kekurangan sedikitpun, entah itu dari materi atau bukan. Karena selama ini Oci sendirilah yang membiayai kehidupan kedua orang tuanya.

Dan saat itu Jeff mengatakan, kalau semua keputusan ada di tangan Oci. Pria itu tidak bisa membantu banyak. Tapi Jeff berjanji, kalau Oci memilih untuk resign, soal Delia dan Arthur, Jeff akan membantunya sekuat tenaga dan menyuruh istrinya untuk tidak khawatir. Karena pria itu tidak akan membiarkan kedua orang tua Oci yang juga mertuanya merasakan kelaparan atau kekurangan sedikitpun. Mendengar itu tentu saja Oci merasa tidak enak. Dia tahu suaminya kaya raya dan bahkan bisa saja menghidupi ratusan kepala keluarga, tapi tetap saja, dia tak mau merepotkan Jeff.

Namun lagi-lagi Jeff berhasil meyakinkan hatinya. Dan pada akhirnya Oci mendapat sebuah keputusan. Dia memilih untuk resign dan fokus mengurus keluarganya.

"Thanks Mas," Ucap Oci tulus sambil menunjukan senyum terbaiknya. Dia merasa sangat bersyukur karena Tuhan memberikannya suami yang sepengertian Jeff.

Jeff membuka kedua tangannya lebar, "Sini peluk dulu," Oci terkekeh, dia berdiri lalu memeluk suaminya. Jeff menyuruh sang istri untuk duduk dipangkuannya, "Cium," Pinta Jeff.

Oci meletakkan kedua tangannya di atas pundak Jeff kemudian memberikan apa yang Jeff mau. Sebuah ciuman yang lembut dan tak menuntut sama sekali.

Jeff tersenyum di sela-sela ciumannya dan sang istri. Tangannya merengkuh tubuh Oci semakin erat lalu sesekali dia mengelus punggung wanita yang duduk dipangkuannya.

Astaga, sudah berapa lama dia dan Oci tidak se intim ini? Jeff bahkan lupa kapan terkahir kali dia menyentuh istrinya karena dia terlalu sibuk bekerja dan Oci sibuk mengurus anak mereka.

"Mas," Oci melepas pautannya lebih dulu, membuat Jeff memasang ekspresi bertanya-tanya, "Perut aku mules."

Mata Jeff sontak terbelalak, "Mau lahiran?"

"Bukan, mau ngeronda aku. Yaiyalah mau lahiran."

"WAW AKHIRNYA SI DEDEK MADE IN APARTEMEN LANTAI EMPAT LAHIR JUGA!" Pekik Jeff girang, "Tarik sis, kita berangkat ke rumah sakit sekarang juga."

Oci memukul pundak suaminya, "Awas ya kalau sampai rumah sakit kamu masih nge-alay kayak gini. Aku sama dedek ngambek."







Spoiler untuk chapter selanjtunya,

MANTAN [END✔]Where stories live. Discover now