26

1.7K 108 8
                                    

Saat ini Reta dan keluarga sudah sampai di kediaman Wijaya, yaitu rumah dari sahabat baik Reta, siapa lagi kalau bukan Heni Wijaya.

Jasad Heni masih dalam perjalanan menuju rumah duka, jasad Heni langsung di terbangkan dari TKP setelah berhasil di evakuasi.

Reta datang dengan di rangkul erat oleh Kevin dan Robert, sedangkan Rendra di rangkul oleh Aurel.

Reta yang melihat rumah Heni sudah di penuhi pelayat serta banyak karangan bunga bertuliskan duka cita kembali menangis di pelukan Kevin.

Kevin dan Robert berusaha menangkan Reta dengan mengusap kepala dan punggung Reta.

Di depan rumah sudah ada Revano dkk, Aldo dan Satya.

Mereka langsung menghampiri Reta, Reta yang menyadari keberadaan teman – temannya, langsung berhambur kepelukan Aldo.

Satya ikut memeluk kedua sahabatnya sejak SMP itu.

Revano sebenarnya tidak suka jika Reta berpelukan dengan pria lain selain keluarganya, namun untuk yang satu ini ia akan mengalah dan membiarkan kedua sahabat laki – laki Reta memeluk tunangannya itu.

Karena bagaimanapun mereka bertiga sedang berduka karena kepergian salah satu sahabat mereka.

"Al, Henii." Isak Reta kembali menangis.

"Gue juga gak nyangka Ta, udah lo jangan nangis lagi, kasian Heni dia pasti sedih liat lo yang kayak gini." Ujar Aldo.

Reta mengurai pelukannya, dan menatap kosong rumah Heni yang dipenuhi oleh para pelayat.

"Gue masih gak percaya kalau Heni udah ninggalin kita semua, padahal baru kemarin kita berempat main di sini." Ujar Reta sedih.

"Gue juga gak nyangka Ta. Gue shock denger ini semua, kalian bertiga sahabat terbaik gue dari SMP. Gue sedih kalau kalian sedih, gue terluka kalau kalian terluka. Kalian bertiga lebih dari sahabat untuk gue, kalian saudara gue." Ujar Satya.

Revano dkk melongo ketika melihat seorang Aldo dan Satya menitikkan air matanya.

Ini menandakan betapa pentingnya Heni untuk Reta, Aldo dan Satya.

Setelah itu mereka diam dengan pikiran masing – masing.

Mungkin mengingat kenangan indah ketika mereka masih bersama Heni.

Lamunan mereka buyar ketika mendengar suara sirine ambulance.

Ambulance berhenti tepat di depan rumah.

Reta dkk, Revano dkk, keluarga Mahendra, serta para pelayat bisa melihat peti jenazah yang di yakini berisi jasad Heni di keluarkan dari dalam mobil ambulance.

Peti itu didampingi oleh kedua orang tua Heni dan kakak laki – laki Heni.

Reta menarik lengan Aldo dan Satya. Aldo dan Satya pun langsung menoleh ke arah Reta yang berdiri di antara mereka.

"Please bangunin gue dari mimpi buruk ini. Gue gak suka mimpi kayak gini. Gue gak kuat." Ujar Reta sedih.

Satya dan Aldo langsung merangkul sahabatnya itu, dan mengusap punggung sabahatnya itu untuk memberikan kekuatan kepada Reta.

"Yang ikhlas Ta." Ujar Aldo dan Satya bersamaan.

Reta menggeleng dan kembali menangis ia langsung menghampiri kakak laki – laki Heni dan memeluknya erat dan dibalas oleh Doni, kakaknya Heni.

"Bang, yang di dalam bukan Heni kan?" tanya Reta.

"Itu Heni Ta, abang tau kamu gak percaya, abang juga gak percaya kalau Heni pergi secepat ini." Ujar Hana sambil menangis di pelukan Reta.

AURETA (Cerita akan direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang