36

1.8K 109 23
                                    

Aku nulis ini sendiri nangis sendiri gaes..

langsung aja ya...

Happy Reading :)

Revano mendekati brangkar dimana Reta terbaring dengan mata yang masih terpejam erat.

Ia bisa melihat banyaknya alat – alat penunjang kehidupan yang terpasang di tubuh sang istri.

Lalu ia duduk di kursi yang berada di samping brangkar sang istri, lalu ia menggenggam tangan istrinya dan berkali – kali mencium punggung tangan istrinya itu.

"Sayang bangun yuk, maafin aku, aku bener – bener menyesal." Ujar Revano dengan nada suara yang mulai bergetar matanya pun mulai bercermin – cermin.

Kemudian pandangan Revano beralih dari yang tadinya menatap wajah Reta, beralih menatap perut sang istri.

Ia mengusap pelan perut rata milik Reta, tempat dimana selama 3 minggu calon anaknya tumbuh, sebelum Tuhan mengambilnya kembali.

Ia kecup perut rata sang istri. "Maafin papa ya sayang, papa bukan papa yang baik buat kamu dan buat mama kamu. kalau kamu bisa dengar papa, papa mohon jangan ajak mama ya sayang, papa masih sangat membutuhkan mama kamu." ujar Revano sambil terus mengusap perut sang istri sebelum kemudian mencium perut istrinya.

"Apa ini hukuman buat aku karena sudah mendiamkan kamu selama beberapa hari, karena tidak mempercayai kamu, karena sudah meninggalkan kamu sendirian, karena sudah mengucapkan kata – kata kasar yang menyakiti hati kamu."

"Apa ini hukuman karena selalu membuat kamu menangis."

"Kalo iya, aku mohon ganti aja hukumannya. Kamu boleh pukul aku, kamu boleh mencaci maki aku, kamu boleh bentak aku. Asal kan kamu jangan mendiamkan aku seperti ini."

Rendra mendekat lalu mencium kening Reta dalam. Lalu ia duduk di kursi yang berada di sisi brangkar yang satunya lagi.

"Dek ini abang." Ujar Rendra.

"Maafin abang sayang, abang udah gak percaya sama kamu. harusnya abang yang paling bisa merasakan kamu, harusnya abang yang paling bisa tau kalau kamu berbohong atau jujur. Abang bukan abang yang baik buat kamu."

"Ayo bangun sayang, abang gak bisa liat kamu koma kayak gini, abang takut dek. Jangan tinggalin abang sayang. Abang sayang banget sama kamu." ujar Rendra yang mulai terisak.

"Kalau bisa abang mau tukar posisi kamu saat ini. Asal kamu baik – baik aja, asal kamu sehat. Abang ikhlas."

"Sayang kalo kamu bangun, aku janji aku akan selalu percaya sama kamu, aku tidak akan pernah meninggalkan kamu barang sedikit pun." Ujar Revano yang juga terisak.

"Aku gak bisa liat kamu kayak gini, aku sakit liat kamu kayak gini sayang, makanya kamu bangun ya."

.......................

Sekarang sudah hampir tengah malam.

Baik Rendra maupun Revano belum ada satupun yang tertidur, mereka masih terjaga dan masih setia duduk di kursi samping brangkar Reta.

Teman – temannya juga tertidur di dalam posisi duduk di sofa kamar rawat Reta.

Brakkk

Suara pintu yang di buka dengan kencangnya. Mengejutkan semua orang yang berada di kamar rawat Reta, termasuk yang tertidur bahkan Davi sampai terjatuh nungsep. Terkecuali Reta yang masih setia menutup matanya.

Terlihatlah Robert dan Aurel berdiri di ambang pintu dengan wajah paniknya.

Ya Robert dan Aurel yang sedang mengadakan pertemuan di Paris di beritahu oleh Aldo tentang keadaan Reta, saat itu juga Robert dan Aurel segera terbang dari Paris menggunakan jet pribadi mereka.

AURETA (Cerita akan direvisi)Where stories live. Discover now