Pergi dari Zona Nyaman.

5.3K 421 93
                                    

Bangkok, Chulalongkorn University
November, 2020

-------------------------
12 Januari 2021
-------------------------

Sudah lima menit berlalu namun ruangan masih tetap hening. Tidak Gun, tidak juga Off berencana membuka mulut mereka untuk menjawab pertanyaan dari sosok yang sedang menatap penuh marah.

Off melirik Gun sejenak sebelum kemudian bergerak maju beberapa langkah mendekat pada sang empunya ruangan. Dari tempat Off berdiri sekarang dia bisa mendengat suara desahan berat tanda kesal dari Gun.

Bukannya apa, di sepanjang perjalanan mereka menuju ke ruangan ini, Gun sudah berkali kali mengingatkan Off untuk tidak mengatakan apapun. Tapi nyatanya pria itu mengingkari janjinya.

"Jelaskan...Katakan apapun yang bisa membuat saya percaya meskipun saya yakin kalian tidak akan bisa meyakinkan saya."

"Maafkan kam..."

"Nggak, aku nggak akan minta maaf. Off, kamu ngapain minta maaf?" Tegur Gun tidak suka sambil bergerak maju mensejajari Off.

"Oh, maksudmu perbuatan kalian di kamar mandi tadi itu pantas? Aku benar benar tidak menyangka seorang pelajar dengan prestasi cemerlang akhirnya berakhir memalukan seperti ini..."

Gun geram mendengarnya, "Mana buktinya kami melakukan sesuatu yang nggak senonoh?" Bertahun tahun bersembunyi di sana membuat Gun tahu bahwa tidak ada kamera cctv yang terpasang di dekat kamar mandi lantai empat.

"Oh!Kamu mulai berani ya. Sepertinya pria ini memang benar benar bawa pengaruh buruk buat kamu..."

"Kelakuanku nggak ada bubungannya dengan Off. Kalaupun ada yang mau di salahkan, coba papa berkaca pada diri sendiri." Jawabnya membuat Rome, ya Rome, naik pitam.

"Kurang ajar!" Gebraknya pada meja. "Papa nggak sekolalahin kamu di sini buat jadi kurang aja ya Gun?"

"Aku nggak pernah minta sekolah di sini kalau papa ingat..."

"Jangan kurang ajar!"

"Aku kurang ajar?" Desisnya marah.

Off menatap Gun cemas, tapi dia memilih untuk diam karena dia tahu ini bukan ranahnya lagi.

"Memangnya yang aku bilang ini salah?" Tanya Gun setengah berteriak. Off segera mencekal pergelangan tangan Gun berusaha menenangkan kekasihnya, dan hal itu tidak luput dari perhatian Rome.

"Menjijikkan. Bisa bisanya kamu menggenggam tangan anak saya di depan saya? DEMI TUHAN KALIAN INI LAKI LAKI!" Teriaknya menggelegar. Namun Off tidak gentar, suara kencang Rome tidak lantas membuat dia melepas cekalannya pada Gun.

"Tolong jelaskan pada saya di mana salahnya?" Tanya Off.

Rome menghela nafasnya kasar. "Bisa bisanya kalian bertanya di mana salahnya? Kalian gila ya? Wanita masih banyak! Kalau mau papa bisa kenalkan kamu dengan semua anak kolega papa yang pastinya punya masa depan yang baik. Kamu bersama dengan pria? Mau diletakkan di mana muka papa Gun? Hah?"

"Lucu..." Jawab Gun sambil menyunggingkan senyum kekesalannya. "Sejak kapan papa tertarik dengan kehidupanku? Sejak kapan papa pernah nganggep aku anak? Ohhhh, aku ingat. Tentu aja sejak kak Eks nggak ada. Ya ya ya, papa nggak punya pilihan lain kan ya? Mau nggak mau mesti pura pura tertarik sama kehidupan aku kan?"

"Jaga mulutmu ya, kamu kalau nggak ada papa mau jadi apa kamu hah? Mau makan apa kamu? Emang bener bener anak nggak tahu diri kamu!" Pekiknya kesal.

"Tenang aja pa, tanpa papa pun aku masih bisa hidup. Gampang, coret aja aku dari kartu keluarga papa kalau papa ngerasa aku nggak tahu diri."

"KAMU!" Rome menggebrak mejanya sambil berdiri saking marahnya.

My Every "First" With YouWhere stories live. Discover now