Katanya sih Kebetulan...

5.2K 512 17
                                    

Bangkok, Chulalongkorn University
Juli, 2020

---------------------------
6 November 2020
---------------------------

Sudah tiga hari ini Gun tidak melihat Off. Dia tidak tahu apakah pria itu membaik atau belum. Kakinya juga tidak berani melangkah ke lapangan futsal padahal kemarin Mr. Mint memintanya untuk datang. Saking takutnya dia beralasan tidak enak badan dan meminta salah satu panitia untuk menggantikannya.

"Mukamu masih aja ditekuk. Masih ngerasa bersalah?" New menepuk bahu Gun yang baru saja selesai memberikan kata sambutan dan penutup karena besok adalah hari pertama mereka tidak akan mengikuti kegiatan Ospek lagi dikarenakan pertandingan olahraga akan segera dimulai.

Gun mengernyitkan alisnya sambil menatap New.

"Alice udah cerita Gun. Tenang aja. Cuma aku yang tahu, kok." Lanjutnya membuat kernyitan itu menghilang. "Kalau aku bilang Off udah baik baik aja bahkan bisa latihan band sama debat plus berenang, apa kamu jadi ngerasa lebih baik?"

"Kok kamu tahu?"

"Aku kemarin simpan nomornya sih, jadi muncul story-nya di WhatsApp aku." New menyengir.

"Ohhh." Jawab Gun membuat New terkekeh.

"Jangan terlalu kentara nekuk bibirnya. Tar kamu tua lho habis ospek." Godanya sambil kemudian berjalan menghampiri Alice.

"New!" New memutar tubuhnya menghadap Gun.

"Hmm?"

"Thank you!" Ucapnya tanpa mengeluarkan suara. New hanya mengangguk sambil tersenyum.

Gun merasa lebih baik. Entah apa yang membuatnya merasa lebih baik. Apakah kenyataan bahwa hari ini adalah hari terakhirnya berbicara di depan podium, atau kenyataan bahwa Off baik baik saja? Pikir saja sendiri. 
####

"Off!" Tap, salah satu rekan futsalnya menepuk pundak Off karena sejak tadi tidak merespon panggilannya.

"Hah?"

"Nasi mu bakal kering sebentar lagi kalau ngga kamu makan, Off."

"Oh astaga!" Tepuknya pada jidat saat menyadari kotak makannya terbuka sejak tadi tanpa tersentuh.

"Kamu lagi ada masalah Off? Aku udah tiga kali lho denger Mr. Mint teriak teriak di depanmu tadi. Kenapa sih?" Tap menatap Off penasaran.

Lalu ingatan beberapa menit lalu kembali terulang dibenak Off. Sejak kejadian di klinik, Off memang sengaja tidak menampakkan dirinya sama sekali di depan Gun. Jujur dia takut menerima penolakan untuk yang kesekian kalinya. Off memang pengecut. Tapi apa boleh buat, Tay juga meminta Off untuk mundur daripada harus selalu menjadi alasan kemarahan seseorang.

Tapi dunianya berubah menjadi sepi. Dia berusaha mati matian menahan kakinya untuk tidak melangkah ke atas setiap jam makan siang tiba. Tay yang sedang latihan berkuda karena mengikuti pelombaan berkuda pun selalu menyempatkan dirinya untuk mengirim pesan mengingatkan Off agar tidak melanggar janjinya.

Off tersiksa. Dia rindu pada pria kecil pemarah yang baru empat hari ini dilihatnya. Off memang aneh. Semakin aneh lagi saat rindu itu mengacaukan semuanya. Pelatihnya. Lebih tepatnya semua pelatih olahraganya menegur Off karena berulang kali melakukan kesalahan. Mr. Pom bahkan mengancam akan mengeluarkannya dari tim jika dia tetap tidak bisa fokus.

Off menyerah, dia harus fokus jika tetap ingin bertanding di kelima cabang. "

"Gun, sementara kamu aku keluarin dari kepala aku dulu ya." Batinnya.

"Ah, sorry Tap. Aku cuma lagi ada masalah di rumah makanya kebawa sampe ke lapangan. Udah beres kog. Habis ini ngga bakal dimarahi pelatih lagi." Jawabnya berbohong demi kebaikan harga diri Gun.

My Every "First" With YouWhere stories live. Discover now