[1]

1K 37 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Seorang laki-laki berperawakan Amerika-Asia berjalan santai dengan celana pendek dan kemeja putih yang dua kancing bagian atasnya dibiarkan terbuka. Sebuah kacamata hitam merek ternama tak lupa terpajang di hidung mancungnya. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri menikmati pemandangan sawah yang ada di sepanjang jalan yang ia lalui. Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi menambah keindahan pemandangan yang ada di hadapannya.

Laki-laki itu tersenyum kepada tiga orang wanita muda yang memakai kebaya berbagai warna dengan sebuah selendang melingkar di pinggang mereka. Dia menoleh pada laki-laki lain di sebelahnya saat mendengar helaan napas yang cukup kuat.

"Why? They smile first at me. I just replied " serunya tidak terima.

Laki-laki bernama Dave itu mengangkat kedua bahunya acuh. "I don't say anything Mr. Samuel Harvey. I'm just breathing"

Samuel mendengus keras. Untung saja orang yang ada di hadapannya ini adalah Dave. Jika itu orang lain, Samuel pastikan mereka akan terbaring koma di rumah sakit detik itu juga.

Samuel menaiki satu per satu anak tangga yang menjadi jalan utama sebuah restoran tradisional yang ia datangi ini. Samuel duduk menyila di salah satu sudut restoran yang menampilkan pemandangan indah menyejukkan mata. Dave yang di berada di belakang mengikuti gerakan Samuel untuk duduk menyila.

Bali memang tidak pernah mengecewakan

Restoran ini dibuat dari jajaran bambu-bambu yang dirangkai. Mirip seperti saung di tengah sawah dengan versi yang lebih besarnya. Pengunjung harus menaiki beberapa anak tangga sebagai pintu masuk utama. Restoran ini terletak di tengah-tengah persawahan dengan sebuah jalan setapak yang menjadi satu-satunya akses jalan masuk.

Di sekeliling restoran terhampar sawah dengan terasering Bali yang terkenal indah serta pohon-pohon kelapa yang berjejer rapi di sepanjang jalan setapak. Hanya ada beberapa rumah yang ada di sana dengan jarak antara rumah yang satu dengan rumah yang lainnya cukup jauh. Lokasi restoran ini mungkin tidak banyak diketahui orang, baik itu wisatawan domestik maupun mancanegara. Biasanya turis yang datang ke sini mendapat rekomendasi langsung dari warga lokal.

Samuel mengembalikkan buku menu kepada seorang wanita dengan kebaya khas Bali. Setelah wanita itu pergi, pandangannya ia alihkan kepada hamparan sawah di hadapannya. Ia mengamati orang-orang yang ada di bawah. Ada turis yang keluar dari restoran ini. Ada turis yang masuk ke restoran ini. Ada juga beberapa orang turis yang sedang berfoto dengan latar belakang sawah.

Pandangan mata Samuel mengarah kepada seorang wanita muda yang sibuk memotret dengan kamera yang menggantung di lehernya. Wanita itu terlihat santai memakai kaos putih dipadukan dengan overall berwarna biru langit. Wanita itu semakin mendekat ke arah bangunan restoran. Dari sini Samuel bisa melihat hembusan angin menerbangkan rambut hitam sebahu milik wanita itu. Wanita itu memiliki kulit kuning langsat khas wanita Indonesia pada umumnya.

Sudut bibir Samuel terangkat tatkala melihat wanita itu tersenyum sembari menatap layar kamera yang dipegangnya. Wanita itu juga menyapa beberapa warga lokal yang berpapasan dengan dirinya. Terlihat jelas bahwa wanita itu seorang yang mudah bergaul dengan orang lain.

Wanita itu berjalan semakin dekat ke bangunan restoran. Kedua mata Samuel perlahan melebar saat wajah wanita itu semakin jelas dalam pandangannya. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Wajah wanita itu mengingatkan Samuel pada seseorang. Seseorang yang kini hanya menjadi kenangan dalam hati Samuel.

Shea? Impossible

Wanita muda yang sejak tadi Samuel perhatikan perlahan melangkah pergi meninggalkan kawasan restoran. Segera Samuel berdiri dari duduknya. Melangkahkan kakinya lebar-lebar menyusul wanita itu yang mulai menghilang dari pandangannya. Samuel hanya acuh ketika Dave memanggil-manggil namanya. Yang Samuel butuhkan sekarang adalah wanita itu.

Samuel menuruni tangga restoran secepat yang dia bisa. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri mencari keberadaan wanita tadi. Samuel terus melangkahkan kakinya berharap bisa segera menemukan wanita itu yang sialnya hilang dari pandangan Samuel saat ini.

Samuel berjalan cepat menyusuri sebuah gang kecil. Matanya jelalatan mencari bayangan wanita itu. Langkah kaki Samuel terhenti ketika Dave menghampiri dirinya dengan napas memburu. Sudah dipastikan Dave baru saja lari menyusul Samuel yang entah kenapa malah berada di gang kecil ini.

"Shit! What's going on? Kenapa tiba-tiba lari?" seru Dave menatap Samuel penuh amarah.

Samuel bergerak ke kanan dan kiri masih berusaha mencari keberadaan wanita muda tadi. Gerakannya terhenti saat dia merasa wanita itu sudah tidak berada di sini.

"Shea" gumam Samuel pelan yang masih bisa didengar oleh Dave.

"Sorry? Shea? Which Shea? Do you mean 'that' Shea? " tanya Dave bingung. Sedetik kemudian, ia membelalakkan kedua matanya seolah tersadar. "DID YOU JUST SEE SHEA? DAMN! BARUSAN?"

Samuel menatap Dave tajam. Dave yang ditatap seperti itu hanya tersenyum memelas.

"Shut your fucking up. Balik"

Sedetik kemudian Samuel dan Dave melangkah pelan menuju mobil mereka yang terparkir cukup jauh dari tempat mereka berada. Samuel butuh penenangan diri saat ini. Bisa-bisanya dia berhalusinasi tentang Shea, wanita yang dulu pernah ada di dalam hatinya.

***

Next [2]

Black RainbowWhere stories live. Discover now