[14]

407 25 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

“Rhe, Rhea, buruan itu Pak Samuel nya udah jalan” ujar Arga menyadarkan Rhea.

Rhea menatap Arga memelas yang langsung dihadiahi gelengan kepala sambil tersenyum lebar dari Arga. Arga mendorong tubuh Rhea pelan menginstruksikannya untuk menyusul Samuel.

Samuel tersenyum kecil mendengar bunyi sepatu Rhea yang ada di belakangnya.

walk beside me Rhea, you are not my people ” titah Samuel penuh penekanan.

“enggak apa-apa Pak. Saya jalan di belakang Bapak aja”

Samuel mendadak berhenti. Membuat Rhea menatapnya heran. Samuel menyuruh Rhea untuk berpindah posisi menjadi di sebelahnya dengan gerakan mata. Aura penguasa Samuel kembali. Membuat Rhea mau tidak mau menuruti perintah Samuel.

Samuel dan Rhea berjalan beriringan menuju stand-stand bazaar yang ada di pelataran parkir auditorium. Di sana sudah ramai dengan peserta yang stand by di stand mereka masing-masing. Tidak lama setelah tamu undangan dipersilahkan pergi, para peserta yang menghadiri pembukaan pun dipersilahkan kembali ke posisinya masing-masing sesuai dengan lomba yang mereka ikuti.

Samuel dan Rhea menghampiri salah satu stand milik peserta dari China.

Nihao Jiejie. Women keyi baifang jiejie de tanwei ma?
(Hallo kakak. Boleh kami berkunjung sebentar ke stand kakak?)

Salah satu peserta bazaar asal China itu terkekeh. “Dangran keyi. Nihao Rhea. Nihao Samuel Harvey Laoshi
(tentu saja boleh. Halo Rhea. Halo Pak Samuel Harvey)

Samuel menganggukkan kepalanya membalas sapaan wanita bermata sipit di depannya ini. Ia memerhatikan keseluruhan stand. Stand ini memajang berbagai macam kerajinan tangan dari kayu. Ada patung, ukiran, sampai aksesoris wanita.

Samuel menunjuk sebuah ukiran pajangan dinding yang dipajang di atas meja. “Gai duixiang shifou chushou?
(apa benda itu dijual?)

Gadis bermata sipit itu mengangguk.

Wo hui mai
(saya akan membelinya)

Rhea hanya bisa memerhatikan Samuel yang membeli ukiran kayu itu. Dia menyerahkan mengenai pembayaran pada Dave yang ada di belakangnya.

Selesai dengan urusannya, Samuel kembali melanjutkan bazaar tour nya bersama Rhea. Samuel berhenti di stand-stand yang menarik perhatiannya. Tidak jarang Samuel membeli barang yang dipajang di stand-stand itu.

Rhea menatap Samuel takjub. Sepertinya dompet Samuel tidak memiliki limit. Hal yang membuat Rhea lebih takjub lagi adalah kemampuan berbahasa Samuel. Dia berbicara lancar bersama para peserta bazaar dengan bahasa ibu mereka. Itu suatu hal yang luar biasa bagi Rhea.

Rhea hanya bisa berbahasa inggris, korea dan mandarin. Itu pun tidak lancar seperti Samuel. Khusus untuk bahasa korea dan mandarin Rhea mempelajarinya dari drama-drama yang ia tonton setiap hari.

Sama halnya dengan Rhea, Samuel juga sedikit terkejut dengan kemampuan bersosialisasi dan berbahasa Rhea. Rhea dengan mudahnya akrab dengan hampir seluruh peserta bazaar. Namun Samuel tidak menyukai itu. Apalagi saat Rhea tersenyum menyapa laki-laki lain yang notabenenya adalah peserta bazaar.

Rhea dan Samuel berhenti tepat di samping mobil milik Samuel. Sudah ada Pak Asep yang bersiaga di sisi mobil.

“Siang Pak” sapa Rhea pada Pak Asep.

“selamat siang Mbak” balas Pak Asep.

Rhea mendongak menatap Samuel. “kalau gitu saya permisi dulu Pak”

Samuel menahan tangan Rhea. Ia merapatkan tubuhnya dan juga tubuh Rhea. Memeluk gadis itu singkat. Mendapatkan perlakuan seperti itu dari Samuel membuat Rhea berang.

“Bapak apa-apaan sih! Bisa enggak Bapak enggak cium atau peluk saya sembarangan. Ini Indonesia Pak, bukan Amerika. Bapak cukup bilang terimakasih aja sama saya. Enggak perlu ada sentuhan tambahan” kesal Rhea pada Samuel.

Rhea tidak peduli ia dibilang tidak sopan oleh Samuel. Ia sudah jengah dengan sikap semaunya Samuel.

Samuel yang diteriaki Rhea malah terkekeh. Entah kenapa dia selalu merasa gemas tiap kali melihat ekspresi kesal Rhea. Bukannya takut, Samuel malah ingin melihat lebih banyak. Samuel jelas tau budaya kesopanan di Indonesia yang tidak sebebas di Amerika. Tapi jika bersama Rhea, dia sudah tidak peduli lagi. Samuel hanya ingin selalu mengklaim Rhea melalui sentuhan intim itu.

Samuel mengambil ponsel yang ada di genggaman tangan Rhea. Ia mengetikkan sesuatu di sana. Lalu mengembalikan ponsel itu pada Rhea. Samuel menatap Rhea intens sembari mengelus rambut hitam sebahunya.

“aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa telfon aku aja. Speed dial number 1 in your phone ” ujar Samuel. Lalu ia masuk ke dalam mobil diikuti oleh Dave yang sebelumnya permisi undur diri pada Rhea.

Rhea mengepalkan kedua tangannya kesal. Lagi-lagi dia kalah di hadapan Samuel. Pria itu berhasil memeluknya kali ini. Rhea menggeram kesal. Seharusnya dia membalas dendam pada Samuel bukannya kalah telak seperti ini.

Dasar Samuel brengsek

***

Next [15]

Black RainbowWhere stories live. Discover now