[30]

362 11 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Sinar terik matahari yang mulai redup membuat orang-orang sedikit bernapas lega. Peluh yang menetes di pelipis mereka perlahan mulai berkurang. Rhea melangkah masuk ke dalam pekarangan sebuah rumah bercat putih gading. Raut wajah Rhea nenampilkan wajah bahagia yang sangat kentara. Rhea mengetuk pintu rumah itu.

“Mama! Papa!” teriak Rhea di depan pintu sekeras mungkin. Tidak peduli orang lain akan merasa terganggu dengan suara teriakannya.

Dewi membukakan pintu rumah. Sebuah senyum terbit di wajahnya saat melihat Rhea berdiri tegak di hadapannya. Dua lengan Dewi otomatis terulur untuk memeluk Rhea.

“Maaa, kangen” seru Rhea memeluk Dewi sambil bergelayut manja pada Dewi yang memeluknya erat.

Dewi menatap Samuel yang ada di depannya. “enggak malu dilihatin Samuel, Rhe?” bisiknya pada Rhea yang dapat didengar Samuel.

Rhea mendelik sebal pada Samuel. “biarin aja, Ma. Dia kan tamu tak diundang”

Samuel hanya bisa terkekeh mendengar reaksi sebal Rhea. Wajar saja Rhea kesal. Tadinya Rhea berencana akan naik kereta api menuju rumah orang tuanya di Malang. Ada waktu libur lima hari membuat Rhea ingin mengunjungi orang tuanya. Jadilah Rhea memesan tiket kereta api menuju Malang beberapa hari yang lalu.

Namun pagi ini tiba-tiba saja Samuel datang dan mengajak Rhea ke bandara. Rupanya Samuel ingin mengantar Rhea ke Malang. Bukan sekedar mengantar sampai bandara, Samuel bahkan ikut dengan Rhea sampai ke Malang. Alhasil tiket kereta Rhea pun hangus begitu saja.

Dewi menyuruh Rhea dan Samuel untuk masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Handoko menyambut kedatangan mereka berdua. Melihat Handoko, membuat Rhea langsung menghambur ke pelukan Handoko. Rhea menempatkan kepalanya di dada Handoko.

Dari semua orang yang ada di keluarga Rhea, memang Rhea lah yang terpendek. Kedua orang tua dan kedua saudaranya memiliki tinggi yang ideal. Entah kenapa Rhea sendiri yang terlihat sedikit pendek dari mereka.

Samuel menyapa Handoko tanpa canggung. Dia sudah pernah bertemu dengan Handoko. Keduanya juga sudah sering berbicara melalui telfon. Begitu juga dengan Dewi. Selama Rhea tinggal di rumah Samuel, Handoko dan Dewi beberapa kali menelfon Samuel untuk menanyakan kondisi Rhea.

Handoko dan Dewi menyuruh Rhea dan Samuel untuk beristirahat terlebih dahulu. Samuel memilih duduk di sofa bersama Handoko. Sedangkan Rhea kabur meletakkan barang-barangnya di kamar dan Dewi menyiapkan makan malam di dapur.

Beberapa saat berlalu. Dari arah dapur, Dewi menyuruh Rhea memanggil Samuel untuk ikut makan malam bersama. Rhea tentu mengiyakan perkataan Dewi. Dia berlalu cepat menuju ruang tamu. Dilihatnya Samuel yang tengah berdiri menatap foto keluarga Rhea yang terpajang di dinding rumah. Selain foto keluarga itu, ada juga beberapa foto lain yang memang sengaja dipajang di dinding.

Rhea berdiri di sebelah Samuel membuat Samuel menoleh kepadanya. Samuel mengelus kepala Rhea pelan. Sampai sekarang Rhea belum menjawab lamaran Samuel saat di bandara kemarin. Tapi kini Samuel merasa Rhea sudah bisa menerima kehadirannya. Rhea juga tidak marah saat Samuel mengelus kepalanya, memeluk, atau bahkan mengecup wajah Rhea.

as you can see, ini Papa sama Mama. Kalau ini Zhea, yang datang ke rumah kamu kemarin” kata Rhea memperkenalkan orang-orang yang ada di dalam foto.

“nah, kalau ini Mbak Shea. Kalau kamu masih ingat, dia orang yang nelfon aku kemarin pas di ruang kerja kamu itu loh. Sekarang Mbak Shea tinggal di Manado sama suaminya. Mbak Shea sama suaminya itu dokter. Mereka juga udah punya anak, lucu banget lagi” kata Rhea terkekeh mengingat keponakannya yang kelewat lucu itu.

Samuel tersenyum kecil menanggapi perkataan Rhea. Dia melihat ke arah foto lagi. Memandang wajah Shea yang tersenyum cantik di sana. Aura keanggunan Shea tidak luntur sedikit pun. Masih seperti dulu saat Shea bersamanya.

Samuel tersenyum getir mengingat bahwa kini Shea sudah bahagia bersama suaminya, bahkan sudah memiliki anak. Samuel masih tidak mengerti alasan Shea lebih memilih suaminya itu daripada dirinya. Kalau memang dijodohkan, Shea bisa saja menolak perjodohan itu demi Samuel. Tapi kenapa Shea lebih memilih meninggalkan Samuel. Samuel masih tidak mengerti akan hal itu.

“Mama sama Papa manggil kamu, disuruh makan malam dulu. Flight kamu masih lama, kan?” tanya Rhea.

Samuel melirik jam di tangan kirinya. “there's still two hours left ” jawab Samuel.

Setelah mengantarkan Rhea ke Malang, Samuel akan terbang lagi menuju Banjarmasin. Dia ke Malang hanya sekedar untuk mengantarkan Rhea. Memastikan Rhea selamat sampai rumah orang tuanya.

“yaudah kalau gitu makan malam dulu di sini”

Samuel mengangguk. Dia menatap sekali lagi wajah Shea di foto. Meyakinkan hatinya jika bukan Shea yang ada di hati Samuel saat ini. Meyakinkan hatinya bahwa Rhea itu bukan Shea. Rhea adalah Rhea. Bukan bayang-bayang orang yang berwajah mirip dengan Shea. Rhea bukan bayang-bayang Shea.

Samuel meyakinkan hatiya sekali lagi. Dia tidak bisa menjadi pria brengsek seperti ini. Rhea adalah Rhea. Rhea berbeda dengan Shea. Kini Rhea lah yang membuat hatinya merasa hangat setiap hari. Bersama Rhea dia bisa merasakan lagi perasaan hampa yang melanda dirinya bertahun-tahun lalu. Samuel yakin dia mencintai Rhea. Menyayangi Rhea sepenuh hatinya.

Goodbye Shea

Samuel mengikuti Rhea yang menuntunnya menuju ruang makan. Keempat orang itu memakan makan malam mereka sambil sesekali bertukar cerita.

Setelah makan malam, Samuel pamit kepada kedua orang tua Rhea. Dia harus ke bandara sekarang. Sudah ada Dave dan dua orang pengawal Samuel yang entah kenapa sudah ada di depan rumah. Padahal tadi saat Rhea dan Samuel masuk ke dalam rumah, ketiga orang itu tidak ada di depan.

Rhea menolak tegas saat Samuel mengatakan akan meninggalkan dua pengawalnya di sini. Setelah melewati adu mulut yang sengit, Rhea berhasil menang. Samuel tidak jadi meninggalkan pengawalnya di rumah orang tua Rhea.

Samuel mengecup kening Rhea lama. Kemudian mengelus sayang kepala Rhea. “aku pergi dulu”

Rhea mengangguk. Kemudian Samuel berlalu pergi meninggalkan pekarangan rumah orang tua Rhea dengan perasaan tak menentu.

***

Next [31]

Black RainbowWhere stories live. Discover now