[23]

351 18 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Samuel melihat ke seluruh penjuru ruang rapat yang kini tengah ia tempati. Memerhatikan satu per satu wajah karyawan yang sedang menundukkan kepala. Raut ketakutan tergambar jelas di sana.

Samuel baru saja memarahi mereka habis-habisan. Meluapkan emosi yang menumpuk hingga ubun-ubun. Samuel marah bukan tanpa alasan. Para karyawan ini sudah bekerja dengan lalai sehingga menyebabkan perusahaan rugi.

Getaran ponsel di dalam saku jasnya mengintrupsi Samuel. Ia melihat nama yang tertera di layar.

Rhea.

Ada hal apa sampai Rhea menelfonnya. Ini adalah pertama kalinya Samuel menerima telfon dari Rhea. Sebuah senyum terukir jelas di wajahnya. Membuat para karyawan yang mencuri-curi pandang menatap Samuel heran.

Samuel mengarahkan ponsel itu ke telinga kirinya. “Hey Baby, ada apa? Do you miss me?

m-maaf pak ini saya Bella, temannya Rhea. Rhea.. Rhea ada di rumah sakit sekarang pak, dia kecelakaan ” kata Bella panik di seberang telfon.

Mendengar hal itu, sontak membuat Samuel berdiri. “saya lagi ada di Surabaya sekarang. Saya minta bantuan kamu untuk menjaga Rhea di sana sampai saya datang”

Samuel menatap semua karyawan yang ada di hadapannya tadi. “rapat saya tutup, kita lanjutkan lain waktu. Dave, kita ke Jakarta sekarang”

Dave mengangguk mengiyakan perintah Samuel. Ia mengikuti Samuel yang sudah keluar terlebih dahulu dari ruangan rapat.

●●●●●●●●●●●


Samuel berjalan tergesa menuju ruang Unit Gawat Darurat. Dia melirik ke sana ke mari mencari keberadaan Rhea. Kedua matanya menyipit tajam pada dua orang wanita muda di sudut ruangan. Segera saja Samuel menghampiri mereka.

Melihat kedatangan Samuel, membuat Bella perlahan menjauh. Memberikan ruang pribadi pada Samuel dan Rhea. Samuel memerhatikan Rhea dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan raut khawatir. Kemudian memeluk Rhea tanpa permisi. Mendengar Rhea kecelakaan membuat darahnya berdesir. Jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga.

Samuel menangkup kedua pipi Rhea. “I'm sorry for not taking good care of you ” ujarnya penuh penyesalan.

“Hah? Kenapa kamu minta maaf Sam, kamu enggak salah apa-apa”

Samuel menggeleng pelan. “no, it's my fault you got hurt.  I should have taken better care of you Rhea, sorry

Rhea menatap Samuel tidak suka. Dia tidak suka melihat Samuel yang seperti ini. Dia lebih suka Samuel yang seperti biasa. Rhea juga terluka bukan karena Samuel. Motor Rhea diserempet orang lalu dia terjatuh dan motor itu menimpa badannya. Posisi jatuh yang salah membuat tangan kirinya mengalami sedikit dislokasi, katakan saja itu terkilir. Selain itu dia memiliki beberapa luka lecet. Untung saja tidak ada yang parah. Rhea sungguh bersyukur atas hal itu.

“aku mau ngomong dulu sama dokter, kamu tunggu di sini sebentar”

Rhea melihat kepergian Samuel bimbang. Sejak kedatangan Samuel tadi Rhea bisa merasakan kekhawatiran Samuel. Apalagi terlihat jelas di raut wajahnya. Melihat itu ada sedikit perasaan hangat menyelimuti hatinya.

Beberapa saat kemudian Samuel kembali, dia melihat kedua mata Rhea. Lalu mengelus pelan lengan Rhea yang dililit kain coklat di dalam kain biru yang menggantung di lehernya.

“kata dokter luka kamu enggak terlalu parah. Dislokasinya juga akan membaik dua atau tiga minggu lagi, dan kamu udah boleh pulang”

Rhea tersenyum senang. Akhirnya dia bisa pulang juga. Dari tadi sebenarnya Rhea sudah ingin pergi dari sini, tapi Bella selalu menahannya.

“kamu akan pulang ke rumahku. Di sana lebih aman untuk kamu daripada di kost. Banyak pelayan yang akan melayani kebutuhan kamu. Oh, dan juga aku udah dapat izin dari kedua orang tua kamu”

***

Next [24]

Black RainbowWhere stories live. Discover now