[10]

462 30 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Matahari terlihat sudah berdiri kokoh di singgasana utamanya. Tepat di tengah-tengah langit biru tanpa awan siang hari ini. Pancaran sinar yang kuat membuat siapa saja enggan untuk membiarkan kulit mereka bersentuhan langsung dengan sang penguasa siang itu.

Rhea dan Bella keluar bersama dari salah satu kelas. Mereka baru saja menyelesaikan satu lagi tugas sebagai mahasiswi di kampus ini. Keduanya berjalan santai menuju luar gedung, hendak menuju parkiran.

Ketika hampir sampai di parkiran, Rhea melihat sebuah mobil sport – yang Rhea yakini harganya mencapai milyaran – terparkir di salah satu sisi pelataran parkir. Di sisi mobil ada seorang pria berbadan tinggi tegap dengan sebuah kacamata hitam menghiasi wajahnya.

Rhea dan Bella saling berpandangan satu sama lain. Jelas mereka tau siapa pria dibalik kacamata hitam itu.
Samuel Harvey.

Saat melihat sosok Rhea yang berjalan bersama Bella, Samuel melepaskan kacamata hitam yang tersampir di hidungnya. Ia tersenyum pada kedua wanita itu. Ralat. Hanya kepada Rhea.

Samuel melangkah mendekati Rhea dan Bella yang berdiri tidak jauh darinya setelah Bella dengan liciknya menarik tangan Rhea untuk mendekat kepada Samuel.

“Selamat siang Pak Samuel” seru Bella menyapa Samuel dengan semangatnya. Samuel hanya membalas mengangguk pada Bella.

Samuel menatap Rhea. “I’m hungry. We gonna lunch together

Rhea melongo tidak percaya. Apa-apaan Samuel. Mengajaknya makan siang bersama atau memerintahnya untuk ikut dengannya.

“saya sibuk, permisi”

Belum sempat Rhea mendorong pundak Bella untuk menjauh pergi, Samuel sudah lebih dulu menahan tangan kanannya. Hal itu membuat Rhea menatap Samuel kesal. Beruntung Samuel tidak mencengkram tangan kanannya dengan kuat, sehingga Rhea bisa melepaskan cengkraman itu dengan mudah.

“maaf Pak, saya menolak. Permisi”

Dengan kecepatan kilat Rhea langsung menarik Bella menjauhi Samuel. Dia berlari kecil menuju motornya yang terparkir di ujung pelataran parkir.

Samuel menatap Rhea yang tergesa-gesa menjauhinya. Ia terkekeh pelan. Kali ini Samuel melepaskan Rhea dengan mudah bukan tanpa alasan. Sedari tadi ponsel yang ada di saku jasnya bergetar. Itu artinya ada hal penting yang harus didengarnya. Samuel mengambil ponsel lalu menempelkan benda persegi berlogo apel digigit itu ke telinganya.

What’s wrong, Dave?

“…”

Samuel bergumam. Lalu memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jas. Ia melirik Rhea yang bersiap pergi dengan motor skuternya bersama Bella. Setelah Rhea benar-benar hilang dari pandangannya, Samuel masuk ke dalam mobil. Ia menjalankan mobilnya menuju gedung kantornya kembali. Ada hal penting yang harus ia urus di sana.

Sementara itu Rhea memberhentikan motornya di kantin utama yang berada tidak jauh dari gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Rhea dan Bella berjalan bersama. Keduanya melirik ke kanan dan kiri mencari meja yang kosong. Mata Rhea tertuju pada salah satu meja yang ada di pinggir dekat dinding pembatas. Segera saja ia mengajak Rhea untuk mendekat.

Rhea duduk sendirian menunggu Bella yang baru saja pergi memesan makanan di salah satu penjual. Sebenarnya kantin utama ini lebih seperti foodcourt. Sehingga mereka harus memesan makanan sendiri karena tidak ada pelayan yang menghampiri.

Sudut mata Rhea melirik Arga yang baru saja memasuki gedung kantin. Ia melambaikan tangannya yang langsung dinotice oleh Arga. Arga berjalan mendekat ke meja yang Rhea duduki.

“Hei, sendirian?” sapa Arga seraya menduduknya dirinya di kursi sebelah Rhea.

Rhea menggeleng. Ia mengarahkan dagunya pada Bella yang perlahan mendekati mereka. “enggak, gue sama nenek lampir, tuh wujudnya”

Arga terkekeh pelan. Ia tersenyum pada Bella yang duduk di hadapannya. “Hai ibu sekretaris”

Bella tersenyum menampilkan deretan gigi putihnya. “hai bapak ketupel gue yang cakepnya kebangetan”

“enggak makan, Ga?” tanya Rhea menatap Arga.

“makan dong, laper nih. Mana abis di ruqiyah tiga sks lagi” kekeh Arga.

Mendengar itu Rhea dan Bella tertawa. Mereka tentu mengerti apa yang dimaksud Arga. Sebab mereka juga sering berada di situasi yang sama dengan Arga. Setiap berada dalam kelas ruqiyah, sepertinya waktu berjalan sangat lambat. Membuat mereka hanya pasrah menunggu kelas berakhir.

***

Next [11]

Black RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang