[11]

423 29 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Tidak terasa waktu berjalan sangat cepat. Besok, Global Youth Fair akan dilaksanakan. Hari ini seluruh panitia yang terlibat sedang melaksanakan technical meeting terakhir sebelum acara. Mereka mengadakan rapat di dalam gedung auditorium kampus yang menjadi pusat acara. Gedung auditorium dipilih karena luas dan memiliki pelataran parkir yang lebih dari cukup untuk stand bazaar.

Rhea mendengarkan dengan seksama Arga yang sedang berbicara mengenai technical meeting hari ini. Setelah hampir dua jam melaksanakan rapat, kini tiba giliran Arga selaku Ketua Pelaksana Global Youth Fair untuk menyampaikan hal-hal yang dirasa penting mengenai keberlangsungan acara.

Tidak banyak yang dibahas pada technical meeting ini. Sampai hari ini semua rancangan acara terealisasi dengan baik. Semua peserta - baik dari Indonesia maupun dari luar negeri - yang akan mengikuti Global Youth Fair juga sudah sampai di sini. Mereka dikumpulkan di sebuah homestay yang berada tidak jauh dari kampus. Homestay tersebut cukup besar hingga mampu menampung seluruh peserta.

Selesai menutup techinal meeting, seluruh panitia yang ada di sana menyatukan tangan mereka di udara. Lalu menyorakkan tagline acara sesemangat mungkin. Kemudian bertepuk tangan memberi apresiasi satu sama lain yang sudah bekerja keras hingga hari ini.

Seluruh panitia kembali ke posisinya masing-masing. Kembali melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda. Masih ada beberapa hal yang harus mereka selesaikan hari ini. Begitu juga dengan Rhea.

Rhea menghampiri Bella yang ada di dekat pintu masuk auditorium bersama Arga. Ada hal yang harus Rhea sampaikan pada Bella selaku sekretaris acara.

"Bel-"

Perkataan Rhea terhenti oleh kedatangan Samuel yang sialnya sangat tampan hari ini. Pria itu memakai kemeja yang digulung hingga siku dengan dua kancing teratas terbuka. Dari balik kemeja itu Rhea yakin ada dada bidang dan roti sobek yang dicintai para wanita. Rhea bisa melihat sebuah tato di lengan kiri bawah Samuel.

Samuel menghampiri Rhea yang berdiri di sebelah Arga dan Bella.

"Hey, Baby"

Rhea menaikkan sebelah alisnya. Apa yang baru saja ia dengar. Sepertinya Samuel memang harus mendapat balasan dari Rhea. Terutama karena kejadian kemarin.

"I'm hungry. C'mon," ujar Samuel langsung menarik tangan Rhea menuju mobilnya yang terparkir di depan gedung auditorium.

Rhea memberontak. "Pak, lepasin tangan saya"

Samuel tidak merespon permintaan Rhea. Ia malah semakin menguatkan gengggaman tangannya pada Rhea. Lalu ia berbalik secara mendadak.

"oh ya, saya punya bonus untuk kalian" ujar Samuel lalu melanjutkan langkahnya yang terhenti masih sambil menggenggam tangan Rhea.

Setelah mengatakan itu pada Arga dan Bella yang saling tatap kebingungan, beberapa orang berseragam karyawan restoran ternama datang membawa plastik-plastik di kedua tangannya.

"maaf Mas ini makanannya mau diletakkan dimana ya Mas?" tanya salah satu karyawan itu pada Arga.

Arga terkesiap. "oh.. oh itu taro di sana aja Mas" jawabnya menunjuk sebuah meja panjang di dalam auditorium.

Arga dan Bella kembali memusatkan perhatian pada Rhea yang dipaksa masuk ke dalam mobil oleh Samuel.

Sementara itu di dalam mobil Rhea mencoba membuka pintu mobil berkali-kali yang ternyata menggunakan mode autolock.

Shit

"Bapak apa-apaan sih. Buka pintunya!" seru Rhea emosi.

Samuel menulikan telinga. Ia lebih memilih menjalankan mobilnya keluar dari pelataran auditorium. Samuel tersenyum miring. Bukan hal sulit untuk mendapatkan apa yang dia mau. Seperti sekarang. Ia mendapatkan Rhea, meski harus dengan paksaan.

"Bapak ini tuli atau bisu sih sebenernya. Saya mau turun, berhentiin mobilnya sekarang Pak" ujar Rhea mati-matian meredam emosi yang sudah mencapai ubun-ubun.

"I'm hungry, Rhea"

Tiga kata yang keluar dari mulut Samuel sukses membuat Rhea melongo. "kalau Bapak laper ya tinggal makan. Kenapa malah nyulik saya gini"

Samuel tertawa. Membuat Rhea menatapnya kebingungan. Sepertinya Samuel memang sudah tidak waras.

"siapa yang nyulik kamu? Aku cuma ngajak kamu makan siang" ujar Samuel menatap Rhea di sebelah kirinya.

Rhea mendengus sebal. "ini namanya pemaksaan. Berhentiin mobilnya Pak, saya mau turun"

Samuel menatap Rhea tajam penuh aura intimidasi. "Samuel, Rhea. Just Samuel "

Rhea memutarkan matanya malas. "okay, Bapak Samuel Harvey yang terhormat, saya minta Bapak berhentiin mobil ini sekarang juga, saya mau turun"

Samuel menulikan telinganya lagi. Ia memilih untuk semakin mempercepat laju mobil. Sedangkan Rhea, dia memilih untuk menatap keluar jendela. Meredam emosi yang membakar dirinya. Percuma saja Rhea adu urat dengan Samuel. Karena pada akhirnya dia akan kalah.

***

Next [12]

Black RainbowWhere stories live. Discover now