[2]

704 34 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Seorang wanita muda melangkah pelan menyusuri lantai kayu yang menjadi pijakannya. Lilac midi dress yang melekat ditubuhnya terlihat serasi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Rambut hitam sebahu yang malam ini ia buat curly di bagian ujung bergoyang pelan searah angin berhembus.

Pandangan wanita itu terarah pada pemandangan yang ada di hadapannya. Ada sebuah panggung mini, meja-meja penuh dengan makanan, pelayan yang berlalu-lalang membawa nampan berisi berbagai jenis minuman, serta orang-orang yang berkerumum di setiap sudut resort.

Wanita muda itu tidak henti-hentinya menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya. Dia tersenyum seraya melambai pada seseorang di ujung sana yang melambai padanya. Dia berjalan mendekat ke salah satu sudut resort ini.

“Gila! paripurna banget ya ibu parlemen malam ini” seru Nayla sembari terkekeh pelan.

“Yoi, tinggal nunggu pangeran berkudanya doang” sambar Karin yang berdiri di sebelah Nayla

Rhea tergelak mendengar penuturan kedua sepupunya ini. “pangeran berkudanya kemaren izin mau keliling galaksi bimasakti dulu, baru mampir ke rumah”

Malam ini Rhea berada di salah satu resort yang ada di Bali. Dia menghadiri resepsi penikahan Tante Eva - Tantenya yang paling bungsu. Salah satu sudut resort ini diubah menjadi tempat resepsi private dimana para tamu undangan yang hadir hanya dari kalangan keluarga kedua mempelai.

Rhea berdiri diantara kedua sepupunya. Dia meneguk jus yang baru saja diambilnya dari salah satu pelayan yang bertugas mengantar minuman. Di ujung sana terlihat bayangan Tante Eva dan seorang pria yang baru saja resmi menjadi Om-nya menyapa para keluarga yang hadir.

Senyum merekah tidak lepas dari wajah Tante Eva dan suaminya. Jelas tergambar kebahagiaan dari kedua insan yang baru saja resmi menyandang status suami-istri itu. Rhea tersenyum senang memandang seluruh dekorasi yang menghiasi tempat resepsi ini. Terlihat simpel namun elegan. Sesuai dengan pernikahan impian Tante Eva.

Mata Rhea bergerak pelan menyusuri setiap sudut tempat resepsi mencari keberadaan kedua orang tua dan adik laki-lakinya. Gerakan mata Rhea terhenti di salah satu sofa. Ada Dewi – Mama Rhea – di sana sedang berbincang bersama keluarga dari suami Tante Eva.

Kedua mata Rhea bergerak lagi mencari keberadaan Handoko – Papa Rhea. Di sana, Handoko tengah mengobrol dengan salah satu Om nya – Ayah Nayla.

Matanya bergerak lagi mencari keberadaan adiknya. Hembusan napas lelah keluar begitu saja dari bibir Rhea saat melihat Zhea – adik Rhea – tengah mengobrol berdua dengan seorang wanita muda yang Rhea yakini itu keponakan suami Tante Eva. Rhea yakin Zhea sedang melancarkan aksi tebar pesonanya pada wanita muda itu.

Tante Eva menghampiri meja Rhea, Nayla, dan Karin. “Hey girls. Ya ampun keponakan aku pada cantik-cantik banget malam ini” seru Tante Eva heboh.

“tadinya sih kita mau dandan lebih heboh lagi biar pada pangling semua orang. Tapi kasihan nanti Tante merasa tersaingi lagi sama kita-kita” celetuk Rhea yang disetujui oleh kedua sepupunya.

“takutnya kan Om nanti berpaling ke kita lagi, Oopss” sambar Nayla.

Tante Eva melotot tajam kepada tiga keponakannya ini. “awas aja ya kalau kalian berani ngegodain suami Tante. Susah nih dapetnya, butuh perjuangan. Mana dia nolak Tante mulu dulu mas masih PDKT”

Keempat wanita muda itu tertawa lepas mendengar lelucon satu sama lain. Tante Eva baru berusia dua puluh enam tahun, umur yang tidak jauh berbeda dari ketiga keponakannya sehingga obrolan ngalur-ngidul keempatnya pun masih bisa dimengerti satu sama lain.

Selepas kepergian Tante Eva, ketiga wanita muda itu memutuskan untuk mengambil beberapa foto. Ralat. Mereka berencana untuk mengambil foto sebanyak mungkin. Karena dari semua foto yang diambil, paling hanya ada beberapa foto saja yang bagus. Jadi, daripada mereka tidak mendapatkan foto yang bagus, lebih baik menyiapkan cadangan foto yang banyak. Siapa tau ada yang bagus dan bisa di posting di media sosial mereka masing-masing.

Zhea melangkah malas menghampiri Kakak dan dua sepupunya ini. Sedetik yang lalu Rhea meneriaki namanya dan menyuruh untuk menghampiri mereka bertiga yang sudah bersiap di salah satu sudut resort.

“Zhe, fotoin kita dong” ujar Rhea menampilkan senyum mautnya.

Zhea memutarkan matanya malas. Kakaknya ini selalu saja mengeluarkan senyum mautnya jika menginginkan sesuatu pada Zhea. Dan parahnya, Zhea tidak pernah bisa menolak permintaan Rhea.

“yaudah sini buruan” ujar Zhea pasrah. Dia mengulurkan tangan menerima ponsel yang diserahkan Rhea padanya.

Rhea, Nayla, dan Karin bersiap pada posisi masing-masing. Di belakang mereka terlihat samar-samar pantai dengan deburan ombak yang bergulung mendekat. Hanya cahaya temaran yang menjadi penerang lokasi foto mereka ini.

Zhea mengambil sebanyak mungkin foto sesuai permintaan ketiga wanita muda di hadapannya. Setelah selesai, Zhea mengembalikkan ponsel Rhea lalu segera meluncur cepat menuju sudut resort tempat dia berada sebelumnya. Zhea masih harus menuntaskan misi tebar pesonanya malam ini yang sempat tertunda karena ulah Rhea.

Sepeninggal Zhea, ketiga wanita muda itu terkekeh pelan sembari melihat hasil foto yang diambil Zhea. Mereka berjalan bersama ke tengah kerumunan orang-orang. Kembali membaur bersama para tamu lain yang hadir di acara resepsi ini. Suara gelak tawa dan raut wajah bahagia tergambar jelas di setiap insan yang hadir di acara resepsi malam ini. Mereka saling berbagi kebahagiaan. Menikmati malam indah ini bersama orang terkasih.

***

Next [3]

Black RainbowWhere stories live. Discover now