[15]

424 28 0
                                    

Detik berganti menit. Menit berganti jam. Jam berganti hari. Satu hari. Dua hari. Tiga hari. Empat hari. Waktu memang berjalan cepat jika kita disibukkan dengan suatu hal. Begitu juga yang dirasakan Rhea. Ia tidak menyangka empat hari sudah Global Youth Fair 4.0 dilaksanakan. Itu artinya malam ini adalah malam terakhir Rhea untuk menikmati momen berharga ini dalam hidupnya.

Global Youth Award akan dimulai beberapa saat lagi. Rhea memerhatikan sekeliling auditorium. Meja-meja bundar sudah dipenuhi dengan seluruh delegasi lomba. Barisan kursi yang berada di belakang meja bundar juga mulai dipenuhi dengan panitia lain yang tidak bertugas.

Seluruh orang yang hadir sudah rapi dengan setelan semi formal yang menjadi dresscode malam hari ini. Begitu pula dengan Rhea. Rhea terlihat cantik dengan nude square neck dress miliknya. Rambutnya ia biarkan terurai dengan memberikan sedikit sentuhan curly pada bagian ujung rambut.

Rhea termenung sebentar mengingat hal apa lagi yang harus dilakukannya sebelum acara dimulai. Mengecek championship board, piagam, sertifikat, goodie bag pemenang, serta kehadiran peserta. Sepertinya sudah semua Rhea lakukan.

Kedua mata Rhea melirik pada rombongan yang baru saja memasuki gedung auditorium. Di sana ada Samuel dan rektor kampus yang berbincang sembari memasuki auditorium.

Rhea menundukkan kepala sembari tersenyum sopan pada keduanya. Dari sini Rhea bisa melihat kedua orang itu dipersilahkan duduk di salah satu meja yang ada di barisan terdepan.

Rhea mengangguk pada Bella yang menyuruhnya untuk duduk di meja yang berada di sebelah meja Samuel. Meja itu memang disediakan untuk inti panitia. Rhea berjalan mendekat. Lalu duduk di kursi kosong di sebelah Bella.

Merasa sudah siap untuk dimulai, MC yang bertugas pada malam hari ini segera menaiki panggung utama. Mereka membuka acara malam hari ini dengan kompak sesuai dengan latihan yang mereka lakukan beberapa hari terakhir ini.

Satu per satu rangkaian acara dilaksanakan. Hingga tiba giliran Samuel yang diminta untuk menyampaikan sambutan sebagai perwakilan sponsor.

Samuel tampak menawan malam hari ini. Sepertinya tidak ada kata jelek dalam kamus hidup Samuel. Dia selalu terlihat menawan dan berkelas setiap harinya. Membuat siapa saja yang menatap Samuel akan jatuh hati.

Rhea memerhatikan Samuel yang mulai menyampaian sambutannya. Hari ini Samuel menggunakan dua bahasa, Indonesia dan American English.

Rhea baru menyadari satu hal malam ini. Samuel terlihat sangat berbeda saat berada di atas panggung. Dia terlihat sangat bersahaja terbukti dari tutur katanya yang menenangkan. Membuat siapa saja yang mendengarnya akan merasa fokus pada dirinya.

Samuel yang seperti ini sangat berlainan dari yang dilihat Rhea. Jika Samuel yang biasanya membuat Rhea kesal setengah mati, tapi Samuel yang ini entah kenapa membuat Rhea tergelitik geli. Ada perasaan aneh yang muncul dalam diri Rhea.

Setelah kata sambutan, acara kembali dilanjutkan hingga pembacaan pemenang di setiap kategori lomba. Satu persatu pemenang naik ke atas panggung dan menerima hadiah yang menjadi milik mereka. Senyum bahagia tidak pernah lepas dari wajah mereka. Membuat siapa saja yang melihat ikut tersenyum senang. Tidak ada hal yang lebih baik dari ikut bahagia saat melihat orang lain bahagia.

Acara inti telah berakhir. Satu per satu tamu undangan dipersilahkan meninggalkan acara. Begitu juga dengan para peserta. Namun jika mereka masih ingin di sini, hal itu tidak dilarang. Karena acara selanjutnya adalah acara hiburan untuk seluruh panitia.

Rhea menghembus napas lega saat melihat Samuel keluar dari gedung auditorium. Tumben Samuel tidak mengganggunya malam ini. Tentu saja Rhea tidak mempedulikan itu. Justru itu hal yang bagus, bukan.

thanks Bel” ucap Rhea.

Rhea menerima sepiring makanan yang diberikan Bella padanya. Perutnya sudah lapar sedari tadi. Selama acara berlangsung Rhea hanya memakan sepotong kue yang tersedia di atas meja. Sepotong kue itu tentu belum mengenyangkan perut Rhea. Baru saja menyuapkan satu sendok makanan ke dalam mulutnya, ponsel miliknya yang ada di atas meja bergetar. Rhea melihat nama yang tertera di layar ponsel. Kedua alisnya mengernyit bingung.

Baby?

Rhea kemudian menjawab panggilan telfon itu. “Halo? Maaf ini dengan siapa?”

Rhea bisa mendengar suara kekehan di sebrang telfon. Sepertinya Rhea pernah mendengar suara ini.

it's me, Baby. Samuel”

Rhea berdecak sebal. “mau apa? Saya sibuk. Saya tutup telfonnya”

“temui aku di parkiran belakang, sekarang” ujar Samuel memerintah.

“maaf Pak, saya sibuk. Se–”

“aku bilang sekarang, Rhea” ulang Samuel penuh penekanan.

Rhea menghembuskan napas pelan. Samuel si pemaksa kembali lagi. Setelah bergumam mengiyakan perkataan Samuel, Rhea beranjak pergi menuju parkiran belakang auditorium.

Parkiran belakang auditorium ini sangat gelap. Hanya ada lampu-lampu temaram yang menerangi. Rhea menyipitkan kedua matanya mencari keberadaan mobil Samuel. Ia melangkah malas menuju sudut parkiran saat melihat Pak Asep yang berdiri di luar mobil menunggunya.

Pak Asep mempersilahkan Rhea untuk masuk ke dalam mobil. Katanya sudah ada Samuel di sana. Benar saja, sudah ada Samuel yang menyilangkan kaki sembari bersedekap dada di kursi belakang mobil. Rhea mendudukkan dirinya sejauh mungkin dari Samuel.

“Ada perlu apa Bapak manggil saya?”

Samuel menggeram tertahan. “sekali lagi aku denger kamu manggil aku dengan Bapak atau bicara formal lainnya, you'll get my punishment sweetheart

Rhea bergidik ngeri mendengar ucapan mengancam Samuel. Sepertinya Samuel benar-benar marah padanya malam ini.

“maaf Pak, saya enggak bisa”

Rhea hanya bisa menahan napas saat tiba-tiba Samuel menarik tangan kanan Rhea. Samuel membawa Rhea untuk duduk di pangkuannya. Ia memeluk pinggang Rhea posesif. Tentu saja hal itu membuat Rhea memberontak.

“Samuel,” kata Samuel datar.

Rhea menutup matanya menahan amarah yang membuncah. “Fine, Samuel let me go, now

Samuel tersenyum menang. Ia menggeleng pelan meolak permintaan Rhea. “bayaranku dulu”

Mendengar itu spontan Rhea menjauhkan kepalanya dari wajah Samuel. Sialnya kedua tangan Rhea ditahan oleh Samuel.

“Sam, lepasin. Aku bilang lepasin! Banyak orang Sam di sini. Aku enggak mau ya jadi bahan gibahan anak-anak” seru Rhea di hadapan Samuel.

Samuel tersenyum licik. “jadi kalau di tempat sepi mau? Di sini juga sepi Rhea. Lihat, enggak ada satu pun orang di sini”

“Samuel, please. Aku harus balik ke auditorium sekarang”

You look so gorgeous tonight” gumam Samuel. Ia mendekatkan wajah Rhea pada wajahnya. “have you had dinner

Rhea memandang Samuel kesal. “harusnya udah kalau aja kamu enggak nyuruh aku ke sini. Buruan lepasin aku. Aku laper, mau makan”

Samuel memeluk Rhea pelan kemudian mengecup pipi Rhea singkat sebelum akhirnya melepaskan kungkungannya pada Rhea. Pembebasan Samuel membuat Rhea segera keluar dari mobil secepat yang ia bisa. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk lepas dari Samuel.

Rhea berjalan tergesa memasuki gedung auditorium dengan merapalkan umpatan demi umpatan kepada Samuel. Ssmentara itu di mobil, Samuel tersenyum puas. Dia bisa tidur nyenyak malam ini.

Dasar anak tuyul. Dasar laki-laki brengsek. Dasar orang gila. Aaarghh! – Rhea

Good night, sweetheart – Samuel

***

Next [16]

Black RainbowWo Geschichten leben. Entdecke jetzt