[43]

402 10 0
                                    

⚠️ Ini PART 43 gengs ⚠️

Entah kenapa part-part akhir di Black Rainbow jadi ngacak, padahal udah aku benerin, tapi tetep aja ngacak lagi :(

Jadi mohon diperhatikan ya judul part nya untuk part-part akhir ini

Happy Reading

◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇◇

"Maaf Sam, aku enggak bisa" cicit Rhea akhirnya. Dia menunduk menghindari tatapan mata Samuel.

Samuel menangkup kedua pipi Rhea. Membawa Rhea untuk terus menatap matanya.

"Kenapa?" tanya Samuel pelan.

"Aku masih kuliah Sam. Umur aku juga baru dua puluh satu. Aku belum siap menikah. Aku juga masih mau lanjut kuliah Sam. Aku juga mau kerja. Salah satu wishlist aku itu ngasih gaji pertama aku ke Papa dan Mama" jawab Rhea.

Samuel menggeleng. "setelah kamu nikah sama aku, kamu enggak perlu kerja Rhea. Aku enggak butuh uang kamu. Kamu tahu kan aku sanggup biayain hidup kamu. Kamu juga masih bisa lanjutin kuliah kamu, aku enggak akan larang kamu. Kamu mau masuk kampus mana? Columbia, Harvard, Stanford? Aku bisa bantu kamu masuk ke sana. Aku cuma mau kamu, Rhea. Aku mau kamu ada di samping aku. Menemani aku di sisa hidup ini" jelas Samuel panjang lebar. Diusapnya pipi Rhea lembut.

Rhea menggeleng. "aku enggak bisa Samuel. Maaf"

Rhea menurunkan tangan Samuel dari kedua pipinya. Lalu menatap ke sembarang arah menghindari tatapan mata Samuel.

"Kamu tahu Sam, waktu kamu ajak aku ke pesta ulang tahun pernikahan kolega kamu kemarin, aku akhirnya sadar. Aku ini bukan orang yang tepat untuk berdiri di sebelah kamu. Keluarga kamu juga keluarga yang sangat terhormat. Aku enggak mau orang-orang memandang rendah keluarga kamu, terutama kamu, cuma karena aku, Sam. Cuma karena aku dengan percaya dirinya masuk ke kehidupan kamu. Aku enggak mau itu terjadi, Samuel"

Samuel memutarkan badan Rhea agar menghadapnya lagi. "you are not. Kamu itu pantas Rhea. Aku enggak akan pernah biarin orang lain memandang rendah kamu. Kamu lihat kan kemarin keluarga aku sangat menyukai kamu. Lagipula aku enggak peduli dengan pendapat orang lain. Karena yang aku mau cuma kamu. Hanya kamu, Rhea"

Rhea kembali menggeleng lagi. "kamu harus tau Sam, hal yang paling penting adalah ini, hati kamu sendiri" ujar Rhea menunjuk dada Samuel. "apa kamu yakin kalau aku adalah orang yang membuat jantung kamu berdebar? Apa kamu yakin orang yang kamu inginkan itu adalah aku. Aku enggak mau menjadi bayang-bayang Mbak Shea. Sakit rasanya Samuel. Sakit banget. Aku enggak bisa nahannya. Aku enggak sekuat itu"

Air mata lolos begitu saja dari kedua mata Rhea. Samuel mengusap air mata itu dengan ibu jarinya.

"aku yakin Rhea. Sangat yakin. Kamulah orangnya"

Rhea menanggalkan kalung berbentuk partikel salju yang beberapa saat lalu dipakaikan Samuel. Rhea meraih tangan kiri Samuel. Meletakkan kalung itu di sana.

"aku rasa sebaiknya kita pisah dulu. Aku akan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Aku ingin kita setara, Sam. Aku enggak mau ada di belakang kamu. Aku mau kita berdiri bersama. Berdiri di sisi kamu, menemani kamu, menjadi teman yang bisa kamu andalkan. Dengan begitu orang-orang enggak akan memandang rendah kamu dan aku pun bisa bangga pada diri aku sendiri" pinta Rhea.

"Dan untuk kamu Samuel, kamu harus bisa meyakinkan hati kamu. Tanyakan sama hati kamu siapa sebenarnya orang yang ada di sana. Begitu juga dengan aku. Aku akan melakukan hal yang sama dengan yang kamu lakukan"

Rhea memegang pipi Samuel lembut. Membuat Samuel memejamkan mata merasakan sentuhan Rhea. Dia ikut menggenggam tangan kiri Rhea yang memegang pipinya.

Rhea melepaskan tangan kirinya dari pipi Samuel. "aku mau pulang, Sam. Ke Indonesia"

Samuel menghembuskan napasnya kasar. Dia ingin sekali menyanggah semua perkataan Rhea. Dia ingin menolak semua hal gila yang ingin dilakukan Rhea. Tapi, Samuel tidak bisa.

Perkataan Rhea ada benarnya juga. Tidak. Tidak. Bukan tentang menyetarakan kedudukan. Namun tentang masalah hati.
Rhea ingin dirinya dan Samuel kembali mempertanyakan hati mereka. Mempertanyakan siapakah pemilik sesungguhnya hati itu. Apakah jawabannya akan tetap sama dengan yang sekarang. Atau... akan berubah.

Samuel tidak menyalahkan Rhea. Gadis itu benar. Dari awal Samuel mengira Rhea adalah Shea. Lalu dia sadar jika Rhea adalah Rhea, bukan Shea. Tapi semua itu belum cukup. Samuel tau hatinya kembali goyah saat melihat Shea di bandara. Dia sadar kalau dia masih merindukan Shea, bahkan sampak detik ini disaat dia sudah memilih Rhea. Shea masih memiliki tempat di hatinya. Begitu juga dengan Rhea. Samuel juga ingin memiliki gadis itu seutuhnya.

Situasi ini membuat Rhea dan Samuel dilanda kebingungan. Di satu sisi mereka yakin kalau mereka mencintai orang yang ada di hadapan mereka kini. Tapi di sisi lain mereka juga merasa ada keraguan di sana. Situasi ini sangat sulit. Takdir membawa mereka ke situasi sulit nan membingungkan ini.

***

Next [44]

Black RainbowWhere stories live. Discover now