[17]

391 21 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Cahaya matahari mencuri masuk melalui celah gorden yang tertutup rapat. Cahaya itu mengganggu tidur Rhea, membuatnya mengerang tertahan. Rhea menggeliatkan badannya pelan. Tunggu dulu. Kenapa bahu dan perutnya terasa berat. Apa dia ketempelan. Sontak Rhea meraba perut ratanya. Kedua alisnya pun bertaut bingung.

Tangan?

Tangan siapa?

Rhea membuka kedua matanya paksa. Dia melirik was-was ke arah perut. Benar saja ada sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Rhea membalikkan badan. Betapa terkejutnya dia saat melihat wajah Samuel yang hanya berjarak beberapa centi di depannya.

What's going on

Merasakan pergerakan dari Rhea membuat Samuel mengeratkan pelukannya pada Rhea. Dia membawa Rhea untuk semakin mendekat padanya. Harum tubuh Rhea seperti nikotin yang membuatnya terus ingin mendekat.

“sebentar lagi. I'm still sleepy ” gumam Samuel dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Rhea menggeliatkan tubuhnya paksa. Memberontak ingin keluar dari kungkungan lengan kekar Samuel.

“Sam, lepasin”

Rhea mendorong dada Samuel sekuat tenaga. Sulit. Rhea tidak bisa melepaskan diri sedikit pun dari kungkungan Samuel. Terbuat dari apa sebenarnya badan Samuel ini. Kenapa susah sekali Rhea menghadapinya.

“Sam lepasin, please. Aku enggak bisa napas”

Mendengar itu membuat Samuel membuka mata. Dia menatap Rhea intens. Sebuah senyum terbit di wajahnya. Samuel mengecup kening Rhea singkat.

Good morning, baby ” ucap Samuel pelan. Dia melepaskan kungkungan tangannya pada Rhea.

Merasa Samuel melepaskan tangannya, langsung saja Rhea bergerak mundur menjauhi Samuel. Ia menghembuskan napas lega saat menyadari dia masih berpakaian lengkap – sebuah gaun tidur putih lengan panjang. Tapi tunggu dulu, ini bukan bajunya.

Rhea menatap Samuel tajam. “apa yang udah kamu lakuin sama aku. Kenapa aku bisa ada di sini?” heran Rhea setelah menyadari ini bukan kamar kosnya.

Kamar bercat abu-abu ini jelas bukan kamarnya. Apalagi wangi maskulin yang tercium jelas di indra penciuman Rhea. Membuat Rhea yakin ini adalah kamar Samuel. Lihat saja interior dan barang-barang mewah yang menghiasi kamar ini. Sudah jelas Samuel lah pemilik kamar bercat abu-abu ini.

Samuel mendudukkan dirinya perlahan. Dia menatap Rhea santai. Seolah ini bukan hal besar baginya. “menurutmu apalagi? Kita tidur bersama, Rhea”

Rhea menatap Samuel marah. Kedua tangannya mengepal kuat. Rhea bergerak turun dari ranjang luas Samuel. Ia menatap sekeliling mencari keberadaan tote bag putih miliknya. Di sana, ada di atas meja. Rhea menyambar tote bag putih itu. Kemudian berjalan cepat menuju pintu kamar Samuel.

“mau ke mana?” tanya Samuel menahan lengan Rhea.

Rhea menghentakkan lengannya keras membuat tangan Samuel terhempas begitu saja. Namun, baru satu langkah lagi berjalan, Samuel kembali menahan lengannya. Rhea memberontak melepaskan tangan Samuel yang parahnya kali ini mencengkram tangannya dengan kencang.

“LEPASIN AKU SAMUEL! AKU MAU PULANG! LEPAAAS” teriak Rhea.

Samuel tidak menggubris permintaan Rhea.

“SAMUEL AKU BILANG LEPAS! PUAS KAMU UDAH BIKIN AKU MERASA JADI WANITA MURAHAN. INI KAN YANG KAMU MAU? CONGRATS, YOU GOT IT!”

Samuel menatap Rhea tajam. Membuat siapa saja akan menciut ketakutan jika menatapnya. Tapi tidak dengan Rhea. Gadis itu malah balik menatap Samuel menantang.

“apa maksud kamu?” tanya Samuel menusuk.

“apalagi sebutannya untuk wanita yang tidur bersama laki-laki lain kalau bukan wanita murahan” balas Rhea. Ada kilatan kebencian dan kekecewaan di sana.

Samuel menangkup pipi Rhea dengan tangan kanannya. “You are not. Kamu bukan wanita murahan Rhea. Jangan memandang dirimu rendah. Forgive me. I didn't think you would be this hurt. We just sleep hugging each other. No, you just sleep and I casually hug you. Forgive me

Samuel tidak menyangka hal yang lumrah dilakukan di Amerika sana malah membuat Rhea menjadi berang seperti ini. Oh, Samuel lupa. Ini Indonesia, bukan Amerika.

and that shirt, I asked Bi Irum to do it. Kamu tertidur di mobil kemarin, sangat nyenyak. I couldn't bear to wake you up. So I brought you home. Trust me, we didn't do anything.  Just sleep. Just it,

Rhea menundukkan kepalanya. “seharusnya kamu bangunin aku, bukan bawa aku ke rumah kamu”

Samuel menarik lengan Rhea pelan. Membawa Rhea masuk ke dalam pelukannya. “I know. I will never do it again, please forgive me

Rhea menjauhkan tubuhnya dari Samuel. “aku mau pulang”

“aku anter” sambar Samuel cepat. “aku yang anter, Rhea” sambungnya saat Rhea baru akan menolaknya.

Samuel menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. Dia melangkah pelan menuju garasi mobil sambil menggenggam tangan mungil Rhea.

Selama perjalanan tidak ada satupun dari mereka yang bersuara. Hanya hening yang menemani. Rhea sibuk menatap kosong ke luar jendela. Tidak berniat menatap wajah Samuel sama sekali. Sementara Samuel, ia sesekali melirik Rhea yang hanya diam membisu.

“terimakasih, dan.. aku rasa setelah ini kita enggak perlu ketemu lagi. Kontrak sponsorship udah selesai terhitung kemaren” gumam Rhea saat Samuel memberhentikan mobilnya di depan pagar kost Rhea.

forgive me ” kata Samuel meminta maaf sekali lagi.

Rhea bergumam mengiyakan tanpa memandang Samuel. Lalu ia keluar dari mobil Samuel. Membuka pagar kost dan menghilang dari balik pagar yang tertutup penutup pagar berwarna hitam.

Samuel menghembuskan napasnya pelan. Dia sudah salah langkah kali ini. Samuel harus memikirkan apa yang harus ia lakukan agar Rhea tidak lagi marah padanya. Ia harus bertanya pada Dave mengenai hal ini.

***

Next [18]

Black RainbowHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin