[19]

368 17 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Samuel memanggil Manager Lapangan yang berdiri beberapa langkah di belakang dengan jari telunjuknya.

“pecat semua pegawai yang bekerja di store yang saya masuki tadi. Mereka tidak becus bekerja sampai calon istri saya ini tidak berminat pada satu pun barang yang ada di sana”

Rhea dan semua orang yang ada di belakang Samuel hanya bisa melongo tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan Samuel. Semudah itukah Samuel memecat karyawannya.

“Samuel!” teriak Rhea berang.

Teriakan Rhea membuat semua orang menatap Rhea tidak percaya. Bisa-bisanya Rhea berteriak pada big boss mereka.

Samuel terkekeh melihat reaksi berang Rhea. “what’s wrong, Baby. I can do whatever I want. Everything in this building is mine. After all, they deserved to be fired

Akhirnya Rhea tau kekuasaan apa yang dimiliki Samuel sehingga semua orang terlihat sangat menghormatinya. Samuel pemilik pusat perbelanjaan ini. Tentu saja Rhea baru mengetahui fakta itu beberapa detik yang lalu. Dia pikir Samuel hanya orang kaya yang menjadi pelanggan tetap di sini. Dasar bodoh.

“jangan pecat mereka. Mereka enggak salah apa-apa Sam” ujar Rhea lebih tenang.

Samuel tersenyum miring. “kalau gitu kamu tinggal pilih, belanja atau mereka semua aku pecat”

Argh.

Rhea benar-benar kesal dibuatnya. Rhea tidak munafik. Mana ada orang yang menolak untuk dibelanjakan seperti ini. Namun dalam kasusnya dengan Samuel, Rhea hanya tidak ingin memperpanjang hubungan dengan Samuel. Dengan menerima pemberian Samuel, secara tidak langsung Rhea menerima kehadiran Samuel dalam hidupnya. Karena Rhea yakin setelah ini Samuel tidak akan berhenti untuk mengganggu kehidupan normalnya.

“fine, cuma satu barang dan biar aku yang pilih sendiri. Jadi jangan pecat mereka” putus Rhea akhirnya.

Samuel tersenyum penuh kemenangan. Samuel mengelus rambut Rhea pelan sebagai balasan.

good choice. Herman kamu dengar itu kan, saya tidak jadi memecat mereka. Katakan pada mereka untuk berterima kasih pada calon istri saya ini”

“baik pak” jawab Herman sang Manager Lapangan.

What? Calon istri? Dasar Samuel gila

Samuel menarik Rhea lagi memasuki store yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini sebuah store tas yang tentu saja Rhea tau betapa mahalnya tas-tas keluaran brand ini. Samuel membiarkan Rhea untuk memilih barang yang diinginkannya. Sedangkan ia lebih memilih untuk duduk di sofa yang memang disediakan di sana.

“yang paling murah yang mana ya Mbak?” tanya Rhea berbisik pada salah seorang pegawai yang berada di sampingnya.

Pegawai itu menuntun Rhea pada sebuah tas mini yang terpajang di etalase. “ini yang paling murah di sini Mbak, tujuh puluh delapan juta”

Napas Rhea tercekat mendengar penuturan pegawai di sebelahnya ini. Apa? Tujuh puluh delapan juta itu paling murah di sini?

Setelah menimbang-nimbang, Rhea perlahan menghampiri Samuel, mencoba bernegosiasi pada pria itu.

“Sam, pulang aja yuk. Beneran deh aku enggak butuh tas-tas ini” bisik Rhea pada Samuel.

Samuel menggeleng pelan. Dia menyuruh Rhea untuk kembali ke posisinya semula dengan gerakan kepala. Mau tidak mau Rhea menuruti Samuel. Dia harus ingat bahwa nasib pegawai-pegawai itu ada padanya.

Black RainbowWhere stories live. Discover now