[8]

460 25 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

Mesmerized by my good looks, ain't it? ” tanya Samuel penuh percaya diri.

Rhea mendengus kasar mendengar hal itu. Dia memilih memalingkan muka ke arah jendela mobil yang menampilkan deretan gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan yang mereka lalui daripada harus menghabiskan tenaga meladeni omongan narsis Samuel.

Tak berapa lama kemudian mobil yang dikendarai Pak Asep berhenti di salah satu restoran Prancis. Sepertinya ini termasuk dalam jajaran restoran mewah. Terlihat dari jejeran mobil mewah yang terparkir di pelataran parkir restoran.

Samuel membukakan pintu mobil untuk Rhea. Rhea tersenyum masam melihat tingkah sok gentleman Samuel.

“terimakasih, tapi saya masih punya tangan”

Samuel hanya bisa tersenyum mendengar perkataan sarkas Rhea. Rhea benar-benar bisa menjungkir balikkan hatinya. Gadis itu mampu membuat Samuel bertekuk lutut padanya. Rhea mampu membuat Samuel mengerahkan semua yang ia punya demi mendapatkan Rhea. Samuel akan mendapatkan Rhea apapun yang terjadi. Karena apa yang sudah menarik perhatiannya harus menjadi miliknya. Termasuk Rhea.

Seorang pelayan membawa Samuel dan Rhea ke salah satu meja kosong di dekat jendela besar yang ada di restoran. Rhea memandang buku menu yang diberikan pelayan itu padanya. Tidak berniat membuka buku itu sama sekali.

“Kamu mau pesan apa?” tanya Samuel memandang Rhea.

Rhea menggeleng. “Saya enggak laper. Bapak aja yang pesen”

Samuel menutup buku menu di hadapannya. Meletakkannya sembarangan di atas meja. Dia memperhatikan Rhea dengan seksama.

“aku nyuruh kamu ikut bukan untuk nontonin aku makan” gumam Samuel tertahan. Jelas ada nada tidak suka di sana.

“Maaf Pak. Tetapi saya memang enggak laper. Bapak aja yang makan”

Samuel memandang pelayan yang masih berdiri di sebelah meja mereka. Ia menyebutkan beberapa kata dalam bahasa Prancis. Setelahnya pelayan itu pamit undur diri.

Samuel menyesap wine yang sudah tersaji sedari tadi di atas meja. Ia duduk mendekat kepada meja. Menyatukan jarinya-jarinya di udara. Samuel menatap penuh minat pada gadis di hadapannya ini.

“kamu enggak mau coba cairan berwarna merah itu?” tanya Samuel menunjuk segelas wine di hadapan Rhea dengan ekor matanya.

Rhea menggeleng menolak. “enggak, terimakasih”

Samuel tersenyum miring. “kenapa? Bukannya kelihatan menggiurkan?”

Rhea mengendikkan bahunya acuh. “enggak ada alasan, dan kayaknya itu bukan urusan Bapak saya mau minum ini atau enggak”

Don't you even dare to call me with that fucking name again. Just Samuel, dan jangan berbicara formal padaku. Aku risih dengerinnya daritadi”

“alasannya?” ujar Rhea tidak kenal takut.

cause we are not stranger, sweetheart” ujar Samuel pelan namun lebih terdengar seperti pernyataan mutlak.

“maaf Pak, saya enggak bisa. Bapak adalah orang yang harus saya hormati”

Samuel menatap Rhea intens. Sebuah senyum simpul terbit di wajah blasterannya. Rhea benar-benar mirip dengan gadis itu. Gadis yang pernah mengisi hati Samuel beberapa tahun yang lalu. Gadis yang sempat melukiskan kenangan indah dalam hidupnya meski hanya sebentar.

Namun, gadis itu juga yang membuat Samuel patah hati untuk pertama kalinya. Kepergiannya yang tiba-tiba membuat Samuel tidak habis pikir. Bisa-bisanya gadis itu meninggalkan Samuel yang sempurna demi laki-laki lain yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan Samuel dari segi apapun.

Kegiatan Samuel terhenti oleh kedatangan pelayan yang membawa troli berisi makanan. Pelayan itu meletakkan sepiring  Foie Gras – bebek bakar dengan saus khas Prancis – ke hadapan Samuel dan sepiring Coq Au Vin – daging ayam yang dimasak dengan wine – ke hadapan Rhea.

Rhea menatap bingung makanan yang tersaji di depannya. Bukankah tadi dia tidak memesan apapun. Kenapa sekarang ada makanan aneh ini di depannya. Okay, katakanlah Rhea kampungan. Tapi memang itulah yang terjadi. Dia tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki ke restoran Prancis.

“Makan” suara berat Samuel mengintrupsi Rhea. “sebelum kamu habisin makanan itu, kita enggak akan keluar dari restoran ini”

Rhea menatap Samuel sinis. Ini dia. Samuel yang di ruang kerja kembali. Samuel yang pemaksa akhirnya telah kembali. Dengan enggan Rhea mulai menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Rhea berbohong pada Samuel. Sebenarnya dia lapar. Hanya saja dia enggan makan bersama Samuel. Insting tanda bahayanya menyuruh Rhea untuk menjauh sebisa mungkin dari Samuel.

Setelah menghabiskan makanan mereka, Samuel menepati janjinya. Dia mengantarkan Rhea ke kampus meski ditolak mati-matian oleh Rhea. Tapi bukan Samuel Harvey namanya kalau tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau.

“terimakasih sudah mengantar saya, dan terimakasih atas makanannya” ujar Rhea saat mobil Samuel berhenti di depan gedung kuliah bersama kampusnya.

“bayaranku mana? You think it's all free?

Rhea menautkan kedua alisnya bingung. Kemudian berdecak sebal. Rhea mengambil dompet yang ada di dalam tote bag.

i have a lot of money, sweetheart ” sela Samuel saat Rhea hendak mengeluarkan beberapa lembar uang.

Rhea kembali berdecak sebal. Sebenarnya apa maunya Samuel.

“terus apa?” seru Rhea sebal.

this

Tiba-tiba Rhea merasakan bibir Samuel menyentuh bibirnya. Lagi. Samuel mengecup bibirnya tanpa izin. Kedua mata Rhea melotot terkejut dengan perlakuan Samuel. Spontan ia menginjak kaki kiri Samuel dengan kencang. Membuat Samuel meringis kesakitan.

Setelah itu Rhea keluar dari mobil Samuel tanpa sepatah kata pun. Samuel yang ditinggalkan seperti itu hanya terkekeh. Rhea benar-benar hal yang baru bagi dirinya. Apalagi saat melihat reaksi terkejut Rhea. Membuatnya candu untuk terus mengerjai gadis itu.

Kamu enggak akan bisa lepas dari genggamanku, Rhea.

***

Next [9]

Black RainbowOnde histórias criam vida. Descubra agora