[24]

357 15 0
                                    

______________________________________

HAPPY READING
JANGAN LUPA TOMBOL ☆ NYA
______________________________________

🌻🌻🌻

"kamu akan pulang ke rumahku. Di sana lebih aman untuk kamu daripada di kost. Banyak pelayan yang akan melayani kebutuhan kamu. Oh, dan juga aku udah dapat izin dari kedua orang tua kamu" ujar Samuel.

"apa? Enggak-enggak. Aku mau pulang ke kost aja. Lagian mana mungkin Papa sama Mama ngizinin kamu bawa aku ke rumah kamu, Sam" tolak Rhea mentah-mentah.

Samuel mengendikkan bahunya santai. Lalu menjulurkan ponselnya pada Rhea. "tanya aja langsung sama mereka"

Rhea menyambar ponsel Samuel tanpa pikir. Dia mengetik sebaris angka-angka di sana. Nomor telfon yang akan mengklarifikasi pernyataan Samuel. Apakah itu benar atau hanya bualan belaka.

"Halo Ma, ini Rhea" ujarnya saat telfon tersambung. "iya Ma, Rhea enggak kenapa-kenapa kok. Cuma lecet-lecet dikit doang"

"tangan kamu bagaimana, katanya dislokasi? " tanya Dewi dengan penuh kekhawatiran.

Rhea menatap Samuel kesal. "Samuel ya yang ngasih tau Mama? Kata dokter tadi enggak parah Ma, cuma terkilir sedikit. Dua minggu lagi juga sembuh"

Dewi menghela napas pelan. "yasudah. Mama jadi lega dengarnya. Tadi Samuel nelfon Mama minta izin mau bawa kamu ke rumahnya. Katanya di sana banyak pelayan yang bisa bantuin kamu. Dan tadi juga sudah Papa sama Mama izinin "

Lagi-lagi Rhea menatap Samuel tidak suka. Sebenarnya pelet apa yang dipakai Samuel sehingga membuat kedua orang tuanya begitu menyukai laki-laki itu. Bahkan mengizinkan Samuel membawa anak perempuan mereka ke rumahnya.

"kenapa Mama izinin Samuel, Ma? Aku mau di kost aja, lagian ada Bella kok yang bantuin aku di sana" tolak Rhea

"kamu mau Mama sama Papa datang ke sana? Nemenin kamu di kost? "

"enggak, enggak usah Ma. Mama sama Papa enggak perlu ke sini. Iya iya, aku ikut Samuel. Anak Mama sebenarnya siapa sih, aku atau Samuel. Kenapa bela Samuel terus dari tadi" pasrah Rhea pada akhirnya.

Rhea tidak mungkin mau merepotkan kedua orang tuanya yang sudah paruh baya itu untuk datang jauh-jauh ke sini demi menemani Rhea di kost. Itu bukan pilihan yang bijaksana.

"lain kali kamu hati-hati ya Rhe, jangan sampai terluka seperti ini lagi. Mama sama Papa khawatir jadinya. Kamu tau kan Mama sama Papa sayang kamu "

Rhea mengulum bibir menyesal telah membuat kedua orang tuanya khawatir. "iya Ma, Mama jangan khawatir ya, Papa juga. Aku beneran baik-baik aja kok"

"yasudah, baik-baik kamu sama Samuel di sana. Kamu jangan manja-manja ya sama Samuel. Tadi Mama juga sudah bilang sama Samuel kalau kamu itu manjanya kumat kalau lagi sakit. Besok Zhea ke sana lihat keadaan kamu "

Rhea membulatkan matanya tidak percaya. Kenapa Mamanya sampai mengatakan hal memalukan seperti itu pada Samuel. Apa yang dikatakan Mamanya memang benar. Menjadi anak kedua dari tiga bersaudara membuat Rhea dilimpahi kasih sayang tak terhingga. Dia bisa merasakan kasih sayang kedua orang tua, kakak, dan adik sekaligus. Apalagi Zhea selalu bertingkah seperti seorang kakak terhadapnya. Jadilah Rhea merasa seperti seorang bungsu di dalam keluarga.

Rhea mengembalikkan ponsel milik Samuel. Sebenarnya dia enggan untuk tinggal di rumah Samuel. Lagipula ini hanya terkilir biasa. Dia masih bisa melakukan semuanya sendiri, meski sekarang butuh usaha ekstra.

"Sam, aku pulang ke kost aja ya" Rhea mencoba bernegosiasi.

Samuel menggeleng tegas menolak permintaan Rhea. "kamu mau pulang ke rumah aku atau tinggal di sini sampai tangan kamu sembuh?"

Rhea berdecak sebal. Samuel tidak pernah memberikannya pilihan yang bagus. Tinggal di sini bahkan lebih buruk daripada tinggal di rumah Samuel.

"Sam, aku tau Mama sama Papa udah ngizinin kamu, tapi ini salah Sam. Kita enggak bisa tinggal satu rumah. Kita bahkan enggak punya hubungan apa-apa" ujar Rhea menatap kedua mata Samuel.

Samuel mendekatkan wajahnya pada wajah Rhea membuat Rhea refleks mundur. "kalau gitu terima lamaran aku, Rhea"

Samuel menangkup pipi kiri Rhea. "lagipula dari awal kamu memang udah jadi milik aku, sejak aku lihat kamu di Bali"

Rhea menautkan kedua alisnya bingung mendengar perkataan Samuel.

"Bali?"

Samuel mengangguk. "iya, Bali. At that time you looked very beautiful. Kamu ingat jalan setapak restoran tengah sawah? Mungkin kamu enggak ingat, tapi kita pertama kali ketemu di sana"

Rhea memutar memori di otaknya. Dia ingat pernah ke restoran tengah sawah, tapi dia tidak ingat bertemu dengan Samuel di sana. Di tengah pembicaraan, Dave tiba-tiba datang mengantarkan sebuah kursi roda di hadapan Rhea setelah Samuel memberikan isyarat padanya.

"aku masih bisa jalan Samuel" seru Rhea saat Samuel hendak mendudukkannya pada kursi roda.

Bukan Samuel namanya kalau tidak mengabaikan permintaan Rhea. Jadilah Rhea tetap berada di kursi roda dengan Samuel yang mendorong di belakang. Setelah berpamitan dan mengucapkan terimakasih pada Bella, Samuel menggendong Rhea masuk ke dalam mobil miliknya.

Samuel menatap wajah Rhea yang sudah tertidur beberapa saat yang lalu. Sepertinya Rhea sedikit kelelahan. Samuel mengeratkan pelukannya pada Rhea yang ada di atas pangkuannya. Saat menyadari Rhea tertidur tadi, diam-diam Samuel menarik Rhea untuk duduk di atas pangkuannya. Samuel menggenggam tangan kanan Rhea yang bebas. Ada beberapa luka lecet di sana. Samuel mengecup luka itu pelan. Lalu mengecup puncak kepala Rhea yang menyandar di dada bidang miliknya.

I love you Rhea

***

Next [25]

Black RainbowWhere stories live. Discover now