Berhenti

978 108 18
                                    

"Beruntunglah Ayah sedang pergi keluar negeri, jika tidak dia akan merasa malu melihat tingkah anda." Ucap Arisha kemudian masuk kedalam kamarnya.

Mendengar itu tambah membuat Ibu tirinya sakit hati dan merasa marah, ingin sekali dia mengamuk, tapi dia sadar bagaimana ketatnya aturan dirumah itu. Sedikit saja dia membuat masalah, suaminya itu akan bertindak padanya, sementara dia menahan sikapnya selama ini agar kelak suaminya akan memberikan warisan kepadanya karena sudah patuh selama ini.

***

Sepanjang perjalanan pulang, Azalea tidak mampu menatap dan menoleh kepada Sakha karena merasa malu dengan kejadian dirumah tadi. Inilah yang selama ini dikhawatirkan Azalea jika bertemu dengan Bibinya langsung, karena rasa khawatir itu juga Azalea tidak memberitahu kepada Bibinya bahwa dia sudah menikah, karena dia tahu bagaimana sifat Bibinya yang akan mempermalukannya dan tidak suka melihat nya mendapatkan kebahagiaan.

Karena tahu Azalea sedang merasa malu dan tidak enak untuk berhadapan dengannya, Sakha membiarkan Azalea masuk kedalam rumah duluan dan berjalan setelah Azalea. Azalea langsung masuk kekamar tanpa berbicara sedikit pun kepada Sakha, Sakha langsung memasak untuk makan malam mereka dan menyajikan semua makanan kesukaan Azalea itu diatas meja.

Aku ada urusan di hotel, aku akan menginap disana malam ini, turunlah dan makan malam, aku sudah menyiapkannya diatas meja. Ingat!! Setelah aku pulang, aku tidak ingin ada sedikit makanan pun tersisa.

Setelah mendapatkan pesan itu, Azalea langsung membuka tirai kamar untuk meihat apakah Sakha sudah pergi atau belum. Setelah melihat mobil Sakha melaju keluar dari pekarangan rumah mereka, Azalea langsung turun dan menyantap makanan yang ada diatas meja, dia memang sudah menahan laparnya sedari tadi saat dirumah mertuanya, dia bahkan tidak mampu menelan seteguk air karena takut Bibinya akan membuat masalah.

"Tuan, kenapa anda kembali? Apa ada sesuatu yang tertinggal?" Tanya Arya saat melihat Sakha melepaskan jaketnya dan duduk diatas kursi nya.

"Aku akan menginap disini, keluarlah." Jawab Sakha sambil menutup matanya dan menyandarkan kepalanya disandaran kursi.

"Kenapa? Apa sedang bertengkar dengan istri anda? Atau anda tidak melayaninya dengan baik?"

"Semenjak aku membangun hotel ini, hanya kamu karyawan yang berani kurang ajar padaku. Keluar dan carilah gadis untuk dibawa menikah, jangan mengurus rumah tanggaku, aku akan memenggalmu jika masih disini dalam 5 detik." Ucap Sakha.

Mendengar itu Arya langsung bergegas keluar dari ruangan Sakha sambil tersenyum karena senang sudah bisa mengusili Sakha.

***

Tanpa menunggu Sakha pulang, Azalea berangkat ke perusahaannya menggunakan taksi dan sarapan pagi di restoran yang ada didepan perusahaan.

"Apa ini? Sejak kapan kalian mulai sarapan bersama? Apa aku melewatkan sesuatu yang penting?" Ucap Azalea saat melihat Shezan dan Fadhlan yang menikmati sarapan mereka.

"Dia terus datang ke perusahaan akhir-akhir ini, aku pikir dia hanya akan datang jika ingin bertemu denganmu, ternyata dia juga datang saat kamu tidak ada." Jawab Shezan sambil melirik Azalea yang sudah duduk disampingnya.

Azalea langsung menatap Fadhlan yang terlihat tidak melakukan kesalahan apapun.

"Kenapa Kakak Ipar? Apa kamu sedang cemburu karena aku sarapan dengan wanita lain?" Ucap Fadhlan.

"Ah sepertinya dia butuh obat, jika ada waktu pergi periksa kepalamu." Jawab Azalea kemudian memanggil pelayan untuk membuat pesanan.

"Aku akan memperkerjakan anak magang untuk jadi asisten ku, kamu bisa meneruskan kesibukan mu dengan kontrak naskahmu." Ucap Shezan.

"Kenapa tiba-tiba? Apa kamu marah padaku karena jarang menemani mu akhir-akhir ini?" Tanya Azalea.

"Ei tidak, kamu akan sangat sibuk saat mengurus naskahmu nanti, sebentar lagi proses tanda tanganmu akan selesai jadi kamu harus bersiap juga."

"Aku tidak percaya, apa ada alasan lain yang kamu sembunyikan?" Ucap Azalea penasaran.

"Sakha memintanya, dia tidak ingin kamu kelelahan dan tidak memikirkan dirimu, karena itu dia meminta Shezan untuk mencari asisten baru dan kamu fokus dengan impianmu." Sahut Fadhlan.

"Dasar mulutmu itu, aku sudah bilang untuk diam, kenapa masih berbicara, Sakha akan marah padaku." Ucap Shezan.

Mendengar itu, ada rasa tidak nyaman dan tidak enak dihati Azalea, dia merasa ini bukan sesuatu yang ingin didengarnya.

***

Azam sudah berencana akan fokus ke kuliahnya saja, namun lagi-lagi godaan dari seniornya itu membuatnya tidak bisa menahan diri. Sudah berulang kali seniornya datang menemuinya dan memintanya untuk bergabung dengan tim basket, Azam sudah menolak hingga puluhan kali dan bahkan memblokir nomor seniornya itu, namun dia terus menemui Azam kekelas dan bahkan memohon kepada Azam, karena seniornya itu tahu bagaimana kemampuan Azam bermain basket saat mengikuti lomba yang pernah diadakan di kampus itu saat Azam masih SMA.

Setelah mencoba beberapa kali dan akhirnya Azam menyetujuinya, Azam sudah berganti pakaian dan berjalan menuju ruang basket dengan bola basket di tangan kiri nya. Semua mata tertuju kepada saat masuk kedalam ruangan basket, Azam memang pria yang tidak peka dan karena itulah dia tidak menyadari bahwa dia sedang menjadi pusat perhatian semua orang saat itu.

Bagaimana tidak, selama ini tidak ada pria yang lebih menarik dan menggoda dari pada Sharim di tim basket itu. Semua mahasiswi datang ke ruang basket untuk menyaksikan Sharim bermain, namun kali ini perhatian mereka teralihkan saat Azam masuk kedalam ruangan itu.

"Kita pernah bertemu sebelumnya bukan, aku merusak Hpmu saat itu." Ucap Sharim yang sudah berdiri dihadapan Azam.

"Entahlah, aku tidak terlalu mengingatnya." Jawab Azam.

Baru saja mereka berbincang, tiba-tiba seorang pria lagi-lagi masuk kedalam ruangan basket dan berjalan mendekati Azam dan Sharim. Pria itu langsung tersenyum saat melihat Azam ada di hadapannya, para gadis yang ada disana bahkan tidak menyangka bahwa mereka akan melihat pemandangan yang sangat indah hari itu di ruangan basket.

"Apa ini? Kenapa sekarang tiba-tiba tiga orang pria tampan berkumpul di ruang basket ini?"

"Aku berencana menginap disini saja supaya bisa melihat mereka setiap hari."

Begitulah obrolan dari para mahasiswi yang ada disana.

"Kenapa lama sekali menerima tawarannya? Aku sudah lama menunggu." Ucap Azril yang sudah berdiri di hadapan Azam dan Sharim.

"Kamu sudah gila? Kenapa menungguku?"

"Aku mengatakan kepada senior, aku akan masuk tim basket juga jika kamu sudah menerima tawarannya." Ucap Azril sambil tersenyum.

"Kalian berteman? " Tanya Sharim.

"Tidak." Sahut Azam.

"Iya." Sahut Azril bersamaan dengan Azam.

"Sejak kapan aku jadi temanmu? Aish, aku tidak tahu apa tujuan bocah sialan ini terus mengikuti ku." Gumam Azam kemudian pergi dari mereka.

Permainan basket pun dimulai, permainan lancar dan tentunya teriakan para gadis disana membuat suasana didalam ruang basket seakan sedang mengadakan pertandingan. Setelah pertandingan selesai, Fakhra yang baru saja tiba kedalam ruang basket itu langsung tersenyum bahagia saat melihat pria yang membuatnya penasaran ada disana. Fakhra langsung berlari kearah Azam yang baru saja selesai latihan dan memberikan sebotol minuman kepadanya.

"Ini untukmu." Ucap Fakhra.

Azam hanya menatap Kakak seniornya itu tanpa bergeming, Sharim yang ada disana langsung berjalan mendekati Fakhra dan menarik minuman dari tangan Fakhra.

"Kenapa memberikan pria lain minuman padahal kamu sudah punya aku sebagai pacarmu?" Ucap Sharim kesal.

Mendengar itu tentunya membuat Azam semakin kebingungan dengan tingkah gadis itu, Azam langsung berjalan pergi dari mereka tanpa menghiraukan mereka.

"Aku akan mendapatkanmu bagaimana pun caranya." Gumam Fakhra sambil melirik Azam yang berjalan pergi.

Tale On Paper(END)Where stories live. Discover now