Part 12

1K 100 3
                                    

"Menginaplah disini untuk malam ini, tidak aman bagimu untuk pulang saat ini." Ucap Sakha sambil membuka pintu kamar hotel miliknya itu.

Azalea memasuki kamar dan melihat bagimana mewah dan elegan isi kamar itu. Tiba tiba, kemewahan itu menghilang dipikiran Azalea saat dia memikirkan berapa biaya yang akan dikeluarkannya untuk ukuran kamar dengan high class seperti itu.

"Aku akan kembali ke Apartemenku." Ucap Azalea sambil berjalan menuju pintu.

"Tidak akan aman bagimu untuk pulang sekarang, wartawan itu tidak akan membiarkanmu dan mengambil wajahmu. Jika itu terjadi, semuanya akan tahu siapa kamu dan itu akan mengganggu kehidupan pribadi mu karena terlibat denganku bukan? Tetaplah disini, dan kembalilah ke Apartemenmu pagi besok, jangan khawatir, hotel ini milikku, mereka tidak akan mengganggumu, aku harus pergi ,berhenti membuat masalah ku menjadi lebih rumit." Jawab Sakha kemudian berjalan keluar dari kamar.

Azalea akhirnya bisa sedikit lega dan bisa beristirahat dengan tenang, dia terlalu banyak berfikir akhir akhir ini, sampai dia melupakan bagaimana rasanya tidur dengan nyenyak.

***

Saat melihat Azam sedang duduk sendirian diatas atap sekolah, Arisha berjalan menghampiri pria yang dianggapnya bisa diajak bicara itu.

"Kenapa kamu tidak datang ke tempat yang aku katakan?" Ucap Arisha.

"Karena tidak ingin." Jawab Azam.

"Ambillah kartu ini, beli apapun yang kamu mau, aku akan menganggap ini sebagai ucapan terima kasihku." Ucap Arisha sambil memberikan ATM nya kepada Azam.

Azam mendorong ATM itu dan menatap ke bawah.

"Aku tidak kekurangan uang, ambil itu dan pergilah." Jawab Azam.

"Ini bukan masalah kekurangan uang atau apapun, aku hanya ingin berterima kasih." Ucap Arisha.

Azam turun dari genteng dan berdiri di hadapan Arisha sambil menatap gadis itu, Arisha merasa tidak nyaman dan mengalihkan pandangannya dari Azam.

"Apa kamu menyukaiku? Maksudku, ini hanya sekedar bantuan sebagai teman sekelas, kenapa kamu harus bersikeras ingin berterima kasih padaku?"

"Apa kamu sudah gila? Aku menyesal melakukan ini, persetan denganmu!! " Teriak Arisha kemudian berjalan pergi.

"Per? Persetan? Gadis sialan itu benar benar tidak punya etika sedikit pun." Gumam Azam kesal.

***

Setelah matahari masuk melalui jendela kamarnya, Azalea bangun dari tidurnya dan membersihkan tubuhnya, karena tidak membawa baju ganti, Azalea hanya mencuci wajahnya dan membersihkan bagian tubuhnya yang lain. Saat Azalea baru saja keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan air diwajahnya dengan handuk kecil, Sakha sudah duduk disofa sambil memainkan Hp nya.

"Kenapa anda disini?" Tanya Azalea.

"Ganti bajumu dan ikut aku." Jawab Sakha.

Azalea melirik bingkisan yang berisi pakaian diatas meja, tanpa pikir panjang, Azalea menarik bingkisan itu dan masuk kekamar mandi untuk mandi dan berganti pakaian.

Setelah selesai, Sakha langsung membawa Azalea memasuki mobilnya dan melaju ke jalanan. Azalea masih tidak tahu kemana dia akan dibawa pergi, Sakha dengan santai melakukan mobilnya tanpa berbicara apapun kepada Azalea.

Pandangan Azalea akhirnya terpaku saat mobil mulai memasuki sebuah gerbang besar dengan halaman yang luas bak lapangan bola itu. Mobil kemudian berhenti tepat didepan sebuah rumah yang bak istana itu, Sakha keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Azalea. Azalea keluar dari mobil dan mengikuti Sakha memasuki istana itu. Disaat memasuki rumah, seluruh pelayan menyambut kedatangan mereka dan menundukkan kepala hormat. Melihat Azalea yang masih kebingungan, Sakha menarik tangan gadis itu dan membawanya masuk keruangan utama, dimana keluarganya sudah menunggu mereka disana.

Sakha langsung membawa Azalea duduk keatas sofa, kedua orang tuanya terus menatap mereka yang sudah duduk dihadapan orang tua Sakha itu.

"Dia gadis yang akan aku nikahi." Ucap Sakha.

"Halo Paman, Tante, nama saya Azalea." Ucap Azalea mencoba untuk menyapa kedua orang tua Sakha.

"Ah halo, saya Ayah Sakha ini istri saya. Jangan sungkan, anggap ini rumah sendiri." Ucap Ayah.

Azalea hanya tersenyum dan mengangguk pelan.

"Mana mungkin dia bisa merasa nyaman kalau wajah istri Ayah tegang seperti itu, katakan sesuatu jika ada yang ingin dikatakan." Ucap Sakha kepada Ibu tirinya.

"Haha mana mungkin Ibu seperti itu, Ibu hanya terkejut karena melihat siapa yang kamu bawa. Ibu pikir kamu akan menikahi Liyana." Sahut Ibu tiri Sakha.

"Tidak, kami sudah memiliki hubungan yang baik selama ini, tapi tidak ada yang tahu. Karena itu aku menemui Liyana hari itu untuk memberitahukan hubungan kami selama ini." Jawab Sakha.

Mereka kemudian sarapan bersama setelah berbincang bincang cukup lama. Setelah sarapan, Ibu tiri Sakha menarik Ayahnya untuk pergi kebelakang. Sementara Sakha dan Azalea masih duduk dikursi mereka, walaupun suasana terasa canggung, Azalea mencoba untuk membiasakan dirinya.

"Apa ini? Kenapa dia menikahi gadis lain? Bukankah seharusnya dia menikahi Liyana? Bagaimana kita akan menjelaskan ke keluarganya? Kenapa dia tiba tiba mengatakan bahwa dia mempunyai hubungan dengan seseorang? Selama ini dia tidak pernah membiarkan wanita manapun mendekatinya." Ucap Ibu pelan dan kesal.

"Mau bagaimana lagi? Apa kamu tidak tahu bagaimana karakter keras kepala Sakha? Apapun yang kita lakukan, kita tidak akan bisa mengubah keputusannya." Jawab Ayah.

Setelah berdebat cukup lama, Ayah dan Ibu kembali ke meja untuk bergabung dengan Sakha dan Azalea.

"Pernikahan nya akan dilaksanakan minggu depan, lakukan pernikahan yang tertutup, aku tidak ingin siapapun tahu tentang wajah istriku." Ucap Sakha.

"Kenapa minggu depan? Apa kamu gila? Kita bahkan belum menandatangani perjanjian nya dengan resmi." Gumam Azalea kepada Sakha.

Sakha tersenyum dan mendorong pelan kepala Azalea, Azalea merasa kesal namun tidak dapat berbuag apapun didepan orang tua Sakha.

"Bukankah itu terlalu cepat? Apa tidak perlu menunggu beberapa bulan dulu?" Ucap Ayah.

"Tidak mau, pemegang saham itu akan menjadi semakin cerewet. Lagi pula, pernikahan ini akan tertutup, cukup orang tertentu yang datang." Jawab Sakha.

Azalea merasa semakin tidak nyaman saat melihat ekspresi Ibu Sakha yang mulai tidak enak dilihat. Karena menyadari akan hal itu, Sakha berdiri dari kursinya dan menarik tangan Azalea untuk keluar dari rumah itu.

"Kami harus kembali, aku akan mengabari kalian nanti." Ucap Sakha.

"Baiklah, hati hati." Jawab Ayah.

Sakha dan Azalea memasuki mobil dan melaju kejalanan untuk mencari setelan baju pengantin mereka.

"Permisi, bukankah ini diluar rencana? Kenapa pernikahan nya menjadi minggu depan? Kamu tidak pernah membicarakan ini kepadaku sebelumnya." Ucap Azalea kesal.

"Apa kamu sedang memarahiku? Kenapa kamu mulai berbicara santai denganku? Jangan menganggapku remeh." Ucap Sakha.

"Bukan begitu, setidaknya walaupun pernikahan ini hanya karena kontrak, seharusnya ada komunikasi dan diskusi diantara kita." Ucap Azalea.

"Ikuti saja perintahku, jangan melawanku." Jawab Sakha dengan tatapan tajamnya.

"Aish, perintah jidatmu." Gumam Azalea kesal dalam hati.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang