Part 7

1.2K 115 0
                                    

Seperti biasanya, setelah menyelesaikan pekerjaan nya diruangan nya, Sakha akan pergi menuju restoran miliknya yang berada dibawah lantai ruangannya. Sakha menuju ke dapur dan mulai bermain dengan pisau dan berbagai macam bahan dapur. Hari ini, Sakha akan membuat seafood pedas manis untuk karyawannya. Walaupun tidak setiap hari, tapi Sakha akan mampir setidaknya tiga kali dalam seminggu ke dapur untuk memasak. Namun, masakan itu tidak akan diberikan nya kepada pelanggan, karena masakan itu hanya diberikannya kepada pelayan dan karyawannya. Mereka akan sangat bahagia jika Sakha sudah menginjak dapur, karena mereka dapat merasakan masakan terlezat dan luar biasa itu.

Setelah memasak, Sakha melirik Hp nya dan melihat ada pemberitahuan. Sakha langsung bergegas keluar dan melajukan mobilnya menuju SMA dimana Adiknya bersekolah. Sakha memarkirkan mobilnya di parkiran dan memasuki halaman sekolah, karena saat itu masih dalam jam belajar, Sakha pergi mengunjungi halaman belakang untuk melihat lihat.

"Hei!!! Berhenti membicarakan tentang orang tuaku. Memangnya kenapa jika aku dibesarkan tanpa kasih sayang mereka? Apa itu mengganggumu?! " Teriak Azam yang memukul tiga orang pria dihadapannya itu.

Saat Azam akan mengayunkan sebuah kayu kearah salah seorang murid, dengan cepat Sakha menahan tangan Azam dan menatapnya. Azam menatap Sakha dengan nafas yang tidak teratur dan mencoba mengenali siapa pria itu.

"Siapa kamu? Lepaskan aku." Ucap Azam.

Sakha tersenyum dan menarik sebilah kayu dari tangan Azam dan melemparnya ke sembarang arah.

"Kenapa kamu melakukannya dengan kayu? Lakukan dengan tanganmu sendiri agar rasanya lebih memuaskan." Ucap Sakha sambil tersenyum.

Azam tidak mengatakan apapun, membuat Sakha menarik tangan Azam dan melihat kondisi tangannya.

"Aah tangan mu sudah terluka parah, haruskah aku menggantikanmu? " Ucap Sakha.

Azam tidak juga menjawab dan menarik tangannya.

"Kalian pergilah, bersihkan luka kalian." Ucap Sakha.

Ketiga murid itu berlari pergi meninggalkan mereka. Azam yang terlihat masih kesal itu menarik tasnya dan mencoba untuk pergi. Namun, langkah nya terhenti saat melihat Arisha berlari ke arahnya. Arisha melirik kearah Azam dan dapat melihat bagaimana kacaunya pria itu.

"Kenapa disini? Sudah kukatakan jangan datang kesekolah lagi." Ucap Arisha.

"Aku ingin menjemputmu, tapi siapa pria itu?" Tanya Sakha.

"Ah, dia pria pembuat onar disekolah. Setiap harinya dia selalu baku hantam dan memukul orang orang yang mengatakan hal buruk tentang orang tuanya." Jawab Arisha.

"Dia menarik, mungkin dia mengalami masalah seperti kita." Ucap Sakha.

"Kenapa? Apa karena dia mengingatkan Kakak saat masih remaja? Ketika Kakak mematahkan kaki senior karena mengatakan hal buruk tentang Ayah?" Ucap Arisha.

Sakha langsung pergi dan tidak menjawab pertanyaan Arisha. Sakha membawa Arisha ke sebuah restoran dan makan disana. Sakha memberikan sebuah kotak hadiah untuk Arisha.

"Apa ini?"

"Bukalah. " Jawab Sakha.

Arisha membuka kotak itu, kemudian menatap Sakha sinis.

"Kenapa? Kamu tidak menyukainya? " Tanya Sakha.

"Siapa yang akan membelikan buku dihari ulang tahun? Aku tidak ingin ini." Jawab Arisha.

"Terimalah, aku memberikannya supaya nilaimu tinggi dan cepat dewasa. Aku sudah bosan membesarkanmu." Jawab Sakha.

"Maaf Tuan Sakha, saya besar sendiri tanpa anda." Jawab Arisha yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Kakaknya itu.

***

"Baiklah, aku akan memberikannya. Aku akan kesana sekarang juga." Ucap Azalea dari balik telepon sambil tergesa gesa keluar dari Apartemen.

Shesan yang baru pulang dari rumahnya menarik tangan Azalea untuk menanyakan tujuan sahabatnya itu.

"Kamu mau kemana?" Tanya Shezan.

"Aku harus bertemu Bibiku." Jawab Azalea dengan gerakan mulut tanpa suara.

Shezan tidak mengatakan apapun lagi walaupun dia masih kebingungan melihat sahabatnya itu.

"Tidak, jangan kesini. Kirimkan saja melalui rekening, aku tidak ingin melihatmu." Ucap Bibi Lulu.

"Baiklah, aku akan mengirimkannya." Jawab Azalea.

"Sebenarnya kapan kamu akan melunasi semua hutangmu itu hah?! Apa kamu tahu bagaimana sulitnya hidup dengan satu ginjal? Kamu berlagak akan membayarku, tapi ternyata malah membuatku menunggu bertahun tahun lamanya." Jawab Bibi kemudian menutup telepon nya.

Azalea menghela nafasnya berat dan membuka dompetnya. Azalea memeriksa berapa jumlah yang dimilikinya. Walaupun Azalea terlihat ceria, hidup yang dilaluinya sebenarnya sangat sulit. Dia harus berhutang kepada Bibinya dengan hutang yang bahkan dia sendiri tidak tahu berapa jumlahnya. Hutang itu berawal saat ingin menyelamatkan Ibunya, Ayahnya sudah meninggal dan tersisa Ibunya yang berada dalam kondisi kritis. Dia meminta Bibinya menyumbangkan ginjalnya, namun Ibunya tetap tidak bisa diselamatkan pada akhirnya. Azalea ditipu dan tidak bisa menyelematkan orang tuanya, karena itu dia membayar semua hutang itu dengan hidupnya. Itu juga menjadi alasan Azalea tidak ingin memiliki hubungan spesial apapun dengan pria mana pun.

Rp. 10.000.000, Azalea mentransfer uang itu kepada Bibinya. Azalea mengecek saldonya dan tersisa Rp. 2.000.000. Dengan langkah putus asa, Azalea berjalan keluar dari ATM untuk menuju Apartemennya. Namun, dalam perjalanan menuju Apartemen, Azalea menghentikan langkah nya saat melihat Azam yang sudah menghampirinya dengan penuh darah.

"Apa ini? Apa yang terjadi denganmu? Apa kamu bertengkar lagi?" Tanya Azalea sambil memeriksa tubuh Adiknya itu.

"Hmm, aku tidak bisa menahan emosiku lagi." Jawab Azam sambil tersenyum.

"Apa karena Ayah dan Ibu lagi?" Tanya Azalea.

Azam mengangguk sambil tersenyum, namun didalam senyumnya itu, dia meneteskan air matanya. Azalea membawa Azam menuju Apartemen untuk mengobati lukanya.

"Azam, kenapa? Apa terjadi denganmu? " Tanya Shezan histeris saat melihat wajah Azam penuh darah.

"Bukan apa apa, aku hanya bertengkar." Jawab Azam.

"Biarku lihat, Azalea ambilkan obatnya." Ucap Shezan sambil melihat wajah Azam.

Azalea membersihkan luka Azam dan memberinya obat untuk menahan rasa nyeri luka.

"Kenapa tidak ingin pulang kerumah setiap kali setelah bertengkar? " Tanya Shezan.

"Aku tidak mau, aku tidak ingin membuat Paman sedih dan merasa telah gagal dalam membesarkanku." Jawab Azam.

"Berbaringlah, aku akan memesan makan malam untuk kita." Ucap Shezan kemudian masuk kekamarnya untuk mengambil Hp.

Azalea membersihkan meja yang baru saja menjadi tempat membersihkan luka Azam, wajah Azalea terlihat kusut dan begitu menyedihkan.

"Apa kamu tidak dibayar perusahaan mu?" Tanya Azam.

"Hmm? "

"Wajahmu terlihat kusut dan menjadi lebih kecil, apa Kakak tidak makan teratur?"

"Aku makan dengan teratur, tapi terkadang pekerjaan membuatku lelah." Jawab Azalea kemudian berdiri menuju dapur.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi? Ceritakan kepadaku." Ucap Azam saat Azalea duduk disampingnya.

"Cerita denganmu tidak akan menyelesaikan masalah."

"Aish, ceritakan saja, aku Adikmu." Jawab Azam.

"Hmm kamu Adikku, kapan kamu akan dewasa? Aku lelab mengurus pria dengan sifat keras kepala sepertimu." Jawab Azalea kesal.

"Kak!! " Teriak Azam.

"Kenapa? Akhh!! Aku hanya berharap bisa menikahi pria kaya dan membayar semua beban hidupku." Teriak Azalea kemudian berbaring diatas sofa.

Tale On Paper(END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora