Kekacauan

964 108 1
                                    

Setelah menyelesaikan pelajaran kedua dan saat waktunya istirahat,
Rafiq dan beberapa pria lainnya datang menghampiri Azam untuk membawanya bergabung bermain bola basket. Azam awalnya menolak karena mengantuk dan ingin tidur, namum Rafiq memaksanya dan merengek agar Azam ikut. Karena itu kali pertamanya Azam memiliki sahabat, Azam akhirnya menyetujui keinginan Rafiq dan pergi menuju lapangan bola basket.

Namun, saat mereka akan bermain basket setelah berganti pakaian, mereka menghentikan langkahnya saat melihat kekacauan yang terjadi di lapangan basket. Seorang gadis sedang diserang oleh beberapa wanita di sekelilingnya, gadis itu terus mengumpulkan bukunya yang berserakan dan tidak memperdulikan gadis gadis yang sibuk mengganggunya. Tidak ada satupun disana yang berniat membantu gadis itu, sampai akhirnya Rafiq merasa kasihan karena pernah merasakan hal seperti itu.

"Azam, bukankah kita harus membantunya? Dia terlihat membutuhkan bantuan." Ucap Rafiq.

"Tidak, kita tidak perlu membantunya, dia akan selamat." Jawab Azam sambil melihat Arisha yang berjalan mendekati keributan itu.

Gadis itu terus mengumpulkan buku bukunya yang ditendang dan diinjak oleh beberapa gadis disekelilingnya itu, gadis itu hanya menarik nafas berat dan mengambil kembali bukunya yang dijatuhkan oleh mereka. Sampai akhirnya,

"Akhh!!!! " Teriak seorang gadis yang terlihat seperti ketua diantara para gadis lainnya.

Arisha menjambak rambut gadis itu dan mendorongnya untuk menjauh, gadis yang bernama Qaila itu memang merupakan seorang anak dari salah seorang dari pengusaha ternama di kota itu, dia selalu mencari masalah dan menindas siapa pun yang lemah. Qaila termasuk gadis yang berkuasa disekolah karena orang tuanya yang kaya dan memberikan banyak investasi untuk sekolah.

"Heii!! " Teriak Qaila kesal kepada Arisha.

Diantara gadis yang ada disekolah itu, hanya Qaila lah yang tidak takut dan berani melawan Arisha.

"Kenapa mengagangguku? Apa sekarang kamu mulai tertarik dengan urusan orang lain? Tetaplah tidak perduli dan biarkan aku bersenang! " Teriak Qaila kepada Arisha.

Arisha menatap satu per satu gadis yang ada disana, gadis gadis itu kemudian pergi satu per satu setelah melihat tatapan tajam mata Arisha, mereka berdiri di pinggir lapangan dan melihat apa yang akan terjadi. Arisha menarik dan membantu gadis yang bernama Tanisha itu dan membantunya mengambilkan bukunya. Tanisha menatap Arisha tidak percaya setelah melihatnya membantu Tanisha, ini kali pertamanya ada seseorang yang membantunya disaat seperti itu, setelah dia mengalami hal seperti itu berkali kali.

"Apa kamu tidak mendengarku? Aku berbicara denganmu." Ucap Qaila sambil menarik lengan Arisha.

Arisha mendorong tangan Qaila untuk menjauh dan menatap tajam ke arah gadis itu.

"Pergilah dan berikan gadis itu padaku, aku perlu bersenang senang dengannya." Ucap Qaila.

"Pergilah, jangan mengganggunya, dia tidak mengusik mu dan mengganggumu, jadi biarkan dia. Pergilah selagi aku masih bersikap baik." Ucap Arisha.

Arisha kemudian menatap Tanisha dan berencana membawanya pergi dari lapangan basket itu. Namun, Qaila masih tidak puas dan melemparkan susu kotak yang ada ditangan nya ke kepala Tanisha, susu kotak itu pecah dan susu mengalir diatas kepala Tanisha, percikan susu itu juga mengenai wajah Arisha dan seragam nya juga ikut kotor. Arisha membuka mulutnya pelan karena tidak percaya dengan apa yang baru saja disaksikan nya, dia tidak mengira kalau Qaila akan sejauh ini setelah dia memintanya pergi. Karena sifat buruk yang dimiliki Arisha, emosi itu melunjak dan membuatnya menjadi wanita yang tidak kenal takut dan menggila.

"Dasar jalang sialan!! " Teriak Arisha sambil menendang Qaila dengan kakinya sampai membuat gadis itu terjatuh keras lantai.

Tidak puas dengan itu, Arisha menindih tubuh Qaila dan melayangkan tinju nya berkali kali ke wajah gadis itu. Tanisha menarik tangan Arisha dan mencoba untuk menghentikan Arisha, namun gadis itu tetap menggila dan tidak mau berhenti. Melihat kekacauan itu, Azam langsung berlari ketengah lapangan dan mencoba menghentikan pertikaian itu. Azam menarik tangan Arisha dan mencoba menghentikannya, namun Arisha malah menarik rambut Azam karena marah melihat Azam yang mencoba menghentikan nya, para gadis lainnya kemudian berlari kelapangan untuk membantu Qaila, Tanisha yang berdiri tentunya tidak bisa tinggal diam dan ikut berkelahi dan memukul gadis lainnya, sekaligus membalas rasa sakit hatinya selama ini.

Pertikaian itu menjadi suasa yang sangat kacau di lapangan, Azril yang berdiri di pinggir lapangan tersenyum miring melihat tingkah konyol mereka.

"Halo? Ini kantor polisi? Ada kekacauan di SMA plus, siswa dan siswi bertengkar, anda harus kesini sebelum mereka saling membunuh."

***

Saat istirahat makan siang, Azalea pergi bersama Shezan untuk makan direstoran yang biasa mereka kunjungi. Tidak mau ketinggalan, Fadhlan juga ikut makan siang bersama mereka, Fadhlan rela pergi jauh jauh agar bisa makan siang bersama sahabatnya itu. Mereka memesan beberapa menu makanan dan menyantapnya bersama.

"Shezan, aku melihat namamu di buku tamu pernikahan Sakha, apa kamu benar benar datang?" Tanya Fadhlan.

"Ah, iya aku datang, tapi hanya sebentar." Jawab Shezan terlihat gugup.

"Benarkah? Berarti kamu melihat siapa istri Sakha, apa kamu mengambil fotonya?" Tanya Fadhlan.

Shezan dan Azalea kemudian saling tatap setelah mendengar itu, mereka menjadi gugup dan tidak tahu akan menjawab apa.

"Aku tidak melihatnya, hanya orang tertentu yang dibiarkan melihat siapa istrinya." Jawab Shezan.

"Wah, bukankah ini keterlaluan? Kenapa dia begitu menutupi siapa istrinya." Ucap Fadhlan kebingungan.

Disaat genting dan keadaan yang menegangkan itu, Azalea mendapat telepon dan membuat nya menjadi teralihkan dari pembicaraan sahabatnya itu.

"Apa? Kantor polisi? Bagaimana ini bisa terjadi?" Ucap Azalea terkejut.

"Aku harus pergi, pergilah ke kantor tanpaku." Ucap Azalea kepada Shezan dan Fadhlan kemudian berlari meninggalkan restoran.

Azalea langsung memanggil taksi dan menghentikan nya untuk membawanya ke kantor polisi.

Dengan langkah cepat, Azalea berlari memasuki kantor polisi dan mencari dimana keberadaan Adiknya itu. Saat menemui Adiknya yang sedang berada dihadapan polisi, Azalea langsung berlari dan melihat bagaimana kacaunya tempat itu dibuat oleh para siswa dan siswi itu.

"Apa yang terjadi? Apa kamu memukul orang lagi?" Ucap Azalea kepada Azam yang sudah babak belur.

"Bukan aku yang memukuli orang, tapi orang yang memukuli ku. Gadis sialan ini menarikku dan membawaku dalam pertikaian itu, dia memukul ku seakan memiliki dendam padaku." Jawab Azam sambil menunjuk Arisha yang duduk disampingnya.

"Sialan? Aku akan menyumbat mulut bajingan mu itu." Ucap Arisha dengan nada tinggi.

Azalea langsung menghalangi Arisha dan mencoba menenangkannya.

"Tenanglah, kita akan selesaikan masalah ini dulu. Kenapa kalian bisa bertengkar dengan orang sebanyak ini?" Ucap Azalea sambil melirik di sekelilingnya yang penuh dengan siswa dan siswi yang babak belur.

"Apa anda wali dari Azam?" Tanya Polisi yang ada dihadapan mereka.

"Benar, saya walinya, tapi apa hanya Azam yang dipanggil walinya?" Tanya Azalea.

"Wali mereka sedang dalam perjalanan, mereka akan tiba sebentar lagi." Jawab Polisi itu.

"Kenapa dia memukulmu?" Bisik Azalea kepada Azam.

"Dia gadis gila, dia akan melakukan apapun yang diinginkan nya." Jawab Azam.

"Siswi, siapa walimu? Apa kamu sudah memberitahunya?" Tanya Azalea kepada Arisha.

"Apa kamu tidak mengenaliku?" Tanya Arisha balik kepada Azalea.

Arisha menaikkan satu alisnya, menandakan bahwa dia tidak mengerti apa yang dikatakan Azalea. Namun, kebingungan nya itu akhirnya terpecahkan setelah melihat siapa yang datang. Berapa terkejutnya Azalea saat melihat Sakha yang datang dan berjalan mendekati Arisha.

"Aku walinya, apa kesalahan yang dilakukannya?" Ucap Sakha kepada Polisi itu.

"Mereka bertengkar dan saling melukai satu sama lain Tuan, anda harus menandatangi beberapa berkas dan membayar denda. Kami akan menyelesaikan nya dengan segera." Jawab Polisi itu.

Azalea menghindari Sakha dan mencoba menutupi wajahnya agar Sakha tidak melihatnya.

"Kenapa? Apa Kakak malu bertemu dengan suami Kakak diluar rumah? " Goda Azam.

Azalea menjintak kepala Azam agar Azam bisa diam.

"Aku bisa melihatmu, berhenti bersembunyi." Ucap Sakha.

Tale On Paper(END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz