Gangguan Tidur

986 109 5
                                    

Saat tali akan dijatuhkan sekaligus menjatuhkan tubuh mereka, Azalea terlihat sangat gugup dan tidak mampu melihat kebawah sedikit pun. Azalea menutup matanya dan menggenggam erat tangannya untuk menahan rasa takut, Sakha hanya menatap Azalea tanpa mengatakan apapun. Sampai akhirnya saat tubuh mereka didorong untuk jatuh kebawah, Sakha menarik pinggang Azalea, membenamkan kepala Azalea ke dadanya dan memeluk Azalea dengan erat. Semua nya berteriak saat jatuh ke bawah, sedangkan Azalea jangankan ingin berteriak, untuk melihat apa yang terjadi padanya saja dia tidak mampu. Entah ini detam jantung karena ketakutannya karena ketinggian atau detak jantungnya karena pelukan dari Sakha, Azalea tidak mengerti dan hanya bisa menggengam tangannya erat dan menutup matanya dengan rapat untuk menahan rasa takutnya itu.

"Uwek, uw, uhh. "

Sakha terus menatap Azalea yang terus menerus mual namun tidak mengeluarkan apa yang ingin dikeluarkannya. Karena jalan yang tidak menentu, Azalea berjalan teroyong-oyong kesana kemari.

"Berhati-hatilah." Ucap Fachrul yang sudah memopong tubuh Azalea agar bisa berdiri dengan benar.

"Apa kamu menikmatinya?" Ucap Liyana yang sudah berdiri di samping Sakha.

"Tadi aku sangat menikmatinya, tapi entah kenapa sekarang terasa memuakkan." Jawab Sakha sambil berjalan melewati Azalea dan Fachrul.

"Jika dengan ini bisa membuatmu bicara padaku, baiklah. Aku akan mendekati istrimu dan melihat bagaimana reaksimu padaku." Gumam Fachrul dalam hati.

Setelah mengunjungi berbagai tempat wisata dan menginap di pantai, mereka akhirnya bersiap untuk kembali ke kota. Azalea menaiki mobil bersama dengan Shezan dan Sakha sudah berlalu pergi sedari tadi bersama Sekretaris nya.

Karena enggan pulang kerumah, Azalea memutuskan untuk kerumah Pamannya terlebih dahulu untuk menemui Pamannya. Saat Azalea baru saja membuka pintu, Azalea langsung berdiri terpaku saat melihat Azam yang berdiri dihadapannya sambil memegang sebuah buku komik. Mereka sama-sama saling tatap tanpa bereaksi, dalam hati Azalea merasa aneh karena melihat Adiknya ada dirumah jam segitu, disisi lain Azam sudah seperti merasa nyawanya akan segera melayang setelah melihat Kakaknya di jam segitu saat dia berada dirumah.

"Apa hari ini hari libur? Atau ada kegiatan lain yang membuatmu tidak masuk kesekolah?" Tanya Azalea.

"Ah, Kak aku, aku, aku sedang. Aku ada pertandingan basket, jadi diminta untuk istirahat dirumah sebelum pertandingan." Jawab Azam tergagap.

"Pertandingan jidatmu!! " Ucap Paman yang sudah memukul tengkuk Azam, yang membuat Azam langsung mengelus tengkuknya untuk menghilangkan rasa sakit.

"Dia di skor karena bertengkar di sekolah, dia mengeroyok temannya." Ucap Paman.

"Aku tidak mengeroyok, mereka yang mengeroyok ku. Bukankah seharusnya aku yang dibela? Kak, aku dikeroyok oleh mereka." Ucap Azam mencoba membela diri.

"Bocah sialan!! " Teriak Azalea kemudian mengejar Azam dan memukulinya karena kesal melihat Adiknya itu.

"Maafkan aku, aku bersalah. Aku tidak akan bertengkar lagi. " Ucap Azam mencoba membela diri sambil menghindari pukulan dari Kakaknya.

Setelah kelelahan memukul Adiknya, Azalea menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil menatap kesal Adiknya. Sementara Azam hanya menunduk karena merasa bersalah, sementara Paman sudah pergi sedari tadi untuk mengurus perusahaanya.

"Aku janji, aku tidak akak bertengkar lagi." Ucap Azam pelan.

"Apa aku bisa memegang janjimu?"

"Iya, tapi jika mereka memulai duluan aku boleh membela diri kan?" Ucap Azam.

Azalea hanya menatap kesal Adiknya namun tidak bisa memakasanya. Setelah merasa lega, mereka kemudian makan malam bersama.

"Apa Kakak tidak kembali kerumah? Suami Kakak tidak mencari?" Tanya Azam.

"Aku akan pulang sebentar lagi." Jawab Azalea kemudian menyelesaikan makan malamnya.

Saat Azalea baru saja melangkah keluar dari rumah, tiba-tiba Arisha keluar dari mobil dan menghampiri Azalea dan Azam yang sedang berdiri didepan pintu.

"Kakak mau pulang?" Tanya Arisha.

Azalea mengangguk, kemudian menatap Azril yang berjalan dibelakang Azalea.

"Tapi, kenapa kamu ada disini?" Tanya Azalea.

"Ah, guru meminta kami untuk belajar bersama selama di skor. Jadi kami diminta untuk berkumpul di satu tempat dan mengerjakan tugas bersama." Jawab Arisha.

Azalea kemudian melirik kepada beberapa orang anak yang ada di mobil Arisha yang melambaikan tangan mereka ke Azalae.

"Belajar? Apa kamu benar-benar akan belajar?" Tanya Azalea kepada Azam.

"Tentu saja, masih ada waktu setengah dua tahun lagi untukku supaya bisa berjuang masuk Universitas. Aku akan berusaha." Jawab Azam.

"Tentu kamu harus berusaha, jika tidak siapa juga yang mau menerima siswa rangking 10 terakhir di sekolah untuk masuk Kampus mereka." Sahut Arisha sambil tersenyum.

"Kau ingin mati?" Ucap Azam.

"Kamu yang akan mati jika benar-benar tidak bisa masuk kampus, belajarlah yang baik, ingat untuk pulang tepat waktu." Ucap Azalea.

Karena merasa tidak enak, Arisha menawarkan tumpangan kepada Azalea, Azalea berusaha menolak, namun Arisha memaksanya sampai akhirnya Azalea tidak punya pilihan lain lagi selain mengikuti kemauan Adik iparnya itu.

"Kenapa kamu baru pulang? Aku sangat merindukanmu." Ucap Sakha sambil mengelus lembut rambut Azalea.

"Apa Kakakmu sudah gila? Kenapa dia haris bertingkah seperti itu dihadapan anak dibawah umur seperti kita?" Ucap Azam.

"Hmm aku rasa dia memang sudah gila, karena baru kali ini aku melihatnya baik kepada orang lain." Jawab Arisha.

"Pergilah, atau bayar jika ingin terus menonton kami." Ucap Sakha kepada Adiknya dan teman Adiknya itu.

Arisha langsung tersenyum miring dan melajukan mobilnya kejalanan.

Sakha menatap Azalea yang terlihat kaku.

"Bernafaslah, kamu bisa mati jika terus begitu." Ucap Sakha kemudian berjalan masuk kerumah.

Azalea mengikuti Sakha sambil menarik kopernya. Saat Azalea akan masuk kedalam kamar, Sakha melemparkan sekantong obat kepada Azalea.

"Minum obat itu supaya tidak terkena flu." Ucap Sakha kemudian berjalan menaiki tangga untuk menuju kamarnya.

Azalea hanya diam dan memasuki kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

Saat tengah malam, karena merasa haus Azalea keluar dari kamar dan mengambil air minum. Saat membuka kulkas, Azalea mendengar suara aneh dari kamar Sakha yang membuatnya begitu penasaran apa yang terjadi kepada pria itu.

Azalea mencoba mengabaikannya, namun keingintahuan nya mengalahkan pertahanan dirinya. Azalea berjalan pelan menuju kamar Sakha dan membuka pintu kamar yang kebetulan tidak dikunci itu. Kamar itu terlihat sangat redup, hanya memanfaatkan cahaya dari lampu tidur. Dari pintu, Azalea bisa melihat Sakha yang terlihat menangis seperti mengalami mimpi buruk. Azalea berjalan mendekati Sakha dan mencoba memeriksa keadaan pria itu, saat Azalea ingin membangunkan Sakha, tiba-tiba Sakha terbangun dan langsung duduk. Azalea yang terkejut dan bingung itu tidak tahu harus melakukan apa, Sakha menatap Azalea dengan tatapan sendu dan menarik tubuh Azalea kemudian memeluknya erat.

Azalea masih tidak mengerti aoa maksudnya, namun Azalea menepuk ringan punggung Sakha untuk menenangkannya.

"Ah maafkan aku, ini efek dari obat tidur ku, aku melakukan sesuatu tanpa sadarku." Ucap Sakha.

"Tidak masalah, aku tahu kamu sedang dalam suasana yang tidak baik-baik saja." Jawab Azalea.

"Kembalilah ke kamarmu. Lain kali, jika mendengar apapun dari kamar ini, jangan pernah masuk, karena aku tidak tahu akan melakukan apa karena efek obatku." Ucap Sakha.

"Kenapa? Bagaimana jika aku tetap ingin masuk dan membiarkan mu melakukan apapun itu walaupun itu tanpa sadarmu?" Ucap Azalea.

Sakha langsung menatap Azalea, bingung dengan apa maksud gadis itu sebenarnya.

Tale On Paper(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang