Shower

897 120 2
                                    

Karena ketidaktahuannya, Azalea dengan santai berjalan turun dari Apartemen berencana keluar untuk membeli cemilan. Namun, saat dia baru tiba didepan pintu, Azalea langsung menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya dengan cepat untuk kembali ke Apartemennya. Sakha yang sudah terlanjur melihat itu, langsung berlari masuk kedalam Apartemen dan mengejar Azalea.

"Maaf Pak, anda harus melapor ke meja tamu jika ingin masuk." Ucap Seorang pelayan wanita yang sudah menghadang Sakha.

"Periksa dengan cepat, aku sedang buru-buru." Jawab Sakha sambil memberikan kartu tanda penduduknya dengan nafas yang terengah-engah.

Wanita itu spontan menutup mulutnya dan untuk menahan rasa takjubnya.

"Wah dia benar-benar lebih tampan dari yang dikamera." Gumam Wanita itu kemudian mengecek ktp Sakha.

Setelah melalui prosesnya, Sakha langsung berlari menuju lift yang tadi baru saja dinaiki oleh Azalea. Karena berlari sekuat tenaga, Sakha bisa mengejar lift yang sedang dinaiki oleh Azalea. Azalea langsung merasa ketakutan dan juga bingung saat Sakha sudah berdiri dihadapannya.

"Lantai berapa?" Ucap Sakha.

Azalea hanya diam dan bahkan tidak menatap Sakha sama sekali, karena itu Sakha langsung menarik pinggang Azalea dan membawa gadis itu menuju tombol lift dan meminta nya untuk menekan tombol berapa letak Apartemen yang ditempatinya. Mau tidak mau, Azalea akhirnya terpaksa menekan tombol lift dan mendorong tubuh Sakha untuk menjauh dan berdiri di sudut lift.

Tepat di Apartemen paling ujung, Azalea ingin membuka pintu Apartemen dan berencana masuk. Namun, saat Azalea baru saja membuka pintu Apartemen, suatu kejadian yang tidak pernah diharapkan Azalea terjadi.

"Azalea, sudah aku katakan cuci celana pendekmu, aish lihatlah aku berencana meminjamnya tapi sudah bau sambal terasi, aku hampir mati ditempat waktu menciumnya." Ucap Shezan yang memegang celana pendek Azalea dan menunjukkannya didepan wajah Azalea.

Azalea menutup matanya untuk menahan rasa malu dan langsung menarik celana pendek miliknya itu dari tangan Shezan. Shezan yang masih tidak mengerti pada awalnya, baru menyadari kesalahannya saat Azalea membuka pintu dengan lebae dan Sakha berdiri tegap disampingnya.

"Ah suamimu disini, maafkan aku karena membuka aibmu. Masuklah, kalian pasti butuh waktu untuk bicara." Ucap Shezan dan ingin berjalan keluar.

Namun, Azalea menarik tangan Shezan agar tetap di Apartemen bersamanya, karena dia takut Sakha akan mengamuk karena dia pergi dari rumah.

Sakha duduk di sofa sambil memperhatikan Azalea yang duduk dihadapannya, sementara Shezan hanya bisa menatap kedua pasangan itu secara bergantian.

"Bagaimana jika aku keluar? Kalian bicaralah." Ucap Shezan karena merasa tidak enak.

"Jangan, dia mungkin akan menggigil ketakutan jika kamu pergi." Ucap Sakha.

Azalea hanya diam dan menunduk tanpa berani menatap Sakha sedikit pun.

"Sudah berapa lama dia begini? Tidak mandi, tidak mengurus dirinya dan hidup seperti ini?" Ucap Sakha kepada Shezan.

"Sehari setelah dia kabur dari rumah kalian." Jawab Shezan.

Sakha menatap Azalea dan menunggu wanita itu berbicara padanya, namun bibir Azalea benar-benar tidak berniar bergerak sedikit pun.

"Aku bersalah, aku melakukan semuanya tanpa persetujuanmu, aku juga mengatakan hal-hal yang membuatmu sakit hati. Maafkan aku, karena itu ayo kita pulang." Ucap Sakha.

Shezan spontan langsung menatap Sakha, karena itu kali pertamanya mendengar Sakha berkata lembut dan meminta maaf kepada orang lain.

"Bukankah kamu harus memaafkannya? Dia sudah semanis itu tapi kamu tidak tergoda?" Ucap Shezan kepada Azalea.

"Sebenarnya kamu di pihak siapa hah?" Jawab Azalea kesal.

***

Hari yang begitu indah dan tidak terlalu indah bagi Azam, karena dia terlalu enggan untuk menghadapi hari ini sebenarnya. Semuanya sudah siap dilapangan dan pertandingan akan segera dimulai, Azam sudah mencoba untuk menghindari bermain basket dari awal, karena dia ingin fokus pada kuliahnya, namun berbagai godaan datang dilih berganti.

Dengan baju dalaman kaos hitam dan baju tim basket berwarna biru muda, merwka terlihat bersinar sampai membuat kulit putih Azam menyatu dengan warna lembut biru muda. Azam sudah mulai memainkan bola dan pertandingan dimulai. Karena pertandingan itu hanyalah pertandingan persahabatan dengan Universitas tetangga, mereka memulai dan menyelesaikannya dengan baik-baik tanpa ada yang terluka.

Lagi-lagi, kejadian aneh dan yang tidak masuk akal bagi Azam kembali terjadi, bagaimana bisa seorang gadis yang sudah memiliki pacar memberinya minuman dan membiarkan pacarnya kehausan disudut lapangan sambil memperhatikan nya.

"Apa kamu tidak malu? Apa kamu harus sejauh ini? Semua orang tahu kalian berpacaran, kenapa malah memberiku air bukan pacarmu?" Ucap Azam.

"Karena kamu lebih menarik, bukankah aku harus mengejar sesuatu yang lebih menarik?" Jawab Fakhra.

Azam mencondongkam tubuhnya mendekati Fakhra dan menatap wajah gadis itu.

"Aku sudah lama tidak melakukan ini, tapi aku akan melakukannya padamu. Wajahmu sangat cantik, tapi jangan menjualnya dengan murah." Ucap Azam kemudian pergi meninggalkan Fakhra yang masih terpaku.

***

Azalea hanya duduk di mobil setelah tiba di depan rumah, Sakha menatap gadis itu dan sepertinya dia benar-benar tidak berniat untuk keluar dari mobil. Sakha membuka pintu mobil dengan membawa jaket yang sudsh dibukanya, kemudian membuka pintu mobil Azalea.

Sakha langsung meletaklan jaket miliknya diatas paha Azalea, untuk menutupi paha putih milik gadis itu dan kemudian menggendong Azalea untuk masuk kedalam rumah.

"Apa yang kamu lakukan?" Ucap Azalwa mencoba melawan untuk turun ari gendongan Sakha.

"Diam atau aku akan mengehmpas mu ke lantai."

Mendengar itu nyali Azalea langsung menciut dan hanya bisa diam. Sakha membawa Azalea kekamar mandi dan meletakkam gadis itu kedalam bak mandi. Sakha mengambil shampo dan meletakkan nya diatas kepala Azalea.

"Aish apa yang sebenarnya kamu lakukan? Aku bisa mandi sendiri, apa aku sebau itu sampai kamu ingin aku segera mandi." Ucap Azalea kesal.

"Kenapa kamu kesal? Seharusnya ku yang kesal sekarang. Aku sudah membujukmu dan kamu bahkan tidak mengatakan apapun." Jawab Sakha.

"Kenapa? Apa yang kamu harapkan? Kenapa memintaku bicara padahal kamu memutuskan semuanya sendirian."

"Apa kamu semarah itu? Baiklah, aku akan menyerah, haruskah aku tarik kembali investasi ku juga?" Ucap Sakha yang terlihat kecewa.

Azalea hanya diam dan menatap suaminya itu tanpa bicara.

"Apa hanya aku yang mencintaimu? Karena itu kamu mempermainkan perasaanku dan membuat aku tidak berdaya begini?" Ucap Sakha.

Mendengar itu Azalea langsung menghidulkan shower dan membiarkan air membasahi tubuhnya. Sakha menatap istrinya aneh, karena tidak tahu apa maskud istrinya itu. Azalea langsung menarik tangan Sakha dan membawa pria itu masuk kedalam bak mandi, Azalea dan Sakha sudah saling berhadapan dan mata mereka saling tatap diantara jatuhnya air di wajah mereka. Azalea langsung memeluk Sakha dengan erat sampai membuat tubuh Sakha tersandar ke bak mandi. Sakha mengusap kepala Azalea, walaupun dia tidak tahu apa yang dilakukan gadis itu.

"Maafkan aku, aku yang egois dan tidak menghargai pengorbanamu, maafkan aku." Ucap Azalea yang sudah menangis namun tidak terlalu kelihatan karena bercampur air dari shower

"Apa kamu menghidupkan shower nya agar aku tidak bisa melihatmu menangis?" Ucap Sakha.

"Aku mencintaimu, aku terlalu malu dan tidak percaya diri untuk mengatkannya, karena itu aku hidupkan showernya agar wajah malu ku tidak terlalu kelihatan, aku menjadi jelek saat menangis." Ucap Azalea.

"Tidak, kamu wanita tercantik yang aku temui." Ucap Sakha kemudian mencium lembut Azalea.

Tale On Paper(END)Where stories live. Discover now