Part 4

1.5K 144 0
                                    

Pagi yang begitu cerah dengan panas matahari yang tidak terlalu menyengat, adalah hal yang baik. Beberapa anak sekolah bangun dengan semangat untuk menuju sekolah, namun berbeda dengan pria muda satu ini, dia bahkan enggan membuka wajahnya dari dalam selimut. Azam tidak bergeming sedikit pun, walaupun alarm nya sudah berbunyi dari beberapa menit yang lalu. Azalea yang menyadari akan hal itu, bergegas menuju kamar Adiknya dan menggedor pintu dengan keras.

"Azam!! Bangunlah!! Apa kamu tidak akan ke sekolah?!" Teriak Azalea dari luar kamar.

"Dia tidak akan bangun sekali pun kamu memutuskan pita suaramu, menyingkirlah, biar Paman bukakan pintunya." Ucap Paman sambil mencoba membuka pintu kamar Azam dengan sebuah anak kunci ditangannya.

"Kenapa Paman bisa punya kuncinya?"

"Paman membuatnya, karena tahu bocah ini tidur mati." Jawab Paman kemudian membuka pintu kamar Azam.

Setelah lega melihat Paman membangunkan Azam, Azalea langsung bergegas sarapan karena dia punya tempat tujuan yang harus dikunjunginya hari ini.

Azam mengantarkan Azalea menuju sebuah cafe sederhana yang ada di pinggir kota, Azalea kemudian melangkahkan kakinya dan mulai membuka laptopnya diatas meja sambil menunggu pelayan menghampirinya untuk menanyakan pesanan. Setelah memesan segelas kopi, Azalea mulai bermain dengan laptopnya. Azalea mulai merancangkan jadwal baru untuk Shezan, karena Shezan akan memulai syuting drama pada minggu depan.

"Kenapa memintaku bertemu disini? Apa tidak bisa bertemu dirumah saja? Kita juga baru bertemu." Ucap seorang pria yang ada di belalang Azalea.

"Ayah tahu kamu tidak akan datang jika Ayah memintamu kerumah."

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang penting? "

"Ayah tidak ingin mengatakan ini, tapi baru baru ini Ayah mendapatkan hasil tes dari Dokter. Dia mengatakan Ayah mengalami penyakit parah yang sulit disembuhkan, Ayah terkejut dan takut akan hal itu."

Azalea menghentikan jari jemarinya dan mulai tertarik dengan apa yang didengarnya, sebenarnya ini bukan niatnya untuk menguping pembicaraan orang lain, tapi suara mereka terlalu sulit untuk tidak didengar dan terlalu sulit untuk diabaikan oleh Azalea.

"Menikahlah, bukankah Ibumu juga berpesan begitu? Ibumu ingin kamu menikah diumur 29, sebentar lagi umurmu akan mencapainya. Ini pemintaan Ibu dan Ayah, Ayah tidak pernah meminta apapun darimu selama ini, karena Ayah tidak ingin membebanimu, tapi kali ini mohon, menikahlah dan terimalah kencan buta itu."

"Wah, apa dizaman sekarang masih berlaku meminta anak untuk menikah seperti itu?" Gumam Azalea sambil mendengarkan kembali dengan cermat.

"Tidak, aku tidak akan melakukan nya, kenapa aku harus melakukannya? Kenapa aku harus melakukan sesuatu yang tidak aku inginkan?"

"Kamu sudah melakukan semuanya semaumu selama ini, kamu hidup sesukamu dan pergi dari rumah diusia muda, apa tidak bisa kamu menuruti Ayah kali ini? Ini permintaan pertama dan terakhir."

"Hah, aku mungkin akan menuruti permintaan Ayah jika Ayah membantu mengungkapkan kematian Ibuku dulu, kenapa Ayah harus menolak untuk mengautopsi nya? Kita semua curiga sesuatu yang buruk terjadi kepada Ibu, tapi kenapa Ayah tidak melakukan apapun? Ayah bahkan memilih untuk mementingkan pernikahan Ayah dari pada memikirkan masalah Ibu."

Jreng!!!

Cangkir kopi yang ada diatas meja Azalea terjatuh keatas lantai dan mengenai celana Azalea. seorang karyawan yang lewat tidak sengaja menyenggol nya dan segera meminta maaf.

"Maafkan saya Nona." Ucap Karyawan wanita itu sambil mencoba membersihkan celana Azalea.

"Tidak apa apa, aku baik baik saja." Jawab Azalea sambil membersihkan celananya dengan tissu yang ada diatas meja.

Tale On Paper(END)Where stories live. Discover now