Part 3

1.5K 131 2
                                    

Saat makan malam, semuanya senyap dan fokus dengan makanan mereka. Keluarga itu memang jarang berbicara dan berbagi cerita, mereka hanya membicarakan hal hal penting. Suasana itu sudah lama terjadi, semenjak kepergian Ibu dari Sakha dan Arisha. Walaupun Ayahnya menikah lagi, istrinya itu tidak memiliki anak dan dia hanya fokus membesarkan dan mengurus anak dari suaminya itu. Namun, karena Sakha besar tanpa Ibu tirinya itu dan mandiri sendiri, mereka menjadi lebih jauh dan sangat jauh dari kata dekat. Begitu pun dengan Arisha, dia tidak perduli dengan Ibu tirinya dan sibuk dengan kehidupannya sendiri.

Setelah makan malam, Ayah membawakan sebuah surat dan meletakkan nya dihadapan Sakha. Sakha hanya melirik kertas itu dan membuka nya setelah menatapnya cukup lama. Saat membuka halaman pertama kertas itu, Sakha sudah mengetahui bahwa itu adalah surat yang sama seperti tahun sebelumnya.

"Surat pernikahan lagi?" Bisik Arisha.

Sakha hanya melirik Adiknya itu tanpa menjawab.

"Menikahlah Sakha, Ibu mu sudah memberikan surat itu kepada Ayah dan meminta Ayah untuk membuatmu menikah. Umurmu sudah 28 tahun dan Ayah juga sudah semakin tua, Ayah tidak yakin kesehatan ini bisa bertahan diumur Ayah yang sudah setua ini. Ayah harap, kali ini kamu bisa menuruti perkataan Ayah. Ayah sudah memintamu kencan buta dari 7 tahun lalu, karena kamu sepertinya tidak tertarik mencari wanita untuk hidupmu. Selama 7 tahun ini Ayah hanya memintamu untuk kencan buta dan tidak memintamu untuk menikah. Tapi, karena tahun ini umurmu akan masuk 29, Ayah mohon menikahlah. Dan juga, ada alasan yang membuat Ayah ingin melihatmu menikah." Ucap Ayah.

"Aku tidak berminat, aku harus kembali karena banyak urusan." Jawab Sakha.

"Sakha, tidak bisakah kamu mendengarkan Ayahmu untuk kali ini? Kami juga merasa tidak enak, karena sudah 8 tahun lamanya gadis yang sama ini menunggu kedatanganmu. Dia temanmu juga, seharusnya kamu tidak begitu kepadanya." Ucap Ibu tiri.

"Apa kita terlalu dekat untuk berbicara satu sama lain mengenai ini? Urus saja Ayah, dengan begitu anda akan mendapatkan setidaknya walaupun beberapa bagian warisannya." Jawab Sakha kemudian berjalan keluar dari rumah.

"Wah dia memang terbaik dalam mengucapkan kalimat kasar, aku akhirnya menambah kalimat baru." Gumam Arisha kemudian berjalan masuk menuju kamarnya.

***

Azalea mengemaskan beberapa pakaian nya untuk dimasukkan kedalam tas dan bersiap-siap untuk pergi kerumah Pamannya. Shezan duduk diatas sofa sambil memegang naskah yang harus dihafalnya, sesekali dia memperhatikan sahabatnya itu, apakah sudah selesai berkemas.

"Aku pergi dulu, tutup pintunya dan jangan sembarang membuka pintu jika ada yang datang." Ucap Azalea sambil menggendong tas nya.

"Oo, kamu yang harus hati-hati, apa Azam yang menjemputmu?" Tanya Shezan.

"Hmm, dia sudah didepan." Jawab Azalea.

"Berikan ini padanya dan katakan untuk mengunjungi ku lebih sering." Jawab Shezan sambil memberikan sekotak coklat.

"Kalian seperti sepasang kekasih, baiklah aku akan memberikannya."

"Aku akan menikahinya seandainya umurnya tidak jauh dibawah ku." Jawab Shezan sambil tersenyum nakal.

"Bersihkan pikiran mu selama aku pergi." Ucap Azalea kemudian keluar dari Apartemen.

Saat Azalea tiba di bawah Apartemen, Azam sudah menunggu sambil berdiri menyandarkan tubuhnya disamping mobil. Azam meraih tas milik Kakaknya dan mereka langsung melaju menuju rumah Paman nya.

Setelah beberapa menit, mereka akhirnya tiba dan masuk kerumah Pamannya. Azalea memberikan coklat pemberian Shezan kepada Azam.

"Apa ini? Apa Kak Shezan mengirimi ku ini lagi?" Ucap Azam.

"Hmm. " Jawab Azalea singkat.

"Tunggu, kak aku pernah membaca cerita dan didalam cerita itu, pemeran utama nya wanita yang menyukai pria yang lebih mudah. Bukankah menurut Kakak cocok bagiku untuk bisa bersama dengan Kak Shezan? Kami sepertinya cocok." Ucap Azam sambil tersenyum.

"Menyingkirlah!! " Ucap Azalea sambil mendorong tubuh Azam untuk menjauh.

"Dia tidak pernah mendengarkanku." Gumam Azam kesal sambil memasukkan coklat kedalam mulutnya.

Saat melihat Azalea tiba, Paman terlihat sangat senang dan antusias menyambut kedatangan Azalea. Paman memeluk keponakan kesayangannya itu seakan tidak ingin melepasnya.

"Ayo kita hitung, sudah berapa lama kamu tidak pulang?" Ucap Paman.

"3 bulan, aku banyak sekali pekerjaan, Shezan memiliki banyak syuting." Jawab Azalea.

Paman kemudian menarik tangan Azalea dan membawanya duduk disofa. Pembantu rumah kemudian menyiapkan minuman untuk Azalea dan Paman nya itu.

"Zalea, sudah lama kamu bekerja sendiri dan tinggal sendiri semenjak selesai kuliah. Apa kamu tidak ada rencana untuk tinggal dirumah Paman dan mengelola bisnis Paman?" Tanya Paman.

Azalea tersenyum dan menyeruput kopi yang ada dihadapan nya itu.

"Paman, aku lelah, aku akan istirahat." Ucap Azalea.

Azalea langsung berjalan menuju kamar dan hal itu membuat Paman menarik nafas berat. Azam yang baru masuk dan membawa tas Azalea, berjalan santai dan meletakkan tas Azalea diatas meja. Azam kemudian mengeluarkan Hp nya dan mulai bermain dengan game.

Plak!!!

"Akkhhhh!! " Teriak Azam sambil melirik Pamannya dengan ekspresi wajah kesakitan.

"Kenapa memukulku?! " Teriak Azam.

"Berhentilah bermain game bocah tengik!! Apa kamu tidak akan belajar?! Kamu sudah kelas 3 dan harus mempersiapkan diri untuk masuk Universitas, apa kamu ini bahkan tidak punya keinginan untuk belajar?! " Teriak Paman.

"Aku akan belajar pada waktunya!! " Teriak Azam.

"Waktunya kepalamu bengikk!! Belajar, wanita tidak menginginkan pria miskin dan bodoh!! "

"Paman, aku punya pertanyaan penting yang harus dijawab sekarang." Ucap Azam yang sudah berdiri dihadapan Pamannya.

"Apa kamu masih sempat bertanya?! Ini bukan kuis kelas yang bisa kamu tanyakan semaumu."

"Jika wanita tidak menyukai pria yang miskin dan bodoh, kenapa Paman yang pintar dan kaya tapi tidak juga ada perempuan yang mau?" Ucap Azam tanpa ekspresi.

"Anak sialan!!" Ucap Paman yang sudah berdiri dan menarik sendalnya untuk melempar Azam.

Azam berlari terbirit-birit sambil tertawa.

"Beginilah hasilnya jika aku membesarkan bocah tengik!! " Gumam Paman kemudian menghela nafas panjang sambil kembali duduk diatas sofa.

Azam berjalan menuju kamar Azalea dan memasuki kamar Kakaknya itu. Azam berbaring diatas kasur sambil memperhatikan Azalea yang sibuk memberikan perawatan ke wajah dan tubuhnya. Azam memperhatikan Kakaknya seakan memiliki ribuan pertanyaan.

"Kak, boleh aku bertanya?"

"Tidak. " Jawab Azalea.

"Apa benar perempuan tidak menyukai pria miskin dan bodoh?" Tanya Azam.

"Perempuan hanya tidak menyukai orang sepertimu." Jawab Azalea sambil menepuk-nepuk lembut wajahnya.

Azam kemudian berjalan kehadapan Azalea dan menatap Kakaknya itu, Azalea mendorong Azam untuk menyingkirkan nya. Namun, Azam tidak kunjung menyingkir.

"Menyingkirlah!! " Teriak Azalea.

"Aku menemukan jawaban nya." Ucap Azam.

"Apa?!"

"Perempuan tidak menyukai pria bodoh dan miskin, tapi perempuan akan tetap menyukainya jika itu aku." Ucap Azam sambil tersenyum.

Azalea berdiri dan menjitak kepala Adiknya itu.

"Apa yang ada di kepalamu? Apa hnya ini yang bisa kamu pikirkan? Berhentilah sekolah dan pikirkan tentang wanita setiap hari semaumu." Ucap Azalea.

"Haruskah begitu?" Ucap Azam.

"Aku akan membunuhmu!! " Ucap Azalea kesal sambil menendang Azam yang langsung berlari keluar kamar Kakaknya.

Tale On Paper(END)Where stories live. Discover now