Perubahan Kecil

6.4K 363 3
                                    

Murphy, Cassidy dan Bobby telah kembali ke Atherton. Sempat terjadi penundaan keberangkatan selama dua hari karena Cassidy yang bersikeras untuk tinggal bersama Maxima.

Awalnya, Cassidy terus merengek meminta Maxima agar kakak perempuannya itu ikut mereka kembali ke Atherton, namun karena Maxima tidak bisa memenuhinya, akhirnya gadis pirang itu memutuskan untuk tinggal bersamanya saja. Cassidy bahkan seserius untuk sampai sudah membicarakan proses pindah sekolah.

Tentu saja keinginan Cassidy ditolak oleh Bobby dan Murphy. Mereka tak bisa memberi Maxima beban berlebih dengan meninggalkan Cassidy, remaja yang kelewat aktif bersama Maxima dan hidup tenangnya.

Akhirnya mereka menunggu Cassidy terlelap sebelum membawanya pulang dalam keadaan tidur. Untung saja gadis remaja itu jika terlanjur tidur maka akan sulit dibangunkan. Drama berangkat yang benar-benar diluar dugaan.

Sebenarnya, jauh dalam lubuk hati Maxima, ada rasa tidak rela kala harus berpisah dari Cassidy. Sifat gadis itu yang sangat ceria dan aktif begitu bersebrangan dengan sifatnya, tapi Maxima menyukainya. Ia sangat menyukai melihat setiap tingkah laku Cassidy selama bersamanya. Dan ketika gadis remaja itu pulang, ada rasa kehilangan dan kekosongan yang dirasakannya.

Dan disinilah Maxima sekarang, di ruangan khusus, membersihkan setiap helai daun yang berjatuhan dari bunga yang mulai layu dalam vas. Juga membersihkan vas-vas itu untuk Ia keluarkan lagi tahun depan.

Padahal selama ini, Maxima tak akan membiarkan satu pun daun yang jatuh berguguran ke karpet. Sebisa mungkin sebelum bunga-bunga itu mulai layu, Ia akan membersihkannya. Tapi demi menemani Cassidy, Ia abaikan dulu bunga-bungan yang layu itu.

Saat sedang memunguti daun-daunan, sesuatu tiba-tiba terlintas dipikiran Maxima. Sesuatu yang tidak pernah dipikirkannya sebelumnya.

Apakah Ia perempuan atau laki-laki?

Jika perempuan, apakah akan aktif seperti Cassidy?

Jika laki-laki, apakah akan mirip....

Wajah Leonardo sekelebat melintas di pikirannya. Ini benar-benar aneh. Ia bahkan tak pernah memikirkan mantan suaminya itu dengan cara seperti ini.

"Sepertinya, pengaruh Cassidy cukup besar. Aku bahkan memikirkan hal yang tak terpikir sebelumnya."

Maxima mengangkat sedikit sudut bibirnya, mengelus-elus kotak kaca berisi guci itu.

"Selamat malam nak." Seperti apa pun kamu, terima kasih sudah pernah ada. Maafkan aku.

Maxima keluar dari ruangan itu dengan satu kantong bunga yang telah layu, mendudukkannya di dekat tempat sampah diujung ruangan dekat tangga.

.

.

Minggu kedua bulan Desember. Maxima membantu bibi Fritz di dapur dan seorang pelayan wanita lainnya sedang membuat beberapa macam kue.

Minggu depan adalah hari Natal, tahun kedua kedatangannya, Maxima melibatkan diri dalam kegiatan yang biasa dilakukan di hari Natal, salah satunya membuat kue-kuean.

Maxima sendiri tidak begitu tahu cara membuat kue apalagi bahan dan takarannya. Ia hanya membantu pelayan didapur membuat bentuk dan menghiasi. Walau begitu, kedua wanita didapur itu tampak begitu senang atas kehadiran Maxima.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini Maxima tidak bisa benar-benar fokus membantu didapur. Ponselnya berbunyi sedari tadi pagi. Entah itu pesan atau pun panggilan. Dan itu sudah berlangsung sejak beberapa minggu terakhir.

Sebenarnya Maxima tidak terlalu sering memegang ponselnya. Hanya ada kontak Bobby di dalam ponsel baru yang dibelikan Bobby begitu tiba di Den Haag itu. Ponsel lamanya entah diapakan pria tua itu.

Let It GoWhere stories live. Discover now