31. Twin

4.4K 211 3
                                    

Vote yah:)
<^•^>

Maxima melahirkan. Hal itu tak kurang membahagiakan dari hari dimana mendiang istri Bobby melahirkan putra mereka. Pria tua itu bahkan tak kuasa menahan air matanya.

Hal itu juga membuat seisi mansion bahagia.

Proses lahirannya tidak terlalu susah. Fisik Maxima sangat sehat, dan kandungannya juga sehat.

Tidak butuh waktu terlalu lama untuk Maxima melahirkan kedua putranya yang tampak sangat sehat.

Air mata Maxima tak pernah berhenti mengalir walau mulutnya tak mengeluarkan suara. Ia hanya terus memandangi kedua putranya yang sedang Ia beri ASI pertama.

Tak ada yang bisa menebak seberapa bahagia Maxima saat melihat dua bayi yang berhasil Ia lahirkan ini.

Ia berhasil menjaga bayinya dan berhasil melahirkan mereka dengan baik. Maxima berhasil menjaga mereka dengan baik hingga melihat dunia.

"Kami harus memindahkannya dulu, nona. Anda juga harus istirahat."

Dokter yang merawatnya selama ini mendekat ke ranjangnya. Mata dokter itu juga berkaca-kaca. Ia dan seisi mansion ikut bahagia melihat Maxima bahagia.

"Nona bisa melihatnya lagi nanti. Kurasa kita sepakat mereka tidak akan kemana-mana bukan? Yang terpenting nona harus menjaga kesehatan agar bisa menjaga mereka dengan baik"

Dokter mengerti keresahan Maxima, saat kedua putranya akan dibawa keruangan yang sudah disiapkan khusus untuk bayinya.

Bobby sudah menyiapkan semua perlengkapan di mansion jauh-jauh hari agar Maxima tidak perlu keluar dari Mansion jika akan melahirkan.

Maxima harus patuh pada dokter, walau Ia masih ingin dekat dengan putra-putranya, tapi dokter benar. Ia harus istirahat agar bisa kuat menjaga mereka nantinya.

Max handak memejamkan mata ketika sebuah tangan memegang erat jemarinya. Ia kenal sentuhan ini.

Maxima masih memejamkan mata saat satu tangan lagi membelai rambutnya lalu keningnya dikecup lembut. Maxima bahkan bisa mendengar jelas isakannya.

"Aku bahagia. Jangan menangis"
Maxima mengulurkan kedua tangannya, menarik tubuh tua itu kedalam pelukannya.

"Selamat cucuku, terimakasih telah menambahkan kebahagiaan padaku diusia tua ini."

Maxima tersenyum. Bobby benar-benar lucu saat menangis seperti itu. Dasar Alexander, benar-benar berlebihan.

"Kau ingin sesuatu? Katakan saja, kakek akan menurutinya. Apapun itu!"

Bobby duduk didekat ranjang Maxima. Matanya sembab menunjukkan jika dirinya sudah menangis sedari tadi. Pantas saja, Ia tak langsung masuk saat selesai melahirkan tadi.

Kakek tua itu pasti butuh waktu membersihkan hidung dan matanya dari cairan.

"Aku ingin meminta izinmu untuk sesuatu, tapi_"

"Katakan! Kakek tidak peduli walau kau ingin izin apapun. Kau ingin dapat izin keluar angkasa pun akan kakek dapatkan!"

Maxima tersenyum. Bobby selalu saja membuatnya takjub.

"Nanti saja, kata dokter aku harus istirahat dulu. Bayiku kembar, jadi aku harus kuat untuk menjaga mereka. Oh iya, dokter sudah mengatakan jika kakek yang meminta merahasiakan soal bayi kembar. Tidak perlu meminta maaf, sudah kumaafkan."

Bobby sampai tak bisa berkata-kata lalu tertawa terbahak.

"Kakek, dimana Austin?"

Bobby diam sejenak. Tak lama Ia tersenyum, lama-lama senyumnya makin jenaka.

Let It GoWhere stories live. Discover now