30. Waiting

3.8K 218 4
                                    

Vote yah:)
<^•^>

Memasuki paruh kedua kedua musim dingin di Den Haag.

Semakin dekat hari dimana buah hatinya akan menyapa dunia, Maxima makin bahagia. Wajah cantiknya pernah kehilangan cahayanya.

Wanita 24 tahun itu masih sangat rajin berjalan-jalan walau hanya didalam mansion.

Maxima merapikan syalnya melakukan peregangan-peregangan kecil. Ia sedang duduk di balkon kamarnya dengan wajahnya tak pernah berhenti tersenyum.

"Nona, tolong kembali kekamar. Udara dingin tidak baik untuk anda. Bukankah saat-saat seperti ini nona harusnya banyak istirahat?"

Maxima hanya tersenyum mendengar kalimat itu untuk yang kesekian kalinya.

"Austin, aku bahkan tak keluar rumah. Lagi pula aku membaca kalau gerakan-gerakan kecil tak masalah dilakukan, bahkan akan memudahkan persalinan."

Dokter juga mengatakan seperti itu
tapi, Austin tetap saja khawatir.

Seringkali Austin merasa jika apa yang dilakukan ataupun dikatakannya berlebihan. Lebih dari apa yang ditugaskan kepadanya, lebih dari batasannya.

Tapi, Austin tidak bisa mencegah dirinya untuk tak jatuh jauh kedalam lingkaran kehidupan Maxima. Bagaimana tidak jika lebih dari separuh harinya Ia habiskan untuk bersama wanita ini?

Menjaga. Satu kata berjuta makna yang Austin sematkan dalam hubungannya dengan Maxima.

Tak masalah, ini hanya caraku menjaganya.

Tak masalah jika aku jatuh terlalu dalam.

Aku hanya ingin Ia baik-baik saja dan merasakan kehadiran seseorang disisinya.

Austin tahu ada bagian dari diri Maxima yang membutuhkannya saat ini. Lebih tepatnya kehamilannya.

Maxima butuh kehadiran kehadirannya.

Jadi tidak ada yang bisa disalahkan dari setiap perbuatannya. Jika memang hal itu malah akan membuatnya makin menderita, maka biarkan saja.

Austin menikmati penderitaannya, katakan saja demikian.

"Sangat serasi."

"Maksud dokter?"

"Jika mata orang awam melihat, pasti mereka akan langsung disangka suami-istri"

"Tapi kan dokter bukan orang awam. Kenapa bilang serasi?"

"Memangnya kamu tidak melihat mereka serasi, nona?"

"Tidak sama sekali! Pria tu hanya pembuat makanan. Mana bisa dikatakan serasi dengan nona Alexander?"

"Bukankah kau sendiri pembuat makanan?"

Ahli gizi itu mendengus lalu meninggalkan dokter wanita itu sendiri yang menatapnya tak percaya. Mereka sedang berada diluar mansion dimana dapat melihat ke balkon kamar Maxima.

Dokter itu mendesah. Jika begini Ia jadi teringat mantan kekasihnya. Kekasihnya itu memang sebaik dan selembut Austin, membuatnya selalu teringat tiap kali melihat Austin.

Hah! Enough Emily, let go...


<^•^>

Bobby baru saja pulang dari rumah sakit untuk check-up rutin ketika Ia mendapati seseorang duduk didepan kediaman mewahnya.

Kakek tua itu buru-buru memasang tampang datar.

"Pulang! Kau mengotori halaman indahku!"

Let It GoWhere stories live. Discover now