40. New Born Baby

4.5K 184 2
                                    

Vote yah:)
<^•^>


Wajah Leonard tampak pias, keningnya dibanjiri keringat dingin dan sesekali meringis. Tapi itu tak seberapa dengan hatinya yang terasa begitu sakit menyaksikan wanita terkasihnya berjuang untuk melahirkan buah hati mereka.

Ia menolak siapapun yang ingin ikut mendampingi Maxima didalam ruang bersaling, tapi ternyata Ia tak terlalu kuat secara mental. Ia berusaha untuk kuat demi sang istri sambil memegang tangannya memberi kekuatan sebesar yang Ia bisa.

Waktu kurang lebih 30 menit didalam ruang bersalin terasa seperti 30 jam atau mungkin lebih bagi Leonard. Hingga tangisnya tak bisa Ia tahan lagi saat Ia mendengar suara tangisan bayinya yang terasa bagai nyanyian surga bagi telinganya.

Seorang suster mendekat sambil memperlihatkan seorang bayi mungil dalam gendongannya.

"Selamat tuan dan nyonya Bloomberg, anak kalian seorang perempuan."

Tangan Leonard dan Maxima masih tertaut sambil memperhatikan bayi merah itu. Mata Maxima berkaca-kaca dan Leonard sudah menangis membuat beberapa petugas kesehatan didalam ruangan tersenyum maklum.

Leonard bahkan tak malu-malu memperdengarkan suara tangisannya sambil terus menciumi kening istrinya berkali mengucapkan syukur dan terimakasih.


<^•^>

Leonard sama sekali tak pergi dari sisi Maxima bahkan saat istrinya dipindahkan keruang perawatan biasa.

Wanita itu beberapa kali menyuruhnya pulang untuk sekedar membersihkan diri, tapi Leonard tak mau. Ia tak mau melepaskan matanya dari sang istri dan sang putri yang sedang menyusu pada Maxima.

"Kau masih disini?"
Murphy yang tiba dengan paper bag ditangannya, terdengar begitu sinis melihat wajah Leonard yang berantakan dan sama sekali tak memperdulikannya.

"Hei sayang, daddy datang. Bagaimana kabarmu?"

"Baik."
Bukan Maxima yang menjawab melainkan Leonard.

"Apa ada yang sakit? Kau pasti tak nyaman dengan pria jelek ini didekatmu, bukan?"

"Istriku baik-baik saja dad, kau bisa pulang saja." Leonard menekan kata dad itu tapi terdengar tak seperti seharusnya.

"Ck, apa aku bicara padamu? Dan jangan memanggilku dad. Aku bukan ayahmu."

"Sudahlah. Daddy terimakasih sudah datang silahkan duduk dulu."
Maxima berusaha menengahi. Antara Leonard dan Murphy memang tak pernah ada sejarah salah satunya mengalah dengan lapang dada.

"Stt, tidak perlu khawatirkan kami sayang. Dan tolong jangan buang energimu untuk berbicara, kau harus sembuh atau aku akan gila melihatmu berada diruangan ini lebih lama lagi." Ucap Leonard dengan kekhawatirannya yang berlebihan.

Murphy yang akan membuka jaketnya mengurungkan niat. Ia menatap kearah Leonard dengan tajam.

"Suamimu sudah gila Max. Kau bahkan tidak dibiarkan berbicara. Berlebihan!"

"Apa aku terlihat peduli? Istriku harus sehat secepatnya. Aku tidak tenang melihatnya berbaring lemah seperti ini terus, oh lihatlah, selang aneh ini menggerogotimu tanganmu sayang, aku- aww dad, lepas!"

"Kubilang jangan memanggilku dad! Kau tidak pernah jadi kecebongku!"

Maxima hanya bisa menghela napas melihat suaminya ditarik paksa oleh Murphy keluar dari ruangannya. Ah, biarkan saja, tidak mungkin Murphy membunuh ayah dari anak-anaknya bukan?

Let It GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang