13. Dinner

4.3K 301 3
                                    

Vote yah:)
<^^>

Leonard menyesal tak bertanya lebih awal pada Laura. Jika saja Ia tahu Maxima tidak tinggal dirumah Murphy, Ia tak mungkin kembali mendapat teriakan nyaring dari Brianna.

Untuk kesekian kalinya, Leonard menatap pantulan dirinya dari cermin didepannya. Semakin dekat kerumah Bobby, Ia makin tak yakin dengan apa yang akan dilakukannya. Leonard ingin pulang saja, tapi mengingat ancaman ibunya tidak pernah main-main, Leonard harus melakukannya.

Dengan perasaan yang tak tenang Ia membunyikan bel.

Kepala asisten rumah tangga dirumah Bobby, Phillip yang menyambutnya.

"Selamat malam tuan Bloomberg, silahkan masuk."

Diruang tamu sudah ada Bobby yang seakan telah menunggunya. Leonard menelan ludah dengan gugup.

"Oh, Leonard. Laura sudah mengatakan kau akan datang." Sambut Bobby.

Sudah kuduga!

"Selamat malam tuan Alexander. Bagaimana kabar anda?"

"Tidak perlu basa-basi Leonard. Kau tahu aku selalu sehat. Aku izinkan cucuku kerumah orang tuamu. Jam 10 malam Ia sudah harus ada dirumah ini kembali. Dan oh, kau harus memintanya sendiri untuk ikut. Kamarnya ada dilantai 2. Kamar yang paling ujung."

Leonard mengutuk dirinya yang sudah senang duluan. Ia kira, Bobby telah mengatakan pada Maxima tentang acara makan malam ini. Tertanya belum. Bobby memang semenyebalkan Laura.

Diantar seorang koki dikediaman Bobby yang sialnya Ia kenali wajahnya, mereka melangkah ke lantai 2.

Namun perasaan Leonard sedikit bahagia saat mengetahui jika laki-laki didepannya hanyalah seorang koki dirumah ini. Entah untuk apa Ia sesenang itu.

Tok! Tok! Tok!

Austin mengetuk pintu kamar Maxima.

Tidak berapa lama, sesosok wanita dengan kepala dibungkus handuk muncul didepan pintu.

Sialan!

"Oh, ada apa Austin?"

Mata Leonard membesar. Ia jelas-jelas ada disana. Tapi wanita jahat ini hanya menyebut nama Austin?

"Saya_"

"Terimakasih chef Austin. Kau bisa kembali ke-da-pur."

Leonard benar-benar tak bisa menahan diri untuk segera menendang Austin dari depan pintu Maxima. Apalagi dengan tampilan wanita itu yang- yang sangat jelek untuk dipandang!

Leonard masuk kedalam kamar lalu segera menutupnya tanpa memperdulikan ekspresi heran Austin.

Sialnya, setelah ada didalam kamar Maxima, Leonard tidak tahu harus berbuat ataupun berkata apa.

Maxima sendiri heran kenapa ada mantan suaminya yang tiba-tiba masuk kekamarnya? Ini satu dari sekian hal yang sama sekali tak pernah dipikirkannya.

"Selamat malam, Leonard."

Cih, apanya yang berubah? Ekspresinya bahkan masih tetap sama.

Mommy, kali ini kau salah.

"Selamat malam Maxima. Apa kabar? Masih ingat denganku?"

"Oh, t-tentu saja, silahkan duduk."

Maxima tampak bingung dan heran entah untuk kedatangan Leonard atau untuk kalimat aneh yang baru saja ditanyakannya.

Leonard mengikuti arah tangan Max. Sebuah sofa panjang didekat jendela. Matanya menangkap sesuatu yang unik. Disebuah sudut kamar sebuah guci yang tampak antik diletakkan dalam kaca, dikelilingi berbagai bunga yang seingatnya dibeli oleh Maxima beberapa hari yang lalu.

Let It GoWhere stories live. Discover now