SATU

14.9K 729 24
                                    

Pagi ini tepat pukul delapan, Narulita sudah bersiap-siap akan pergi bekerja. Narulita bekerja di restoran milik Pak Hartono yang cukup terkenal di Kota Jakarta. Sebenarnya Narulita kepengin membuka warung makan sendiri, tapi mengingat dia tidak mempunyai modal, maka dia putuskan untuk bekerja di restoran milik orang lain. Walaupun upahnya tidak seberapa, tetapi Narulita masih bersyukur diberi pekerjaan.

Narulita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama adiknya yang bernama Adelia Putri Nardiyana. Kurang satu tahun lagi, Adelia akan lulus SMA. Hal tersebut yang membuat Narulita semangat bekerja. Sebagai adik, Adelia tahu bagaimana susah payahnya kakaknya bekerja, demi membiayai sekolahnya. Ia tidak pernah meminta yang macam-macam kepada kakaknya. Kalaupun dia meminta kepada kakaknya, itu hanya untuk keperluan sekolah.

Orang tua mereka berdua sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu. Saat itu, Narulita dan Adelia merasa sangat sedih dan terpuruk. Bahkan Adelia hampir ingin mengakhiri hidupnya, tapi beruntung Adelia masih bisa mengontrol diri untuk tidak melakukan hal berdosa tersebut. Kesedihan mereka tidak berlangsung lama, akhirnya mereka berdua bisa mengikhlaskan kepergian orang tuanya. Kini mereka hidup tanpa adanya orang tua. Narulita masih bersyukur karena adanya Adelia, dia tidak merasa kesepian. Begitu juga Adelia, walau orang tuanya sudah tiada, setidaknya masih ada kakaknya yang selalu menemaninya.

...o0o...

Narulita berjalan menuju ke kamar Adelia. Seperti biasanya, sebelum berangkat bekerja Narulita harus berpamitan dulu kepada adiknya. Karena jika tidak berpamitan, tentu saja Adelia akan kebingungan mencari keberadaannya.

Narulita sampai di depan kamar Adelia, hal pertama yang dilihatnya adalah kamar Adelia dalam kondisi berantakan, spray dan bantal masih berserakan di atas kasur. Narulita geleng-geleng kepala melihat kondisi kamar Adelia. Adiknya itu kadang malas membereskan tempat tidur.

Narulita masuk ke kamar, namun ia tidak mendapati Adelia di dalam. "Kemana sih Ade? Udah kamar berantakan, orangnya gak ada lagi," gerutu Narulita sambil berkacak pinggang. Kalau tidak ada di kamar, kemungkinan Ade ada di kamar mandi, pikir Narulita.

Narulita pergi ke kamar mandi sambil meneriaki nama adiknya. "Adeee, Adee, kamu di mana?" Namun tidak ada sahutan dari Adelia. Sekarang menyebutnya Ade saja.

Narulita sudah sampai di kamar mandi dan benar saja, Ade ada di luar kamar mandi sedang bermain hape sambil menyender di tembok. Entah Ade kerasukan apa, sampai-sampai bermain hape di kamar mandi. Narulita heran dengan sikap adiknya itu.

"Haduh Ade. Kamu ngapain main hape di sini? Ini kan kamar mandi!" ucap Narulita sedikit kesal.

Ade tentu saja terkejut karena kehadiran kakaknya yang secara tiba-tiba. Ade mematikan hapenya lalu tersenyum kikuk. "Enggak Kak, aku cuma chat sama temen. Listrik di rumah kita kan mati. Jadi aku mau ke rumah temen, buat numpang mandi. Hehehe," ucap Ade jujur. Ia cengengesan sambil menggaruk tengkuk lehernya.

Ya! Listrik di rumah kedua gadis itu memang sudah mati dari kemarin malam. Pihak PLN telah mencabut aliran listrik di rumah tersebut, dikarenakan Narulita belum membayar pajak listrik lebih dari Sebulan. Seharusnya Minggu kemarin waktunya dia untuk membayar pajak listrik, namun Narulita tidak mempunyai uang yang cukup. Sehingga dengan tepaksa pihak PLN mematikan aliran listrik di rumah Narulita untuk sementara waktu. Sampai Narulita membayar pajaknya, barulah pihak PLN akan menghidupkan kembali aliran listrik di rumahnya.

Ade memutuskan untuk menumpang mandi di rumah temannya. Kebetulan ini hari Minggu, sehingga banyak waktu luang bagi Ade pergi ke rumah temannya yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya.

Narulita merasa sedih dan nelangsa, belum bisa membayar pajak listrik. Upahnya bulan kemarin sudah habis untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk membayar SPP sekolah adiknya yang terbilang cukup mahal. Meskipun begitu, Narulita tidak mengeluh dan tetap semangat bekerja. Kemungkinan hari Minggu ini ia sudah mendapatkan upah dari pemilik restoran, sebagian kecil upahnya nanti akan digunakan untuk membayar pajak listrik.

"Insyaallah, nanti Kakak sudah dapat gaji. Nanti kakak bisa bayar listrik. Doakan ya Dek, semoga hari ini Kakak lancar kerjanya. Amiinn," ucap Narulita sambil memegang pundak Ade dengan tangan kanannya.

Ade tersenyum. "Aaammiiinnn, semangat kerja ya Kak! Kalau aku sudah lulus sekolah, pasti aku langsung cari kerjaan. Buat bantu Kakak," ucap Ade diakhiri senyum merekah.

Narulita tersenyum lebar lalu berbicara, "Nah gitu! Ya sudah, aku pergi kerja ya. Kamu jaga rumah. Kalau ada apa-apa kamu langsung telepon kakak. Oke?"

Ade menjawab, "Siap Kak!"

"Assalamualaikum." Narulita mengucapkan salam sebelum akhirnya dia berjalan menjauhi Ade.

Ade menjawab salam Kakaknya, "Waalaikumsalam."

...o0o...

Narulita pergi ke restoran Pak Hartono memakai sepeda onthel. Dia tidak mempunyai kendaraan sepeda motor apalagi mobil. Walaupun begitu, Narulita bersyukur masih mempunyai kendaraan sederhana, daripada tidak mempunyai kendaraan sama sekali, 'kan? Sangat beruntung bagi Narulita karena jarak antara rumahnya dan warung makan Pak Hartono tidak terlalu jauh, mungkin hanya memerlukan waktu lima menit Narulita sudah sampai di rumah makan tempatnya bekerja.

Selama bekerja di warung makan, Narulita juga seringkali menabung. Setiap dia mendapat gaji, sebagian dari gajinya akan dia tabung di bank. Entah sudah berapa banyak jumlah tabungannya yang terkumpul, Narulita belum tahu pasti. Narulita kepingin membeli sepeda motor, hal tersebut yang membuat Narulita semangat bekerja dan memutuskan untuk menabung.

Rencananya Narulita akan melamar pekerjaan menjadi GOJEK atau tukang ojek online setelah dia berhasil membeli sepeda motor, hitung-hitung buat nambah penghasilan. Narulita tidak bisa terus-terusan mengandalkan gaji dari restoran atau warung makan Pak Hartono yang tidak seberapa sedangkan kebutuhan hidupnya semakin banyak. Belum lagi, Narulita harus membiayai sekolah adiknya. Dengan bekerja sebagai GOJEK tentunya akan menambah penghasilannya menjadi lebih banyak.

Tetapi Narulita belum tahu pasti kapan dia akan mengambil tabungannya di bank, membeli sepeda motor dan melamar menjadi GOJEK. Dengan doa dan usahanya semoga keinginannya itu terwujud.

...o0o...

Lima menit telah berlalu, akhirnya Narulita sudah sampai di warung makan tempatnya bekerja. Narulita menuntun sepedanya menuju ke tempat parkir yang tersedia di depan warung. Ia memilih tempat parkir paling belakang dan paling pojok, karena yang di depan sudah diisi penuh oleh beberapa kendaraan.

Narulita berjalan menuju ke dapur di restoran itu. Ia dengan cekatan melaksanakan tugasnya yaitu mengantarkan makanan kepada pembeli di warung tersebut. Dua orang temannya bertugas memasak, hanya dia dan satu orang rekan kerjanya yang mendapat bagian mengantarkan makanan kepada pembeli, selain itu Narulita juga mendapat pekerjaan mencatat pesanan para pembeli. Memang pekerjaannya mudah, tetapi dia harus ekstra hati-hati saat membawa makanan di atas nampan agar tidak jatuh.

"Lita, kamu anterin makanan ini ke pembeli yang ada di depan sana! Aku mau lanjut masak," ucap salah satu teman kerjanya yang bernama Mawar. Mawar menyerahkan nampan berisi es teh dan sepiring nasi goreng kepada Narulita.

Narulita mengambil alih nampan itu untuk diantarkannya kepada salah satu pembeli yang tadi sudah ditunjukkan oleh Mawar. Narulita mengantarkannya ke pembeli tersebut.

Begitulah pekerjaan Narulita di Warung makan atau restoran Pak Hartono. Pekerjaannya sederhana gajinya juga tidak seberapa. Walau begitu, Narulita tetap bersyukur masih mendapat jalan rezeki yang halal.

...o0o...

Kalau suka jangan lupa kasih vote ★ ya ^-^

Baca bab selanjutnya...

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ