LIMA PULUH TIGA

3.4K 100 1
                                    

Sultan ingin mengajak Narulita ke rumah orang tuanya. Tadi malam Sultan sudah berjanji kepada Narulita. Janji tidak boleh diingkari dan harus ditepati. Maka pagi ini adalah waktu yang tepat bagi Sultan untuk mengajak istrinya, mengunjungi rumah orang tuanya. Kebetulan juga hari Rabu ini, Sultan tidak ada pekerjaan di kantornya. Sehingga ia bisa bebas berduaan dengan Narulita.

Narulita sangat penasaran dengan rumah orang tua suaminya itu. Kata suaminya rumah orang tuanya hanya sepuluh langkah jaraknya dari rumahnya. Meski awalnya Narulita tidak percaya, tetapi pada akhirnya wanita itu memilih percaya. Pagi ini Narulita harus membuktikan ucapan suaminya itu.

"Mas, emang bener ya rumah orang tua kamu jaraknya cuman sepuluh langkah dari rumah ini?" tanya Narulita yang sedang memilih-milih baju ganti di lemari. Wanita itu sehabis mandi. Sekarang ia masih memakai handuk besar yang melilit seluruh tubuhnya.

"Iya, cuman sepuluh langkah, emang kenapa kamu tanya begitu?" jawab Sultan diakhiri bertanya.

"Ya aku sih enggak percaya. Masak deket banget," kata Narulita sambil mengeluarkan baju berlengan pendek berwarna biru tua dari dalam lemari, kemudian menaruhnya di atas kasur. Kebetulan jarak kasur dan lemari, berdekatan. Lalu berlanjut mengambil celana panjang model wanita berwana abu-abu muda.

"Ya udah deh, kalau gak percaya," kata Sultan.

"Iya Mas aku percaya kok." Narulita kemudian mengambil bajunya tadi. Berniat ingin melepas handuknya, tapi masih ada suaminya di dalam kamar. Alhasil wanita itu mengurungkan niatnya.

"Mas, kamu keluar. Aku mau ganti baju," suruhnya seraya menunjuk pintu kamar yang tertutup.

Sultan menggeleng singkat. "Enggak mau sayang."

Narulita mendengus sebal. "Mas, cepat keluar! Aku malu tau!"

"Sama suami sendiri kok malu sih?" kata Sultan malah menggoda Narulita.

"Ya Allah Mas, cepetan keluar!!" kata Narulita semakin membentak Sultan sambil menunjuk-nunjuk pintu kamar.

Sultan terkekeh melihat tingkah sekaligus ekspresi wajah istrinya yang sedang kesal. Kemudian pria itu berdiri, mengelus singkat rambut istrinya. "Iya sayang, aku keluar. Jangan ngambek." Setelah itu Sultan keluar kamar.

"Nah gitu kek dari tadi," gerutu Narulita kemudian melepas handuknya dan mulai memakai pakaiannya satu persatu.

...o0o...

"Bi nanti Bibi enggak perlu masak. Saya sama istri saya makan di rumah Ibu saja," kata Sultan kepada Bi Sari yang sedang menyapu lantai dapur, sementara Bi Laksmi membereskan alat masak yang sudah tidak digunakan.

"Iya Tuan," jawab Bi Sari dengan suara kalem.

"Ya sudah saya pergi dulu," kata Sultan kemudian melangkah keluar dapur. Bi Sari hanya mengangguk merespons ucapan Sultan.

Sultan berjalan menuju ke kamar, berniat menemui istrinya yang belum keluar kamar juga. Entah apa yang dilakukan istrinya saat ini. Sudah satu jam dia menunggu, tapi istrinya tidak kunjung keluar.

Sultan membuka pintu kamarnya. Ia mendapati istrinya tengah berdiri di depan jendela kamarnya. Wanita itu menatap lurus ke depan, lebih tepatnya memandang perbukitan yang ada di belakang rumah. Sesekali wanita itu tersenyum tipis. Baru mengetahui ternyata rumah suaminya ini ada di daerah perbukitan, bukan perkotaan. Awalnya Narulita berpikir, pasti rumah suaminya ada di perkotaan, tapi nyatanya pemikirannya itu tidak sesuai kenyataan.

"Kamu kenapa berdiri di situ?" tanya Sultan kalem, tapi mampu membuat Narulita terkejut.

Narulita cepat-cepat menoleh ke sumber suara. Mendapati suaminya sudah berdiri di belakangnya. "Eh Mas Sultan."

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang