DUA

9.8K 569 15
                                    

Narulita pulang kerja dalam keadaan selamat dan tentunya bahagia. Sore ini ia akhirnya bisa membayar pajak listrik. Tadi upahnya sudah diterima dengan senang hati. Ada yang beda hari ini, biasanya gaji Narulita berkisar 500 ribu sebulan, tetapi sekarang menambah jadi 800 ribu. Entah ada apa dengan Pak Hartono, sampai menambah gajinya menjadi cukup banyak. Kemungkinan Pak Hartono menambah gaji Narulita, karena Narulita bekerja di sana sudah lebih dari tiga tahun. Begitulah Pak Hartono, akan menambah gaji karyawannya jika karyawan tersebut sudah lama bekerja di restorannya.

Sebenarnya gaji 800 ribu itu termasuk sedikit karena rata-rata produk dan makanan di Jakarta harganya mahal-mahal. Delapan ratus ribu, bagi Narulita cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari bersama adiknya dalam waktu sebulan. Setidaknya bisa makan dengan layak, itu membuat Narulita bersyukur. Narulita sadar, bahwa masih banyak orang di luar sana yang kehidupannya jauh lebih miskin daripada dirinya.

...o0o...

Narulita pulang ke rumah pada pukul setengah empat sore, tadi sebelum pulang Narulita sempatkan untuk membayar pajak listrik. Ade juga baru saja pulang dari rumah temannya. Ade memang sengaja berlama-lama di rumah temannya karena ia tidak mau sendirian. Ia benar-benar takut apabila tidak ada yang menemaninya di rumah, maka Ade memutuskan untuk tetap di rumah temannya sampai sore. Untungnya tadi sebelum pergi ke rumah temannya, Ade sudah membersihkan rumah. Jika Ade tidak membersihkan rumah dan rumah masih dalam keadaan kotor, sudah pasti ia akan dimarahi kakaknya.

Narulita menyenderkan sepedanya di tembok samping rumah. Lalu ia berjalan  ke dalam rumah sambil membawa plastik hitam yang berisi dua bungkus nasi lengkap dengan lauknya. Nasi bungkus itu akan dia makan bersama adiknya malam hari nanti. Gajinya delapan ratus ribu, kini tinggal tujuh ratus ribu. Gajinya hanya berkurang seratus ribu untuk membayar pajak listrik, sisanya untuk membeli nasi bungkus. Narulita memang suka membeli nasi bungkus karena harganya masih wajar dan tidak mahal seperti makanan di restoran.

Narulita masuk ke dapur lalu meletakkan plastik berisi makanan itu ke atas meja makan. Di dalam dapur ia mendapati Ade yang sedang meminum air putih.

“Kamu sudah bayar listrik ya Kak?” tanya Ade sembari meletakkan gelas ke atas meja makan.

“Sudah Dek. Alhamdulillah gaji Kakak nambah jadi tiga ratus ribu, jadinya delapan ratus ribu,” ucap Narulita lalu mengambil air minum, meneguknya sampai habis.

Ade terlihat kebingungan dengan ucapan Narulita. “Maksudnya gaji Kakak, nambah gimana?”

Narulita tersenyum tipis lalu menjawab, “Sebelumnya gaji Kakak kan lima ratus ribu, nah sekarang sama Pak Hartono gajinya ditambahi tiga ratus ribu. Jadinya kan delapan ratus ribu, Dek.”

Ade hanya mengangguk singkat, ia sudah paham penjelasan Narulita. “Oh gitu ya, alhamdulillah kalau begitu,” jawab Ade diakhiri senyuman tipis.

“Iya alhamdulillah,” balas Narulita seraya mengembalikan gelas ke tempat asalnya di rak piring.

Narulita mengambil plastik hitam yang tadi ditaruh di atas meja, lalu mengeluarkan dua bungkus nasi. Satunya untuk dia, satunya lagi untuk Ade. “Nih! Kakak bawa makanan. Kita makan nanti malam aja ya?” Ade mengangguk. “Iya Kak!”

...o0o...

Waktu sudah menunjukkan pukul enam sore dan terdengar azan Magrib dari kejauhan, waktunya bagi seluruh umat muslim melaksanakan salat Magrib. Ade yang tengah bermain hape langsung mematikan hapenya saat ia mendengar azan Maghrib. Sedangkan Narulita mematikan televisi.

“Kak, udah Maghrib. Ayo salat!” ajak Ade kepada kakaknya untuk melaksanakan salat Magrib.

Narulita tersenyum lebar merasa senang kepada adiknya. Ade memang tidak pernah meninggalkan salat, kalaupun Ade meninggalkan salat itupun saat Ade mengalami menstruasi, karena memang seorang wanita tidak boleh melaksanakan sembahyang saat mengalami hal seperti itu. Narulita bangga kepada adiknya itu. 

“Kamu aja yang salat! Kakak lagi dapet. Jadi gak boleh salat. Heheh,” jawab Narulita malu-malu sambil menggaruk tengkuk lehernya. Narulita menstruasi saat ini, tentunya tidak boleh melaksanakan salat.

Ade mengerti maksud kakaknya, ia pun mengangguk. “Oh, Kakak lagi dapet ya?” tanya Ade blakblakan tanpa malu, Narulita mengangguk singkat, “oh yaudah!” Lanjut Ade kemudian melangkah ke tempat wudhu di rumahnya.

...o0o...

Selesai salat Marib, Ade menemui kakaknya yang menonton televisi di ruang keluarga, ia ingin mengajak kakaknya untuk makan malam. Soalnya tadi siang Ade belum makan, hal itu yang membuat perut Ade sekarang merasa lapar dan keroncongan.

“Kak, ayo makan! Perutku lapar banget,” ucap Ade memegangi perutnya yang sesekali berbunyi, merengek minta diisi makanan.

Narulita terkekeh geli mendengar perut Ade yang berbunyi keroncongan, ia dapat menebak bahwa Ade sangatlah lapar. “Sepertinya kau lapar sekali ya Dek? Hahah,” ucap Narulita bercanda diakhiri tawa singkat.

Ade bersedekap tangan di dada, kesal dengan ucapan kakaknya yang seperti mengejek. “Iya lah Kak! Aku laper banget. Tadi siang, aku belum makan Kak!” ucap Ade dengan nada tinggi.

Narulita tertawa singkat dan berkata, “Hahah. Uuhh kasihan. Ya udah ayo makan!” Narulita mematikan televisi lalu berdiri, melangkah menuju ke dapur. Ade mengikuti langkah kakaknya di belakang.

Kedua gadis itu duduk di kursi meja makan, saling berhadap-hadapan. Ade menyiapkan dua piring dan dua sendok. Lalu satu piring dan satu sendok ia taruh di depan kakaknya, piring dan sendok satunya untuk dia sendiri. Narulita tersenyum lebar melihat Ade bersemangat untuk segera makan. Mereka kini makan nasi lengkap dengan lauknya yang sederhana hanya berupa telur dadar, ikan pindang, tahu dan tempe.

“Kak! Besok kita masak sayur sop ya? Mau gak?” tanya Ade kepada Narulita.

“Sayur sop?” tanya Narulita sambil mengunyah makanannya.

Ade menelan makanannya lebih dulu lalu menjawab, “Iya Kak! Lagian aku sudah bosen makan ginian terus!” Ade menunjuk lauk pauknya yang menurutnya membosankan, ia sudah sering makan nasi bungkus dengan lauk sederhana seperti ini.

Narulita tersenyum tipis dan mengangguk.  “Iya besok pagi kita masak sayur sop!” ucap Narulita dibarengi dengan menyendok nasi.

Ade sangat senang mendengarnya. “Nah gitu Kak! Makan sayur lebih enak!” ujar Ade lalu tersenyum lebar, menampakkan giginya yang putih.

Narulita baru mengingat bahwa besok rencananya akan mengambil tabungannya di Bank. Kemungkinan tabungan Narulita sudah terkumpul lumayan banyak karena ia menabung di Bank sudah lebih dari tiga tahun, semoga tabungannya cukup untuk membeli sepeda motor. Ya! Narulita kepingin membeli sepeda motor, nantinya dia akan melamar pekerjaan menjadi GOJEK.

“Oh ya Dek! Besok Kakak mau ngambil uang di Bank. Kakak kan udah nabung di sana, lebih dari tiga tahun. Mungkin cukup untuk beli sepeda motor,” ucap Narulita sambil mengunyah nasi.

Ade meletakkan sendoknya di atas piring, ia tertarik dengan pembicaraan kakaknya. “Wah, beli sepeda motor?” tanya Ade tidak percaya.

“Iya, tujuanku beli sepeda motor karena aku mau melamar kerja jadi GOJEK, buat nambah penghasilan Dek,” jawab Narulita sekaligus menjelaskan tujuannya membeli sepeda motor kepada Ade yang manggut-manggut mendengar penjelasannya.

...o0o...

Baca bab selanjutnya...

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now