EPILOG

8.3K 161 31
                                    

📌Spesial bab Epilog ini mencapai 5000 kata lebih. Bacanya pelan-pelan saja, jangan skip-skip.

...o0o...

Sultan pagi ini tepat pukul setengah tujuh, bersiap-siap pergi ke kantornya untuk mengurus pekerjaan karyawannya. Tadi subuh, Faisal menelepon dan memberitahukan kepada Sultan bahwa ada salah satu karyawan yang ingin mengundurkan diri dari pekerjaannya menjadi kasir. Entah alasannya apa yang jelas Sultan belum tahu. Supaya tahu, maka ia harus terlebih dahulu mewawancarai karyawannya itu sebelum keluar dari pekerjaan. Selain itu, kata Faisal ada klien yang ingin bertemu Sultan.

"Sayang, aku hari ini pergi ke kantor. Kamu baik-baik di rumah ya?" kata Sultan sambil mengeluarkan baju kemejanya dan jas kantor dari dalam lemari. Pria itu sehabis mandi, kini hanya memakai handuk besar yang melilit tubuh bagian bawahnya saja, bagian atasnya diumbar membuat Narulita malu sendiri saat melihatnya.

"Iya Mas, kamu ganti baju dulu deh. Aku mau keluar," kata Narulita kemudian berdiri. Wanita itu tidak mau lebih lama melihat tubuh suaminya yang gagah. Nanti bisa-bisa dia terbawa hawa nafsu.

"Eh ngapain keluar?" tanya Sultan.

"Mas, kamu kan mau ganti celana. Kamu gak malu apa?" jawab Narulita sedikit jengkel.

"Enggak dong, kan sama istri sendiri." Sultan malah menggoda Narulita dengan menaik-turunkan alisnya sebentar lalu melirik tubuh bagian bawahnya yang tertutup handuk.

Narulita mendengus sebal melihat tingkah suaminya menjengkelkan itu. "Mas, kamu jangan mesum deh! Aku keluar!" Tanpa banyak basa-basi wanita itu langsung berjalan keluar kamar dengan membawa perasaan dongkol.

Sultan terkekeh kecil mengamati tingkah istrinya yang menggemaskan. "Bilang aja pengin lihat," gumam Sultan kemudian tersenyum tipis dan kembali melakukan aktivitas kecil di dalam kamar.

...o0o...

Sultan duduk di meja makan sendirian. Narulita tidak ingin makan, katanya malas kalau harus sarapan pagi-pagi. Karena biasanya, Narulita sarapan saat pukul delapan pagi. Sedangkan ini masih jam tujuh.

Narulita dibantu oleh Bi Laksmi menyiapkan makanan dan minuman untuk Sultan. Sedangkan Bi Sari saat ini tengah menyapu halaman belakang rumah Sultan bersama Pak Dodik.

"Mas ini, nasi goreng telur kesukaan kamu," ucap Narulita lalu menaruh nasi goreng yang dicampur dengan telur dadar. Sementara Bi Laksmi menaruh gelas dan teko berisi air minum ke atas meja.

Sultan tersenyum. Aroma nasi goreng itu yang harum dan menggiurkan membuatnya tidak sabar ingin segera melahapnya. Ada telur dadar dan ayam goreng berukuran besar yang menghias di atas nasi goreng serta ada sedikit sayuran hijau sebagai tambahan.

"Hmm, enak banget. Kamu yang masak?" tanya Sultan sambil menghirup aroma nasi goreng itu. Baru mencium aromanya saja sudah tercium sangat enak, apalagi kalau dimakan.

Kemudian pria itu mendongak mengamati wajah istrinya yang tampak putih dan cerah. Pasti habis cuci muka, batin Sultan.

"Iya dong Mas. Aku kan pernah kerja di restoran Pak Hartono. Ya walaupun cuma jadi pelayan, seenggaknya aku udah pernah diajari sama koki, masak nasi goreng yang enak," jawab Narulita dengan nada bicara bersemangat.

Narulita sekarang tidak lagi bekerja di restoran Pak Hartono. Karena Sultan yang melarangnya, dengan alasan bahwa Sultan yang akan membiayai kebutuhan sehari-hari Narulita. Sebagai suami, Sultan harus bertanggung jawab atas istrinya. Ia tidak ingin istrinya itu susah payah bekerja seperti sebelum menikah.

Sebenarnya Narulita ingin tetap bekerja di restoran Pak Hartono, tapi sebagai istri yang baik, Narulita harus menuruti kemauan suami. Seperti nasihat Lana ketika lamaran waktu itu, bahwa sebagai istri harus patuh, menurut dan berbakti kepada suami. Apa pun keinginan suami tidak boleh ditolak, apalagi dibantah. Kecuali jika suami melakukan kesalahan, maka istri wajib mengingatkan dan menasihati.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang