EMPAT PULUH DELAPAN

1.9K 85 3
                                    

📌 Bab spesial.

~oOo~

Narulita benar-benar terkejut, tidak menyangka dan tentunya bahagia mengetahui Sultan datang ke rumahnya bersama dengan kedua orang tuanya serta keluarganya. Beruntungnya Narulita sudah mandi dan berpakaian rapi. Sehingga ia tidak terlalu panik.

Narulita mempersilahkan Sultan, kedua orang tuanya dan keluarganya untuk masuk ke ruang tamu. "Om, Tante, Mas Sultan, mari masuk! Silahkan!"

Di ruang tamu sudah ada tujuh orang tetangga Narulita. Tetangga-tetangga itu diundang oleh Narulita untuk menghadiri acara lamarannya dengan Sultan. Ada beberapa ibu-ibu tetangga yang sedang sibuk di dapur, memasak makanan untuk nanti disuguhkan ketika acara lamaran sudah selesai. Termasuk Desi, ia tidak mau ketinggalan menghadiri acara lamaran sahabatnya. Desi juga ikut membantu para tetangga yang memasak di dapur.

"Assalamualaikum," ucap Sultan dan keluarganya sebelum melangkah masuk.

"Waalaikumsalam," jawab Narulita dan orang-orang yang ada di dalam rumahnya hampir bersamaan.

Susan, Lana, Sultan, paman dan bibinya melangkah masuk ke ruang tamu. Kemudian mereka duduk di alas tikar yang sudah digelar di lantai. Beruntungnya ruang tamu Narulita berukuran cukup luas sehingga bisa menampung banyak orang. Sultan duduk di tengah, Lana duduk di sebelah kiri, sedang Susan di sebelah kanan. Paman Sam duduk di belakang adiknya—Lana, Bibi Tutik duduk di belakang Susan. Om Deni di sebelah Lana dan Tante Siska di samping Susan.

Narulita duduk berhadapan dengan Sultan dan kedua orang tuanya. Di sampingnya ada Ade yang sedari tadi memegangi pundak kanan Narulita yang bergetar. Dapat Ade tebak, bahwa jantung kakaknya saat ini sedang berdebar-debar. Sedangkan para tetangga Narulita yang menghadiri acara ada yang duduk di belakang dan ada yang duduk di samping kanan dan kiri Narulita. Ada beberapa tetangga berbisik-bisik di belakang, sedang membicarakan calon suami Narulita yang menurut mereka sangatlah ganteng.

Susan menatap wajah Ade. "Ini Adik kamu Nak Narulita?" tanya Susan.

Narulita menoleh ke arah Ade lalu kembali menatap wajah Susan. "Iya Tante, ini Adik saya. Namanya Adelia."

Susan berkata, "Wah cantik, sama kayak Kakaknya."

Ade hanya mengangguk sambil tersenyum-senyum sendiri. Ia malu dipuji oleh wanita paruh baya itu. Ade sudah tahu bahwa kakaknya akan dilamar oleh Sultan, karena Narulita tadi malam sudah memberitahunya.

Susan teringat barang seserahan yang belum diberikan kepada keluarga Narulita. Susan berbisik di telinga Lana, "Pak. Barang seserahan belum kita kasih ke keluarga Narulita."

Lana mengangguk lalu Susan menjauhkan mulutnya dari telinga suaminya. Lana menoleh ke belakang, mendapati Samsudin yang duduk di belakangnya. "Bang, barang seserahan, kau taruh di mana?"

Samsudin mencari-cari barang seserahan yang dibawanya. Tapi ia tidak menemukannya. Lantas bertanya kepada istrinya, "Buk. Seserahannya kamu bawa ya?"

Tutik mengangguk lalu mengambil dan memberikan satu persatu barang seserahan itu kepada Susan. Susan berlanjut memberikannya kepada salah satu Ibu-ibu yang duduk di sebelah Narulita. "Ibu, Bapak, ini ada seserahan untuk calon istrinya Sultan. Silahkan!"

Tetangga Narulita yang bernama Mayang berusia empat puluh tahun itu tersenyum lalu menerima barang-barang itu dibantu oleh Narulita dan Ade. Mereka menaruh barang-barang seserahan itu di belakang. "Terimakasih Buk," ucap Mayang kepada Susan.

Susan menjawab, "Sama-sama." Kemudian ia kembali duduk di tempatnya semula.

Susan dan keluarganya mengira bahwa Mayang adalah ibunya Narulita, padahal tetangganya Narulita. Susan dan keluarganya—kecuali Sultan—belum mengetahui fakta bahwasanya ibunya Narulita sudah meninggal dunia.

Sultan Jatuh Cinta [Lengkap]Where stories live. Discover now